Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AQIDAH

AL- ASMA WA AL-SHIFAT

Disusun oleh :

Kelompok 6
Muh Tegar Bijaksana 105191109322
Muh Fahmi Azis 105191110222
Nurlaela Hestiana 105191111522
Nurhidayah 105191111322

PRODI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul:
“AL_ASMA WA AL_SHIFAT”.
Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang
Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan
rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Makassar, 3 OKTOBER 2022

Penyusun, kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………….ii
BAB I………………………………………………………………………………………………………………………….1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………….1
A. Latar belakang………………………………..……………………………………………………………...1
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………..1
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………..…..1
BAB II………………………………………………………………………………………………………………………….2
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………….2
A. Pengertian al-asma wa al- sifat………………………………………………………………………..2
B. Makna Meng-Esaan Allah dalam zat dan perbuatan…………………………………………2
C. Makna keesaan Allah dalam AL-asma wa Al-sifat…………..………………………………..3
D. Sifat – sifat wajib bagi Allah……………………………………………………………………………..4
E. Sifat – sifat mustahil bagi Allah………………….……………………………………5
BAB III………………………………………………………………………………………………………………………….7
PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………….……….7
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….7
B. Saran dan kritik…………………………………………………………………………………………………7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tauhid adalah konsep dalam aqidah islam yang menyatakan keesaan ALLAH. Tauhid
menurut (salafi) dibagi menjadi menjadi 3 macam yakni tauhid rabubiyah, uluhiyah dn
asma wa sifat. Mengamalkan konsekuensi dari kalimat sahadat yang telah diikrarkan
oleh seorang muslim.
Allah subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman: “Dan sesungguhnya kami telah mengutus
rasul rasul pada tiap tiap umat ( untuk menyerukan ): sembahlah Allah (saja). Dan
jauhilah Thaghut itu “ (QS An Nahl: 36 ).
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa: tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan” (QS At-taubah: 31)
“Maha semabahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-nya. Ingatlah,
hanya kepuyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)” (QS Az Zumar: 2-3).

B. Tujuan
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan al- asma wa al-sifat
2. Mengetahui apa yang di maksud dengan mengesakan Allah dalam zat dan perbuatan
3. Mengetahui apa yang di maksud dengan ke-esaan Allah dalam al-asma wa Al-sifat
4. mengetahui apa yang di maksud dengan sifat-sifat wajib bagi Allah
5. mengetahui apa yang di maksud dengan sifat-sifat mustahil bagi allah

C. Rumusan masalah
1. Apa pengertian al-asma wa al- sifat
2. apa makna mengesakan Allah
3. apa makna keesaan Allah dalam al-asma wa Al-sifat
4. apa saja sifat-sifat wajib bagi Allah
5. apa saja sifat-sifat mustahil bagi Allah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian al-asma wa al- sifat


Tauhid Asma' was Shifat yaitu mengesakan Allah dengan cara menetapkan bagi Allah
nama-nama dan sifat-sifat yang ditetapkan sendiri oleh-Nya (dalam firmannya) atau yang
disebutkan oleh Rasul-Nya (dalam hadits), tanpa mengilustrasikan (Takyif),
menyerupakan dengan sesuatu (Tamtsil), menyimpangkan makna (Tahrif), atau bahkan
menolak nama atau sifat tersebut (Ta’thil). Dalil mengenai Tauhid Asma' dan Sifat dari
al-Quran di antaranya ialah firman Allah yang artinya:

1. “Hanya milik Allah nama-nama yang paling baik, maka berdoalah kepada-Nya
dengan menyebut nama-nama itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang
dari kebenaran mengenai nama-nama-Nya.” (QS. al-A’raaf: 180)
2. “Dan hanya bagi-Nya lah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ruum: 27)
3. “Maka janganlah kalian mengadakan penyerupaan-penyerupaan bagi Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui.” (An-Nahl: 74)

Dalil dari as-Sunnah di antaranya adalah perkataan Nabi :


1. “Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa
menghafalnya maka ia akan masuk surga.” (HR. at-Tirmidzi 3508)
2. “Aku meminta kepada-Mu dengan segenap nama-Mu, yang telah Kau namakan diri-
Mu dengannya, atau Kau turunkan dalam kitab-Mu, atau Kau ajarkan kepada salah
satu hamba-Mu atau Kau simpan di dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu.”
(HR. Ahmad 3712)

Dalam Al-Qur'an disebutkan ayat yang artinya


1. "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
— Asy-Syuura: 11
Lafal ayat “Tidak ada yang serupa dengan-Nya,” merupakan bantahan kepada orang
yang menyamakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk. Sedangkan lafal “Dan
Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” adalah bantahan kepada orang yang
menafikan (mengingkari/menolak) adanya sifat - sifat bagi Allah.

B. Makna Meng-Esaan Allah dalam zat dan perbuatan


Sebagai seorang muslim, kita dituntut untuk merealisasikan tauhid dalam kehidupan
kita sehari-hari, karena tauhid merupakan ajaran dasar Islam yang di atasnya dibangun
syariat-syariat agama. Menurut bahasa, tauhid adalah Bahasa Arab yang berarti
mengesakan atau menganggap sesuatu itu esa atau tunggal. Dalam ajaran Islam, yang
dimaksud dengan tauhid adalah keyakinan akan keesaan Allah swt. Sebagai Tuhan yang
telah menciptakan, memelihara, dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini.
Keyakinan seperti ini dalam ajaran tauhid disebut dengan Rubūbiyyah. Sebagai
konsekuensi dari keyakinan ini, kita dituntut untuk melaksanakan ibadah hanya tertuju
kepada Allah swt. Dengan kata lain hanya Allah yang berhak disembah dan diibadati.
Keyakinan ini disebut dengan Ulūhiyyah. Kedua ajaran tauhid ini (yakni Rubūbiyyah dan
Ulūhiyyah) harus kita jadikan bagian dari hidup dan kehidupan kita, dalam menghadapi
berbagai keadaan, baik dalam menghadapi hal-hal yang menyenangkan karena
memperoleh nikmat atau dalam menghadapi hal-hal yang menyedihkan, karena ditimpa
oleh musibah.
Dalam ajaran tauhid, paling tidak ada tiga hal mendasar yang dibicarakan. Pertama,
Ilāhiyyāt, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan, baik sifat-sifat-Nya, perbuatan-
perbuatan-Nya dan hubungan antara Tuhan dan hamba-hamba-Nya. Kedua, Nubuwwāt,
yaitu hal-hal yang berkaitan dengan para nabi yang diutus oleh Allah swt. kepada seluruh
umat manusia, untuk menyampaikan syariat-syariat-Nya kepada mereka. Ketiga,
Sam’iyyāt, yaitu informasi-informasi yang dibawa oleh para nabi tersebut berupa wahyu
yang mereka terima dari Allah swt. untuk disampaikan kepada umat mereka masing-
masing.
Dalam ketiga ajaran dasar ini, termuat ajaran tentang malaikat, kitab dan takdir. Dan
dari ajaran dasar inilah ditegakkan rukun-rukun Islam, berupa syahadat, salat, puasa,
zakat dan haji serta ibadah-ibadah lainnya. Sebagai pelengkap, sekaligus penyempurna,
disyariatkan pula ihsān yang harus menyertai berbagai ibadah yang kita lakukan. Dan
buah dari ketiga ajaran Islam ini (yakni Iman, Islam dan Ihsān) adalah baiknya prilaku
atau akhlak seorang hamba Allah swt. baik dalam rangka berhubungan dengan Allah swt.
dengan sesama manusia, ataupun dengan alam lingkungannya. Semua hal ini, telah
direalisasikan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam kehidupan beliau sehari-hari. Dan
kita sebagai umat beliau diminta untuk meneladani seluruh aspek kehidupan beliau
semampu kita.

C. Makna keesaan Allah dalam AL-asma wa Al-sifat


Keesaan Allah SWT itu menurut M Quraish Shihab mencakup keesaan Zat, keesaan
Sifat, keesaan Perbuatan, serta keesaan dalam beribadah kepada Nya. Keesaan Zat
mengandung pengertian bahwa seseorang harus percaya bahwa Allah Swt. tidak terdiri
dari unsur-unsur, atau bagian-bagian. Karena, bila Zat Yang Maha Kuasa itu terdiri dari
dua unsur atau lebih berapa pun kecilnya unsur atau bagian itu maka berarti,dia
membutuhkan unsur atau bagian itu, atau dengan kata lain, unsur atau bagian yg
merupakan syarat bagi wujud-Nya.
Adapun keesaan dalam sifat-Nya, mengandung pengertian bahwa Allah memiliki sifat
yang tidak sama dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat makhluk, walaupun dari
segi bahasa kata yang digunakan untuk menunjuk sifat yang sama. Sebagai contoh nya,
kata rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi juga digunakan untuk menunjuk rahmat
atau kasih sayang makhluk. Namun substansi dan kapasitas rahmat dan kasih sayang
Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya.
Allah Esa dalam sifat-Nya, sehingga tidak ada yang menyamai substansi dan kapasitas
tersebut. Keesaan dalam perbuatan-Nya mengandung arti bahwa segala sesuatu yang
berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya
adalah hasil Perbuatan Allah semata. Sedangkan keesaan dalam beribadah merupakan
perwujudan dari ketiga keesaan di atas.

‫ُقْل ِإَّن َص اَل ِتي َو ُنُس ِك ي َو َم ْح َياَي َو َمَم اِتي ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن‬
Katakanlah: ”sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku, semuanya karena
Allah, Pemelihara seluruh alam.” (Q.S. al-An’am[6]:162).
Dari sini dapat disimpulkan bahwa segala bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada
Allah semata. Hanya Allah yang wajib disembah. Tidak boleh ibadah itu ditujukan
kepada selain Allah Swt. Keesaan Allah SWT sangat penting di tanamkan dalam hati
setiap orang yang mengimani adanya Allah Swt. Oleh karena itu, untuk mendukung
ketercapaian keimanaan tersebut harus didukung dengan pemahaman mengenai ilmu
tauhid dan cabang – cabang lain dari ilmu tauhi

D. Sifat – sifat wajib bagi Allah


Sifat wajib Allah SWT adalah sesuatu melekat pada diri Sang Pencipta
1. Wujud
Wujud memiliki arti ada. Maksudnya, eksistensi Allah itu bukan karena ada yang
menciptakannya, melainkan ada dengan sendirinya. Jadi, sifat wujud Allah ini wajib
kita yakini. Keberadaan Allah dapat di yakini dalam beberapa bukti, di antaranya:
a. Kejadian Alam Semesta
b. Adanya Nabi dan Rasul
c. Adanya kitab suci Al Qur'an
2. Qidam
Qidam artinya terdahulu. Itu berarti, Allah SWT terdahulu dan tidak didahului oleh
sesuatu. Berbeda dengan manusia yang memiliki jangkauan akal terbatas, bahkan
manusia tidak dapat mengetahui secara pasti kapan penciptaan alam semesta terjadi.
3. Baqa
Baqa memiliki arti kekal. Semua makhluk ciptaan Allah akan mati, baik itu
manusia, tumbuhan, hewan, dan lain-lainnya.
4. Mukhalafatuhu Lil Hawadisi
Mukhalafatuhu Lil Hawadisi artinya berbeda dengan semua makhluk. Allah SWT
tidak mungkin sama dengan makhluk ciptaannya.
5. Qiyamuhu Binafsihi
Sifat Allah selanjutnya yaitu Qiyamuhu Binafsihi yang berarti berdiri sendiri. Allah
tidak membutuhkan bantuan apapun dari siapapun.
6. Wahdaniyyah
Wahdaniyyah berarti Maha Esa. Allah itu tunggal, satu dan tidak ada yang
menandinginya.
7. Qudrat
Qudrat artinya kuasa. Banyak sekali bukti kekuasaan Allah, salah satunya
keberadaan jagat raya yang terdiri dari berjuta bintang dan planet yang selalu
bergerak secara teratur tanpa terjadi tabrakan.
8. Iradat
Iradat memiliki arti berkehendak, karena Allah bebas menentukan kehendak tanpa
ada yang memerintah dan melarangnya. Segala sesuatu yang Allah ciptakan adalah
atas kehendaknya.
9. Ilmu
Ilmu artinya mengetahui. Allah telah memiliki ilmu yang sangat lengkap, bahkan
ilmunya bersifat menyeluruh, luas dan mendalam. Segala sesuatu, baik yang lahir
maupun ghaib tidak lepas dari pengetahuan Allah.
10. Hayat
Hayat artinya hidup. Hidup Allah berbeda dengan manusia atau binatang yang
memerlukan jantung yang berdenyut. Allah hidup tanpa memerlukan sesuatu dan
tanpa didahului oleh siapapun.
11. Sama'
Sifat Sama' artinya mendengar, semua suara baik itu yang nyaring, samar, bahkan
yang tidak dapat didengar oleh manusia sekalipun dapat Allah dengar.
12. Basar
Basar artinya melihat. Allah dapat melihat segala sesuatu, baik yang besar ataupun
kecil, bahkan yang tersembunyi sekalipun.
13. Kalam
Kalam artinya berkata-kata atau berfirman. Cara Allah berkata-kata tidak sama
dengan cara manusia, Allah berkomunikasi dengan hambanya melalui firman atau
biasa disebut dengan kalamullah.
14. Qadiran
Qadiran artinya Maha Kuasa. Allah adalah zat yang berkehendak dan memiliki
kuasa atas apapun yang ada di dunia ini.
15. Muridan
Muridan memiliki arti Maha Berkehendak. Allah Maha Berkehendak atas segala
sesuatu yang ia ciptakan.
16. Aliman
Sifat Aliman berarti Maha Mengetahui, sesungguhnya Allah mengetahui segala
sesuatu.
17. Hayyan
Hayyan memiliki arti Maha Hidup. Allah adalah Zat yang Maha Hidup, Allah tidak
akan mati dan akan terus hidup.
18. Sami'an
Sami'an adalah Maha Mendengar. Allah merupakan Zat yang Maha Mendengar atas
segala sesuatu.
19. Basiran
Basiran artinya Maha Melihat. Allah dapat melihat apapun itu, bahkan hal-hal yang
tidak bisa dilihat oleh makhluknya.
20. Mutakalliman
Sifat Mutakalliman, artinya Maha Berkata-kata. Hal ini dibuktikan dengan adanya
Al-Qur'an yang berisi firman-firman Allah.

E. Sifat – sifat mustahil bagi Allah


Sifat mustahil bagi Allah SWT adalah sifat- sifat yang tidak mungkin dimiliki Allah dan
tidak layak disandarkan pada keagungan dan kekuasaan Allah SWT.
1. Adam berarti tidak ada. Allah tidak mungkin tidak ada. Segala hal yang ada di muka
Bumi ini merupakan ciptaan Allah, dan mustahil jika Allah tidak ada.
2. Hudus yang berarti baru. Allah bersifat terdahulu atau qidam.
3. Fana artinya tidak kekal. Allah itu kekal dan abadi. Allah tidak ada permulaan dan
tidak ada akhir.
4. Mumassalatu lil Hawadis artinya Allah serupa dengan makhluk. Allah itu berbeda
tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Allah.
5. Muhtajun Ligairihi yang berarti berdiri dengan yang lain atau membutuhkan orang
lain.Allah itu Maha Sempurna dan Maha Berdiri Sendiri.
6. Ta'addud berarti berbilang. Allah itu Maha Esa atau tunggal.
7. 'Ajzun artinya lemah. Allah tidak lemah dan tidak akan ada alam semesta beserta
isinya jika Allah lemah.
8. Karahah artinya terpaksa.Allah mustahil bersifat karahah. Allah itu bersifat
berkehendak atau iradat.
9. Jahlun artinya bodoh. sebab Allah maha mengetahui segala sesuatu yang ada di alam
semesta.
10. Mautun adalah mati. Allah bersifat hidup atau hayat. Allah tidak akan pernah mati
dan akan selalu hidup serta kekal.
11. Summun artinya tuli. Allah tidak mungkin tuli karena Maha Mendengar. Tidak ada
yang luput dari pendengarannya.
12. Umyun artinya buta.Allah tidak buta,Allah maha melihat segala yg nampak dan yg
tersembunyi.
13. Bukmun berarti bisu. karena Allah bersifat kalam artinya beriman. Jika Allah bisu,
tidak mungkin Allah menurunkan wahyu kepada para nabi.
14. Ajzan artinya yang lemah.Allah Maha berkuasa. Segala sesuatu yang terjadi itu atas
kehendak dan kekuasaan Allah.
15. Karihan yang berarti maha terpaksa. karena Allah maha berkehendak atas segalanya .
16. Jahilun berarti maha bodoh. karena Allah maha mengetahui. Semua ilmu itu
bersumber pada Allah Swt.
17. Mayyitun artinya mati. Allah itu kekal abadi dan tidak ada awal maupun akhir.
18. Asamma artinya yang maha tuli. Allah itu maha mendengar bahkan yang paling
tersembunyi sekalipun,Allah mendengar apa yang tidak kita dengar.
19. Ama artinya maha buta. Sebab, Allah maha melihat.Bahkan Allah melihat apa yang
tersembunyi di dalam hati.
20. Abkama artinya maha bisu. Allah mustahil mempunyai sifat abkama.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah tidak ada dzat yang menyerupai Dzat Allah ta'ala. Dzat Allah
juga tidak tersusun dari bagian-bagian karena tarkib (tersusun) termasuk sifat makhluk,
sementara Allah Mah Suci dari sifat-sifat makhluk.

B. Saran dan kritik


Sifat ALLAH dalam subtansi dan kapasitasnya dari segi bahasa tidak menunjukkan
sifat yang sama seprti sifat makhluknya. Dimana ALLAH itu tidak bersifat Rahim
Didalam Al-Qur'an Surah Al-Ikhlas Ayat(3) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫َلْم َيِلْد ۙ  َو َلْم ُيْو َلْد‬


"(Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan."

Dimana Tuhan Yang Maha Sempurna hanyalah milik Allah swt, tidak ada satupun
sekutu bagi-Nya, yang patut dipuji dan disyukuri, dan inilah kewajiban umat manusia
untuk tidak mempersekutukan Allah dengan makhluk- Nya
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gramedia.com/literasi/sifat-mustahil-bagi-allah/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6147730/20-sifat-wajib-allah-dan-artinya-siswa-wajib-
tahu-nih

Anda mungkin juga menyukai