Anda di halaman 1dari 15

MENGIMANI ALLAH SWT.

MELALUI al-Asma’u al-Husna

Anggota Kelompok
 Achmad Java Irgi Farisih(01)
 Amira Nisaa Azzahra(05)
 Hazza M.Hafiz(13)
 M.Rakha Adhipratama(23)
 Nurul Aini Aqilah Ahmadi(28)
Kelas X MIA 2
DAFTAR ISI

Pendahuluan
Isi
Kesimpulan
Penutup
Daftar Pustaka
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang asmaul
Husna ini.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan
didukung bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar
dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya


bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami
membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin
memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah


sederhana ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami
dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan
lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Jakarta, Agustus 2017

Penyusun
1. Pengertian Asma’ul Husna
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: ‫الحسنى هللا أسماء‬, asmāʾ allāh al-
ḥusnā) adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti
yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi
indah.
Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan
agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan
suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang
lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena
tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti
dengan hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah
pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata
yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-
kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti
tercantum dalam surat Al-Ikhlas.


"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya


segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan
Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)

2. Dalil tentang Asmaul Husna

-Firman Allah Swt. dalam Q.S al-A’raf/7:180

"Hanya milik Allah al-Asma-ul Husna (nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-
sifat Allah), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama baik itu, dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-
namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan." (QS. Al-A‘raf: 180).
Pada ayat ini Allah menyatakan bahwa Dia mempunyai "Asmaul Husna" dan
menyerukan agar hamba-hamba-Nya berdoa dan memuji-Nya dengan menyebut asmul husna
itu, mudah-mudahan mereka terhindar jauh dari sifat-sifat yang buruk dan lepas dari neraka
Jahanam.

-Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari.


“Dari Abu Hurairah R.A bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya
allah mempunyai 99 nama, iaitu 100 kurang satu. Siapa yang menghafalnya akan masuk
syurga.” (H.R Bukhari)
Berdasarkan Hadits diatas , menghafalkan asmaul husna akan mengantarkan orang
yang melakukannya masuk ke dalam surga Allah SWT. Tapi apakah hanya dengan
menghafalkan seseorang dengan mudah akan masuk kedalam surga? Jawabannya, tentu saja
tidak. Karena menghafalkan asmaul husna harus diiringi juga dengan menjaganya, baik
menjaganya dengan menghindari perilaku-perilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat
Allah SWT.

1. Al-Karim

Secara bahasa, al-karim mempunyai arti Yang Maha Mulia, Yang Maha Dermawan atau
Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-karim diartikan bahwa allah SWT Yang Maha Mulia
lagi Maha Pemurah yang memberi anugrah atau rezeki kepada semua makhluk-Nya. Dapat
pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan, Maha Pemurah, Pemberi
Nikmat dan Keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal tersebut sesuai dengan
firmanya :
Q.S al-infitar : 6

Artinya : “Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah?

Al Karim ialah Dzat yang banyak memberi dan berbuat baik tanpa diminta. Berbeda
dengan As-Sakhiy (dermawan) yang suka memberi karena diminta. Atas dasar inilah, Allah
memberikan nama-Nya dengan Al-Karim, bukan As-Sakhiy. Ada pendapat lain mengatakan,
bahwa Al-Karim artinya ialah jika mampu membalas, ia justru memaafkan; jika berjanji, ia
menepati; dan jika memberi, ia melebihi apa yang diharapkan, tidak peduli berapa banyak ia
memberi dan kepada siapa ia memberi. Jika timbul kebutuhan kepada selainnya, ia tidak rela.
Dia tidak menyia-nyiakan orang yang berlindung atau menyerahkan diri kepadanya, dan
dicukupkannya orang itu dari perantara dan pembela lain. Tidak ada yang memiliki sifat-sifat
ini selain Allah SWT. Nama ini memberi pengertian istimewa tentang Allah SWT Al-Karim
bermaksud:
1. Allah SWT Maha Pemurah.
2. Allah SWT memberi tanpa diminta.
3. Allah SWT memberi sebelum diminta.
4. Allah SWT memberi apabila diminta.
5. Allah SWT memberi bukan kerana permintaan, tetapi cukup sekadar
harapan, cita-cita dan angan-angan hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan
harapan mereka.
6. Allah SWT memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan
diharapkan oleh para hamba-Nya.
7. Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak
dikira berapa banyak diberi-Nya dan kepada siapa Dia memberi.
8. Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah SWT memberi
dengan bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling
bermanafaat kepada si hamba yang menerimanya.

Dengan memahami makna nama Allah Al-Kariim akan menumbuhkan sifat-sifat yang
mulia dalam diri seorang muslim, di antaranya :

1. Menanamkan sifat mulia dalam diri seorang muslim, karena Allah


Mahamulia mencintai orang yang bersifat mulia.
2. Menanamkan sifat pemurah dalam diri seorang muslim, karena di
antara makna Al Kariim “Maha Pemurah“. Tentu Allah amat mencintai orang yang
bersifat pemurah. Dan Allah membeci orang yang bersifat kikir.
3. Menumbuhkan rasa cinta yang dalam diri seorang muslim kepada
Allah, karena Allah bersifat Maha Pemurah. Allah memberi nikmat tanpa batas
kepadanya meskipun tanpa diminta.
4. Wajibnya memuliakan kitab Allah yaitu Al-Qur’anul Karim. Karena,
Al-Quran adalah Kalam Allah yang mulia. Yang diturunkan melalui perantara
malaikat yang mulia kepada Rasul yang mulia.
5. Wajibnya memuliakan malaikat-malaikat Allah, di antaranya malaikat
jibril, barang siapa yang membencinya, maka ia adalah musuh Allah.
6. Wajibnya mencintai para rasul Allah, barang siapa yang membenci
salah seorang di antara mereka, maka ia adalah musuh Allah.
7. Menumbuhkan sifat suka memuliakan tetangga dan tamu.
8. Menumbuhkan sifat suka pemaaf, karena Allah menyukai sifat pemaaf.
9. Mendorong kita untuk selalu berdoa kepada Allah, karena Allah Maha
Pemurah terhadap hambanya.

2. Al-Mu’min

Al-mu'min secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran,
ketenangan hati, dan aman. Allah SWT al-mu'min artinya Dia Maha Pemberi rasa aman
kepada semua makhluknya, terutama manusia. Keamanan dan rasa aman yang kita peroleh
tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya didapat bila kita dekat dengan
Allah, rajin membaca Al - Qur'an, rajin sholat, dan lain - lain. Ketidak nyamanan bukan
hanya akibat ulah manusia tapi bisa juga karena binatang buas, bencana alam seperti banjir,
gempa bumi, tanah longsor dan lain - lain. Ada orang yang merasa tidak aman walaupun
situasinya aman dan tentram. Sebaliknya ada orang yang merasa, tenang, tidak gelisah
walaupun situasi dan keadaan genting dan kacau. Allah adalah al-mu’min yang
muthlaq, karena hanya kepada-Nyalah keamanan dapat diraih dan Dia adalah pencipta
keamanan, baik didunia maupun di akhirat. Allah juga Maha tepercayadalam menepati janji-
Nya.

Allah SWT bernama Al-Mu’min yang artinya Yang Maha Memberikan Keamanan
atau Yang maha Terpercaya karena dalam mencantumkan wa’dun/janji-janjinya pasti tidak
mungkin diingkari, pasti ditepati.

-Dalil Naqli

Artinya : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka


dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.”

Contoh dan bukti sederhana

Contoh dan bikti sederhana bahwa Allah bersifat Al - Mukmin dapat kita lihat
dalam diri kita sendiri. Seperti pada tubuh kita, Allah menciptakan alis di atas mata yang
berfungsi melindungi mata dari keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata dari debu
dan binatang - binatang kecil.

Bukti lain diluar tubuh kita seperti ketika Rasulullah ingin Hijrah dari Mekkah ke
kota Madinah. Pada malam keberangkatan Nabi Muhammad, sekeliling rumah Nabi telah di
pagar betis oleh orang - orang Quraisy yang ingin membunuh Nabi Muhammad Saw. Akan
tetapi dengan sifat Al - Mukmin Allah telah memberi keselamatan kepada Rasulullah.
Rasulullah dengan aman dapat keluar dari rumah dan meninggalkan kota Mekkah menuju
Madinah.

Orang yang beriman kepada Allah Al - Mukmin akan selalu tenang dan tidak
gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan situasi yang genting dan kacau sekalipun.

Meneladani Sifat Al Mu'min


1. Menenangkan teman yang sedang merasa takut
2. Tidak mengganggu teman
3. Menjaga diri sendiri dari ancaman dan gangguan orang atau makhluk lain
4. Tidak takut kepada apapun, kecuali kepada Allah

3. Al-Wakil
Kata Al-wakil mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil yaitu
Allah SWT yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam
urusan dunia maupun urusan akhirat.

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 62 :

Artinya : “Allah SWT pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala
sesuatu.”

Hamba Al-Wakil adalah yang bertawakkal kepada Allah SWT. Menyerahkan segala
urusan kepada Allah SWT melahirkan sikap Tawakal. Tawakal bukan berarti mengabaikan
sebab-sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli terhadap sebab itu dan
akibatnya adalah sikap malas. Ketawakkalan dapat diibaratkan dengan menyadari sebab-
akibat. Orang harus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkanya. Rosululloh SAW
bersabda “Ikatlah untamu dan bertawakkalah kepada Allah SWT.”

Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah doa yang aktih dan harapan
akan adanya pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 102 :

Artinya : “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah SWT Tuhan
kamu; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.”

Contoh perilaku yang dapat diteladani dari Sifat Al-Wakiil adalah kita harus berusaha
keras dalam mengerjakan sesuatu. Setelah itu kita tawakal (menyerahkan hasilnya kepada
Allah). Niscaya Allah akan memberikan hasil yang baik.
Manfaat jika kita meneladani Asmaul Husna Al-Wakil ialah :

1. Kita menjadi takut untuk melakukan perbuatan buruk.


2. Kita menjadi orang yang selalu ingin berbuat baik.
3. Dan kita selalu ingin beribadah kepada allah swt

4.Al-Matin

Makna “al-Matîin” adalah Yang Maha sangat kuat. Dia Maha Mampu
memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada satupun
yang mampu menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang dikehendaki-Nya dan
mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya. Allâh Azza wa Jalla mampu
menolong siapa yang dikehendaki-Nya serta tidak menolong siapa yang dikehendaki-
Nya. Allah SWT adalah Maha sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan
dalam prinsip sifat-sifatnya. Oleh karena itu, sifat Al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang
sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan begitu, kekukuhan Allah SWT
yang memiliki rahmat dan adzab terbukti ketika Allah SWT memberikan rahmat kepada
hamba-hambanya. Kekuatan dan kekukuhanya tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh
manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya. Jadi karena kekukuhanya, Allah SWT
tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan. Siapakah yang paling kuat dan kukuh selain Allah
SWT? Tidak ada satu makhluk pun yang dapat menundukan Allah SWT meskipun seluruh
makhluk di bumi ini bekerjasama. Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zariyat ayat 58 :

Artinya : “Sungguh Allah SWT, dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan
lagi sangat kukuh.”

Dengan demikian, hamba Al-Matin adalah hamba yang dikaruniai dan diberikan oleh
Allah mengetahui rahasia sifat kekuatan dan kekukuhan Allah yang meliputi segala kekuatan.
Hal tersebut membuatnya berpegang teguh pada tali agamanya. Dan tidak ada sesuatupun
yang dapat membuatnya berpaling. Tidak ada kesuliatan yang melelahkannya, dan tidak ada
yang dapat memisahkannya dari Yang Maha Benar. Dan, dalam membela kebenaran tidak
ada seorangpun yang dapat mengancam atau membuatnya diam. Seorang hamba yang
menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah akan membuatnya menjadi manusia yang
tawakal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan tidak merasa rendah di hadapan manusia
lain. Ia akan selalu merasa rendah di hadapan Allah. Hanya Allah yang maha menilai. Oleh
karena itu, Allah melarang manusia bersikap atau merasa lebih dari saudaranya, karena hanya
Allah yang Maha Mengetahui baik buruknya seorang hamba. Allah juga menganjurkan
manusia bersabar, karena Allah Maha tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

Akhlak kita terhadap sifat Al-Matin adalah :

1. Beristiqamah (meneguhkan pendirian).


2. Beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan
menyesatkan.
3. Terus berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang
lain sehingga menjadi lebih kuat.
4. kuat pendirian dan keteguhan hati, tidak mudah diberikan tipu daya.

5.Al-Jami’

Jami’ berasal dari kata jama’ah yang artinya kumpulan, lebih dari satu, banyak. Al-
Jami’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan / Menghimpun, yaitu bahwa Allah
SWT Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu yang tersebar atau terserak. Allah
SWT Maha Mengumpulkan apa yang dikehendaki-Nya dan di manapun Allah SWT
berkehendak. Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, diantaranya adalah
mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk anusia dan lain-lainya, di
permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di padang Mahsyar pada hari
kiamat. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 9 :

‫ٱّللَ َل‬ َ ‫اس ِليَ ْوم َل َري‬


َ ‫ْب فِي ِه ِإ َن‬ ِ َ‫امع ٱلن‬ِ ‫َربَنَا ِإنَ َك َج‬
َ‫ي ْخ ِلف ْٱل ِميعَاد‬
Artinya: “Ya Tuhan Kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk
(menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah Swt.
Tidak menyalahi janji.” (Q.S. Ali Imron/3:9)

Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’. Pertama Allah akan
mengumpulkan kita nanti pada hari Akhir. Kedua, sebagai khalifah, wakil yang dipercaya
Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus membumikan al-Jami’ dalam
kehidupan. Kita harus menjadi katalisator untuk terbentuknya persatuan dan kesatuan
mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sIstem kehidupan yang harmonis
dan saling membutuhkan. contoh perilaku yang dapat diteladani yaitu seperti menjadi
pemimpin, mempersatukan orang yang sedang berselisih, hidup bermasyarakat, dll.

5.Al-‘Adl

Al-'Adl artinya Maha Adil. Al-‘Adl bearasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan
sama. Keadillan Allah SWT bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun dan oleh
siapapun. Keadilan Allah SWT juga didasari dengan ilmu Allah SWT yang Maha Luas.
Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya itu salah. Alloh adalah Pencipta segala keindahan
dan keburukan, kebaikan, dan kejahatan. Allah SWT bersifat adil pada ciptaan-Nya, dalam
hal ini ada rahasia yang sulit dimengerti. Tetapi setidak-tidaknya, kita memahami bahwa
seringkali orang harus mengenal lawan kata dari sesuatu untuk memahaminya. Orang yang
tidak pernah merasakan kesedihan, tidak akan mengenal kebahagiaan. Jika tidak ada yang
buruk, kita tidak akan mengenal keindahan. Baik dan buruk sama pentingnya. Alloh
menunjukkan yang satu dengan yang lain, yang benar dengan yang salah, dan menunjukkan
kepada kita akibat dari masing-masingnya. Dia memperlihatkan pahala sebagai lawan kata
dari siksaan. Lalu dipersilakan-Nya kita untuk menggunakan penilaian kita sendiri. Sesuai
dengan takdirnya, masing-masing mendapatkan keselamatan dalam penderitaan dan rasa
sakit, atau kutukan dalam kekayaan. Alloh mengetahui apa yang terbaik bagi makhluk-Nya.
Hanya Alloh yang mengetahui nasib kita. Perwujudan dari nasib itu adalah keadilan-Nya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 115 :

Artinya: “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang


benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang
Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.: (Q.S Al-An’am/6:115)
Perilaku yang dapat diteladani :

 Yang pertama Adil terhadap Allah Ta’ala, yaitu dengan tidak berbuat syirik dalam
beribadah kepada-Nya, mengimani nama-nama-Nya dan sifat-sifat-Nya, menaati-Nya
dan tidak bermaksiat kepada-Nya, senantiasa berdzikir dan tidak melupakan-Nya serta
mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak mengingkarinya.
 Yang kedua Adil terhadap sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak
mereka dengan sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi
haknya.
 Yang ketiga Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan
dan mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau kepada
sebagian atas sebagian yang lainnya.
 Yang keempat Adil dalam perkataan, yaitu dengan berkata baik dan jujur tidak
berdusta, berkata kasar, bersumpah palsu, mengghibah saudara seiman dan lain-lain.
 Yang kelima Adil dalam berkeyakinan, yaitu dengan meyakini perkara-perkara yang
disebutkan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih dengan keyakinan yang pasti
tanpa keraguan sedikitpun dan tidak meyakini hal-hal yang tidak benar yang
menyelisihi keduanya.
 Yang keenam Adil dalam menetapkan hukum dan memutuskan perselisihan yang
terjadi antara sesama manusia, yaitu dengan menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai sumber hukum dan pemutus perkara tersebut.
7. Al-Akhir
Al Akhir artinya yang maha akhir yang tidak ada sesuatupun setelah Allah SWT. Dia
Maha Kekal tatkala semua makhluk hancur, maha kekal dengan kekekalan-Nya. Adapun
kekekalan makhluknya adalah kekekalan yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga,
neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga adalah makhluk yang Allah SWT ciptakan
dengan ketentuan, kehendak, dan perintahnya. Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya Q.S
AL-Hadid ayat 3 :

َ ٌ‫اطنٌُ ۖ َو ُه ٌَو ِب ُك ٌِل ش َْيء‬


ٌ‫ع ِليم‬ َّ ‫ُه ٌَو ْاْل َ َّو ٌُل َو ْاْل ِخ ٌُر َوال‬
ِ ‫ظا ِه ٌُر َوا ْل َب‬
Artinya : “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha
Mengetahui segala seuatu.”

Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah SWT akan tetap abadi dan kekal. Keabadian
dan kekekalan Allah SWT tersebut menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat
bergantung atas segala urusan kita, baik urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan
kita bawa sampai ke akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang
menggantungkan hidupnya pada selain Allah. Karena sesungguhnya setiap yang ada di langit
dan bumi ini akan hancur. Akan tetapi jika kita bersandar penuh pada Sang Maha Kekal,
pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus dalam kesesatan.

Apa yang dimiliki oleh hamba-hamba NYA, baik yang bersifat material dan spiritual
adalah milik Allah dan akan kembali kepada-NYA. Dan Mahluk-makhluk NYA akan
mempertanggung jawabkan bagaimana kita menggunakan dan menjaga apa yang telah
dipinjamkan Allah kepada kita selama kita hidup. Hamba yang bertanggung jawab,
melakukan perbuatannya dari awal hingga akhir karena ALlah SWT dan demi keridhoan-
NYA semata. Orang yang menegaskan al-Akhir akan menjadikan Allah SWT sebagai satu-
satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selain-Nya, tdak ada permintaan selain-Nya,
dan segala kesudahan tertuju hanya kepada-Nya.

Meneladani sifat ini berarti kita menyadari bahwa tujuan akhir kita adalah kembali
kepada Allah SWT . Karenanya kita harus menyiapkan bekal menempuh hari akhir dengan
berbuat amal saleh.
KESIMPULAN
PENUTUP

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita
semua, terutama untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dan terima
kasih juga untuk Bapak sebagai guru Biologi kami atas bimbingannya. Pada makalah ini penulis
akan membuat makalah yang membahas tentang “Ekosistem”. Penulis mengharapkan agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis. Kepada para
pembaca, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kekeliruan bagi tulisan yang
penulis buat ini. Karena penulis sendiri hanyalah manusia yang bisa melakukan kesalahan. Kritik
dan saran penulis harapkan dari pembaca sekalian untuk menyempurnakan makalah ini. akhir
kata semoga makalah yang penulis buat ini dapat bermanfaat untuk pembaca sekalian.
Daftar Pustaka
https://id.wikipedia.org/wiki/Asma%27ul_husna
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/09/al-karim-yang-maha-mulia-
dermawanatau.html
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-al-matin-menjadikan-
pribadi.html
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-al-jami-menjadikan-
pribadi.html
http://maljahni.blogspot.co.id/2016/09/asmaul-husna-al-jami-pengertian-dalil.html
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-al-wakil-menjadikan-
pribadi.html
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/08/al-mumin-maha-memberi-keamanan-
atau.html
http://www.hisbah.net/tafsir-surat-al-anam-ayat-82/
https://id.wikipedia.org/wiki/Asma%27ul_husna
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-al-adl-menjadikan-
pribadi.html
http://www.theonlyquran.com/quran/Al-
An%27am/Indonesian_Bahasa_Indonesia/?ayat=96&pagesize=0
http://didit-pekiringan.blogspot.co.id/2014/11/pengertian-al-akhir-menjadikan-
pribadi.html

Anda mungkin juga menyukai