Anda di halaman 1dari 10

Nama Sekolah : SMA N 1 Bangunsari

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam

Kelas/Semester :X/1

Waktu : 4 x 45 menit

Aspek : Aqidah Ahlak

A. Standar Kompetensi

Meningkatkan keimanan kepada Allah melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam


Asmaul Husna.

B. Kompetensi Dasar

1. Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.

2. Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.

3. Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam


Asmaul Husna.

C. Indikator

1.1. mampu menyebutkan 10 sifat Allah dalam asmaul Husna

1.2. mampu menghafal 10 sifat Allah dalam asmaul husna secara urut

1.3. mampu menghafal 10 sifat Allah dalam asmaul husna secara acak

1.4. mampu membedakan tulisan 10 sifat Allah dalam asmaul husna dengan lafadhnya.

1.5. mampu membedakan lafadh 10 sifat Allah dalam asmaul husna dengan tulisannya.

2.1. mampu menyebutkan arti 10 sifat Allah dalam asmaul husna

2.2. mampu mencocokkan arti 10 sifat Allah dalam asmaul husna dengan sifat-Nya

2.3. mampu menjabarkan arti 10 sifat Allah dalam asmaul husna


2.4. mampu menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam asmaul husna

2.5. mampu menjabarkan 10 sifat Allah dalam asmaul husna ke dalam sifat manusia

3.1. mampu memberi contoh perilaku yang mencerminkan 10 sifat Allah dalam asmaul
husna.

3.2. mampu mempraktikkan sifat-sifat Allah yang sepatutnya bagi manusia dalam
kehidupan sehari-hari.

3.3. mampu membedakan contoh perilaku antar asmaul husna

3.4. mampu mengidentifikasi perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap 10 sifat


Allah dalam asmaul husna

3.5. mampu menerapkan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap 10 sifat


Allah dalam asmaul husna

D. Materi Pokok

1. Asmaul Husna :

- 10 Sifat Allah dalam Asmaul Husna

2. Asmaul Husna :

- 10 Asmaul Husna dan artinya

3. Perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap 10 Asmaul Husna

E. Materi Ajar

1. As-Salam
2. Al-Aziz
3. Al-Khaliq
4. Al-Ghoffar
5. Al-Wahhab
6. Al-Fattah
7. Al-Adl
8. Al-Qayyum
9. Al-Hadi
10. As-Sabbur

F. Media

- power point
Uraian materi :

1. As-Salam: Yang Maha Memberi Keselamatan

Allah-lah yang memegang keselamatan seluruh alam, dan hanya dialah yang Maha
Selamat dari segala cacat dan kekurangan. Segenap makhluk Allah swt. Akan pernah
menghadapi kekurangan, justru setelah ia sebelumnya mengalami kesempurnaan. Dan
memang, kesempurnaan manusia tentu saja masih akan ada kekurangannya. Seluruh
manusia itu senantiasa dalam keadaan yang berubah; dari muda ia kemudian menjadi tua,
tua bangka dan tanpa dapat menolaknya, ia pun melemah dalam segala aspeknya.
Sesudah hidup, kematian pasti mengunjunginya.

Tetapi Allah Maha Suci bebas dari segala macam gangguan dan perubahan yang setiap
saat dialami oleh seluruh makhluk yang telah diciptakan-Nya itu. Allah swt. Bebas dari
kepunahan.

Manusia, siapapun yang mengharapkan keselamatan, betapapun kukuh-kekarnya ia saat


ini kelihatan, tetapi ia tetap harus bergantung kepada-Nya. Allah swt. Adalah As-salam;
dari Allah swt. Jugalah datangnya As-Salam dan kepada As-Salam pulalah
seluruhnya kelak akan kembali.

Apabila kita menghadapi sesuatu bahaya yang mengancam diri kita, kita tentulah akan
berdoa ;Ya Allah, selamatkanlah diri hambamu ini.[1]

Dalam contoh nyata, sebagaimana yang telah dipesankan oleh Nabi agar manusia
menyebar salam, maka manusia segera dituntut untuk menjadikan salam sebagai prinsip
dalam hidup kita. Kita bisa berperilaku menjaga keselamatan orang lain dengan berbagai
cara, seperti melindungi dari gangguan orang lain, menasehati akan kekurangan-
kekurangan orang di sekitar kita, maupun menuntun manusia lain menuju keselamatan,
tentu saja dengan niatan semua karena Allah swt.

Dalil Naqli : Q.S. Yasin 58

58. (Kepada mereka dikatakan), Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang
Maha Penyayang.

2. Al-Aziz : Yang Maha Perkasa


Dialah yang Maha Perkasa, yang dapat mengalahkan siapapun termasuk memusnahkan
alam semesta ini.[2] Keperkasaaan Allah tidak terbatas dan terus menerus. Adapun
keperkasaan makhluk sangat terbatas. Segagah apa pun manusia dalam waktunya ia akan
mati[3]

Dalil Naqli : Q.S. Al-Ankabut: 42

42. Sungguh, Allah mengetahui apa saja yang mereka sembah selain Dia. Dan Dia
Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Orang-orang mukmin tidak akan pernah merasa lemah, sehingga memerlukan


perlindungan orang lain, sebaliknya mereka senantiasa akan merasa tangguh oleh karena
keyakinan mereka selalu memperoleh kekuatan dan perlindungan dari Allah swt, yang
memang menjadi pemilik ini semua.

Kekuatan itu hanyalah milik Allah swt, bagi Rasul-Nya serta bagi orang-orang
mukmin. Allah swt merupakan sumber daripada segala kekuatan yang ada. Oleh karena
itu, barangsiapa mencari sumber kekuatan di luar Allah swt, maka bagaimanapun juga
akan datang saatnya ia akan binasa. Hanya yang kuat dan perkasa itulah yang mampu
mendapatkan kemenangan dan Allah swt-lah yang menjadi pemilik-Nya. Dan tidak
seorangpun tentunya yang dapat menyanggah bahwa Allah swt-lah yang akan menang.

Semua makhluk, diakuinya ataupun tidak, membutuhkan Allah swt, tetapi sebaliknya
Allah swt sama sekali tidak membutuhkan makhluk yang diciptakan-Nya itu.[4]

3. Al-Khaliq : Yang Maha Menciptakan

Kata Al-Khaliq, terambil dari akar kata khalq yang berart mengukur atau memperhalus.
Maknanya kemudian meluas menjadi, antara lain, menciptakan dari tiada, menciptakan
tanpa contoh terlebih dahulu, mengatur, membuat dan sebagainya[5].Dialah yang
menciptakan segalanya, Dialah yang Maha Menciptakan segala sesuatu tanpa bantuan
dan pertolongan siapa pun[6]. Allah Maha Pencipta Dia mampu menciptakan segala
sesuatu, yang kecil, besar, banyak, sedikit, dan yang rumit sekalipun. Manusia sebagai
makhluk Allah yang sempurna tidak mampu menciptakan sesuatu seperti yang Allah
ciptakan[7].

Manusia mampu membuat berbagai benda dengan tangannya, merakit peralatan canggih,
membangun rumah, menggambar dalam lukisan, dan sebagainya. Namun semua itu
dikarenakan Allah telah menciptakan mereka dengan dibekali akal yang membuat mereka
mampu melakukannya.

Dalil Naqli : Q.S. Al-Hasyr: 24

24. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia
memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada-Nya.
Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

4. Al-Ghaffar : Yang Maha Pengampun

Dialah yang memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang mau bertobat dan
bersungguh-sungguh (taubatan nasuha). Maha Suci Allah, Maha Pengampun. Karena
siapa lagi yang akan mengampuni segala macam dosa, selain hanya Allah swt belaka. Dia
pulalah yang mengembangkan tirai penutup bagi orang-orang yang telah melanggar
perintah Allah swt.

Allah swt. Mengampuni dosa-dosa, maka dosa yang besar sekalipun, kalau dikehendaki-
Nya serta akan menutub aib manusia, betapapun juga banyaknya.[8]

Allah telah membuka pintu-pintu menuju ampunan-Nya dengan cara bertobat,


mengucapkan istighfar, beriman, beramal sholeh, berbuat yang baik kepada para hamba
Allah, memberi maaf kepada mereka, kekuatan harapan terhadap anugerah Allah, dan
hal-hal lain yang dijadikan Allah sebagai perantara pendekatan pendekatan pada
ampunan-Nya.[9]

Dalil Naqli : Q.S. Fatir: 30

30. agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-
Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
Berdasarkan sifat Allah ini, kita sebagai manusia juga sebaiknya dan sudah harusnya
bersikap saling memaafkan apabila terjadi kesalahan maupun kekhilafan. Jika Allah swt
Rabb seluruh alam saja mengampuni hamba-Nya yang berdosa sekalipun besar, maka
manusia yang sama-sama masih terbelit khilaf dan lupa sudah seharusnya saling mengerti
dan bisa berdamai dengan saling minta maaf dan ditimpali dengan saling memberi maaf.

5. Al-Wahhab: Yang Maha Pemberi

Dialah yang Maha Pemberi segala sesuatu kebutuhan makhluk-Nya yang berdoa. Allah
swt. Memberi kepada siapa yang Dia kehendaki, kepada orang yang kaya dan kepada
orang yang miskin; memberi kepada orang yang baik dan kepada orang yang jahat serta
memberi kepada orang mukmin dan kafir. Manusia bisa saja menghitung nikmat
pemberian Allah swt., tetapi mereka tidak akan pernah dapat menunjukkan jumlahnya,
karena itu adalah rahasia Allah swt.[10]

Di kalangan manusia terkenal istilah dermawan, artinya orang yang suka memberi. Allah
Maha pemberi kepada makhluk-Nya. Misalnya, Dia memberi rizki, memberi jodoh,
memberi kedudukan, dan lain-lain. Maha pemberinya Allah disebut al-wahhab selain itu,
sifat dermawan manusia sangat terbatas. Terkadang manusia memberikan sesuatu karena
ada maksud tertentu. Adapun al-Wahhab (kedermawanan) Allah sangat tidak terbatas.
Terbukti Allah memberikan nikmat berupa rezeki, kesehatan dan kepintaran kepada
setiap manusia, baik yang taat maupun yang ingkar kepada Nya.[11]

Dalil Naqli : Q.S. Ali Imran 8

8. (Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada
kesesatan setelah Engkau beri-kan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.

6. Al-Fattah : Yang Maha Pembuka Pintu Rahmat

Dialah yang Maha Pembuka pintu rahmat dan mencurahkan-Nya kepada semua makhluk-
Nya. Allah swt dalam kemurahan-Nya, membukakan untuk semua hamba-hamba-Nya
rahasia alam dan kehidupan serta segala kunci ilmu pengetahuan kerajian dan
keterampilan, sehingga manusia dapat berkreasi dan menciptakan.

Allah juga telah membukakan dunia ini serta kekuasaan untuk para Nabi serta
menyelamatkan mereka dari segala macam gangguan musuh yang merintangi. Betapapun
juga Allah tidak menutup pintu rahmat-Nya bagi orang-orang yang mendurhakan agama-
Nya serta tidak pula menutup pintu kenikmatan-Nya untuk orang-orang yang kufur
kepada-Nya.[12]

Dalil Naqli : Q.S. Saba: 26

26. Katakanlah, Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi
keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi keputusan, Maha
Mengetahui.

Sesungguhnya rahmat hanyalah milik Allah, sedangkan manusia tidak memilikinya.


Namun rahmat Allah tersebar di mana saja, termasuk melalui manusia lain. Kita bisa
menyalurkan rahmat Allah dengan membuka jalan bagi orang lain untuk berusaha,
berkreasi, dengan memberikan lapangan pekerjaan, kesempatan, atau apapun yang bisa
kita lakukan.

7. Al-Adl : Yang Maha Adil

Dialah zat yang berlaku adil di dalam hukum-Nya dan ketetapan-Nya. Al-Adl
menunjukkan bahwa dia adalah Tuhn yang seadil-adilnya, tidak memihak kepada siapa
pun dalam mengambil keputusan, sehingga tidak ada orang yang dirugikan sedikit pun,
dan akan memperoleh balasan sesuai dengan pebuatan yang pernah dilakukan. Keadilan
Allah akan Dia perlihatkan ketika di dunia dan juga di akhirat kelak.[13]

Allah swt. akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan ; sedangkan kejahatan
tentulah akan diimbangi dengan kejahatan pula. Oleh karena itu, janganlah berlaku
dzalim , dan senantiasa menjaga diri agar tidak didzalimi.[14]

Manusia dalam kenyataanya sering tidak bisa berbuat adil dikarenakan memiliki perasaan
baik berupa nafsu maupun hati, sehingga terlihat subjektif dalam berbagai hal. Kita bisa
memulai melakukan sifat adil dengan cara membagi waktu yang ada; waktu untuk
belajar, istirahat, beribadah, dan lain sebagainya. Kita juga harus beb]rbuat adil kepada
orang lain, seperti hal dalam memnentukan salah maupun benar, memberi suatu
pemberian dengan bijaksana, dan sebagainya.

Dalil Naqli : Q.S. An-Nahl : 90


90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran,
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.

8. Al-Qayyum: Yang Maha Berdiri Sendiri

Dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Qayyum, Allah ingin menegaskan bahwa


Dia yang mengatur segala sesuatu yang menjadi kebutuhan makhluk-Nya secara
sempurna dan terus-menerus, tanpa memandang makhluk yang diurus-Nya itu berterima
kasih atau tidak.[15] Dialah Allah yang menciptakan semua yang ada di bumi dan apa
yang ada di langit tanpa minta bantuan orang lain. Contohnya, dalam penciptaan alam
semesta beserta isinya, Allah menciptakannya sendiri tanpa bantuan siapa pun. Dalam
melakukan sesuatu atau jika berkehendak terjadi sesuatu, Allah cukup mengucap kun
(jadilah). Segala sesuatu yang memerlukan bantuan menunjukan ketidak sempurnaan.
Allah adalah Zat Yang Maha Pembari Pertolongan Dia-lah yang diperlukan oleh semua
makhluk, termasuk manusia.[16]

Dalil Naqli : Q.S. Ali Imran 2

2. Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengurus
(makhluk-Nya).

Dalam memahami sifat ini, kita sebagai manusia harus menjadi manusia yang tidak
mudah menyerah ketika dihadapkan dengan berbagai kesulitan. Tidak lekang karena
panas, dan tidak lapuk karena hujan, karena manusia harus sadar bahwa dengan sendirian
pun kita harus tetap berjuang, walau tanpa bantuan siapapun, dan walau tanpa dukungan
dari manapun. Karena Allah swt selalu bersama kita sesungguhnya.
9. Al-Hadi: Yang Maha Pemberi Petunjuk

Dialah yang memberi petunjuk bagi hamba-Nya yang dikehendaki.[17] Petunjuk Allah
kebenarannya mutlak. Allah mengetahui siapa yang pantas diberi petunjuk dan siapa yang
tidak. Sebaliknya, petunjuk manusia relatife sifatnya, apalagi kebenarannya. Oleh karena
itu, sebaik-baik petunjuk yang diberikan Allah, yaitu Al-Quran. Al-Quran adalah
keterangan dari Allah yang menjadi petunjuk bagi manusia. [18]

Dalil Naqli : Q.S. Al-Qasas: 56

56. Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang
engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia
lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.

Hidayah mempunai arti petunjuk, maksudnya adalah menunjukkan disertai kelembutan.


Petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia terbagi dalam empat macam.

Pertama, petunjuk yang menjangkau mukallaf -dengan berbagai jenisnya- yang berupa
akal, kecerdasan dan pengetahuan dharuri (yaitu ilmu yang didapat tanpa berpikir
panjang) dan yang paling luas.

Kedua, hidayah yang diberikan kepada manusia melalui lisan para Nabi, Al-Quran, dan
sarana lain yang sejenis dengan itu.

Ketiga, pemberian taufiq (pertolongan) yang khusus diberikan kepada orang yang
mengharapkanpetunjuk.

Keempat, petunjuk di akhirat kepada surga.

Manusia mampu memberikan petunjuk kepada seseorang dengan melalui dakwah


(seruan) dan memperkenalkan cara-cara untuk mencapai berbagai jenis hidayah-Nya.[19]

Manusia juga mampu memberi petunjuk dalam berbagai hal, seperti menunjukkan arah,
jalan, lokasi, maupun waktu.

Dalam kaitan dengan asma Allah ini, dalam upaya kita untuk bercermin kepada sifat
Allah, maka hendaknya kita :

1. Dapat menjadi sumber dari para pemberi petunjuk


2. Dapat memberi petunjuk kepada orang lain ke jalan yang benar dan lurus.
3. Selalu dan di mana saja mengikuti petunjuk-petunjuk dayng diberikan oleh Rasulullah
saw, yang menjadi suri tauladan bagi orang-orang yang beriman.
4. Menjadikan petunjuk jalan kita segala ucapan dan nasihat yang baik serta amal
perbuatan yang baik pula.[20]

10. As-Sabur: Yang Maha Penyabar

Dialah yang Maha Sabar, tidak tergesa-gesa menurunkan siksa kepada hamba-Nya.[21]
Allah juga menangguhkan adzab-Nya terhadap orang-orang yang berdosa. Yang juga
menunda pelaksanaan hukumannya terhadap kaum yang menentang dan melawan
kehendak-Nya. Yang memberikan kepada mereka kesempatan yang seluas-luasnya untuk
sadar dan mau kembali ke jalan yang benar dan lurus.[22]

Dalil Naqli : Q.S. Luqman: 31

31. Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut
dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran)-
Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur

Seringnya terjadi perpecahan diantara manusia dikarenakan kadang kurangnya rasa


sabar dan terlalu terburu nafsu untuk mencapai suatu hal, padahal sabar merupakan
sebuah langkah yang mungkin nampak sederhana tapi sangat bermakna. Dengan sabar
bisa membuat kita lebih tenang dalam menentukan langkah selanjutnya. Kita juga jangan
mudah terpancing berbagai hal yang dapat menganggu kestabilan emosi kita, apabila
terjadi segera bersitighfar dan apabila marah disunahkan oleh Rasulullah untuk berwudhu

Anda mungkin juga menyukai