Anda di halaman 1dari 12

MEMAHAMI SIFAT-SIFAT ALLAH SWT.

MELALUI ASMAUL HUSNA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


LUTFI ANDRIAWAN PUTRA
M. ARIF PRATAMA
TRIO PUTRA SETIAWAN
M. FHALERIO AGYS P
ADE ARIF SETIAWAN
AGUNG SETIAWAN
WAHYU SETIONO

KELAS X TSM 1

SMK 2 MEI BANDAR LAMPUNG


TAHUN AJARAN 2014/2015

Kecenderungan fitrah manusia adalah ingin mengenal Tuhannya. Sebab,


kepada-Nyalahmanusia memohon, mengharap dan menggantungkan hidup
serta matinya. Jika kita ingin berinteraksi dengan seseorang yang dikagumi,
tentulah perlu mengenal siapa dan bagaimana sifat-sifatnya. Allah yang maha
agung yang senantiasa diharapkan pertolongan, rahmat, dan karuniaNyatetulah jauh lebih perlu bagi manusia untuk mengenalnya. Inilah fitrah
manusia sesungguhnya. Al-Quran menegaskan :






Artinya :
Maka harapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam); (sesuai)
fitrah Allah dijelaskan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. (QS. Ar-Rum : 30)

Pertanyaanya adalah bagaimana cara mengenal Allah? Kita dapat mngenal


Allah melalui nama-nama dan sifat-sifatNya yang terangkum dalam Asmaul
Husna.
Abu Bakar Shiddiq pernah ditanya, Bagaimana engkau mengenal Tuhanmu?
Aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku, jawab Abu Bakar.
Senada Abu Bakar, seorang sufi besar islam, Abu Yazid Al-Busthami
mengatakan, Aku mengenal Tuhanku karena Tuhanku. Jika bukan karena
Tuhanku, niscaya aku akan tidak mengenal Tuhanku.
Namun perlu diketahui, sebagaimana diterangkan oleh Imam Al-Ghazali, upaya
yang kita lakukan untuk mengenal Allah melalui Asmaul Husna merupakan
pengenalan yang terbatas. Sebab, bagaimana mungkin manusia yang terbatas
dapat memahami Allah yang tidak terbatas. Dengan demikian, apapun yang
tergambar dalam benak dan imajinasi, setinggi apa pun pengetahuan dan
pengenalan kita kepada Allah, sungguh Allah tidaklah demikian.
Jika disebutkan Allah maha hidup maka hidup-Nya tidak seperti hidupnya
makhluk. Jika dijelaskan Allah maha mendengar dan maha melihat maka
mendengar dan melihat-Nya berbeda dengan mendengar dan melihatnya
makhluk. Jika disebut Allah maha mulia dan maha adil (setinggi apa pun
imajinasi dan jangkauan pengetahuan manusia) maka sungguh kemulian dan
keadilan-Nya sempurna dan tidak terjangkau. Perhatikan ayat Al-Quran
berikut ini :

Artinya :
Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha
Mendengar, Maha Melihat. (QS. Asy-Syura : 11)
Imam Al-Ghazali menjelaskan, Tidak ada yang mengenal Allah selain Allah
yang Maha Tinggi sendiri. Karenanya, Dia tidak menganugrahkan kepada
hamba-Nya yang termulia (Nabi Muhammad SAW) kecuali nama yang
diselubungi dengan firman-Nya, Sabbihisma Rabbika al-Ala (Sucikanlah nama
Tuhanmu yang Maha Tinggi) QS.Al-Ala : 1. DemiAllah, tidak yang mengetahui
Allah-di dunia dan akhirat-selain Allah sendiri.
Oleh karena itu, mengenal Allah hanya dapat diperoleh melalui pengenalan
langsung dari yang Maha Agung itu. Hal tersebut, sebagaimana diterangkan
dalam kitab-Nya (Al-Quran) dan dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam haditshaditsnya.
Setelah kita mengenal Allah melalui nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang
terangkum dalam Asmaul Husna, selanjutnya kita diharapkan dapat
meneladani nama-nama dan sifat-sifat Allah itu dalam kehidupan sehari-hari.
Tentunya, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Imam Ghazali
mengatakan, Tidak dapat digambarkan suatu jiwa yang penuh dengan
pengagungan terhadap sesuatu, kecuali diikuti oleh kerinduan kepada
keagungan dan keindahannya serta dorongan untuk menghiasi diri dengan
sifat-sifat tersebut.
Demikian halnya ketika kita mengagumi keagungan dan kebesaran Allah SWT.
Seharusnya hal itu memunculkan motivasi bagi kita untuk meneladani namanama dan sifat-sifat-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Berakhlaklah dengan
akhlak Allah, demikianlah ungkapan sebuah nasihat yang oleh sebagian ulama
dianggap sebagai sabda Rasulullah SAW.
Seorang arif menulis menulis ungkapan yang sangat indah, Suatu hal yang
sulit dimengerti, bahkan suatu hal yang sangat aneh jika anda mengetahui-Nya,
tapi tidak mencintai-Nya. Mendengar panggilan-Nya, tapi tidak memenuhiNya. Mengetahui betapa besar keuntungan berinteraksi dengan-Nya, tapi
berinteraksi dengan selain-Nya. Mengetahui betapa besar murka-Nya,
kemudian membelakangi-Nya. Lebih aneh lagi, bila anda yakin membutuhkanNya, tapi menghindar dari-Nya.
Bahwasanya Allah swt mempunyai 99 nama Barang siapa menghapalnya
niscaya akan dimasukan ke dalam surga ( Hadist Rasul Riwayat Imam Bukhari )

Setidaknya, ada ayat dalam al-quran yang menegaskan hal ini, yakni :
Pertama, pada surah Al-Araf ayat 180:

Artinya :
Allah swt mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang indah), maka
memohonlah kepadanya dengan menyebut Asmaul Husna itudan
tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan nama-namaNya. Mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.
(QS Al-Araf : 180)
Kedua, pada surah Al-Isra ayat 110:

Artinya :
Katakanlah: Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana
saja kamu seru, Dia mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik) dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu (QS Al-Isra :
110)
Ketiga, pada Surah Thaha ayat 8:

Artinya :
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia
mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang baik) (QS Thaaha : 8)
Keempat, pada Surah Al-Hasyr ayat 24:

Artinya :
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa
yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (QS Al-Hasyr : 24)
Contoh 10 nama Allah sWt. Dalam asmaul husna :
1. As-Salam : Yang Maha Memberi Keselamatan
Allah-lah yang memegang keselamatan seluruh alam, dan hanya dialah
yang Maha Selamat dari segala cacat dan kekurangan. Segenap makhluk Allah
swt. Akan pernah menghadapi kekurangan, justru setelah ia sebelumnya
mengalami kesempurnaan. Dan memang, kesempurnaan manusia tentu saja
masih akan ada kekurangannya. Seluruh manusia itu senantiasa dalam keadaan
yang berubah; dari muda ia kemudian menjadi tua, tua bangka dan tanpa dapat
menolaknya, ia pun melemah dalam segala aspeknya. Sesudah hidup, kematian
pasti mengunjunginya.
Tetapi Allah Maha Suci bebas dari segala macam gangguan dan perubahan
yang setiap saat dialami oleh seluruh makhluk yang telah diciptakan-Nya itu.
Allah swt. Bebas dari kepunahan.
Manusia, siapapun yang mengharapkan keselamatan, betapapun kukuhkekarnya ia saat ini kelihatan, tetapi ia tetap harus bergantung kepada-Nya.
Allah swt. Adalah As-salam; dari Allah swt. Jugalah datangnya As-Salam
dan kepada As-Salam pulalah seluruhnya kelak akan kembali.
Apabila kita menghadapi sesuatu bahaya yang mengancam diri kita, kita
tentulah akan berdoa ;Ya Allah, selamatkanlah diri hambamu ini
Dalam contoh nyata, sebagaimana yang telah dipesankan oleh Nabi agar
manusia menyebar salam, maka manusia segera dituntut untuk menjadikan
salam sebagai prinsip dalam hidup kita. Kita bisa berperilaku menjaga
keselamatan orang lain dengan berbagai cara, seperti melindungi dari gangguan
orang lain, menasehati akan kekurangan-kekurangan orang di sekitar kita,
maupun menuntun manusia lain menuju keselamatan, tentu saja dengan niatan
semua karena Allah swt.
Dalil Naqli : Q.S. Yasin 58

Artinya :
Salam, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.

2. Al-Aziz : Yang Maha Perkasa


Dialah yang Maha Perkasa, yang dapat mengalahkan siapapun termasuk
memusnahkan alam semesta ini. Keperkasaaan Allah tidak terbatas dan terus
menerus. Adapun keperkasaan makhluk sangat terbatas. Segagah apa pun
manusia dalam waktunya ia akan mati
Dalil Naqli
: Q.S. Al-Ankabut: 42

Artinya :
Sungguh, Allah mengetahui apa saja yang mereka sembah selain Dia. Dan
Dia Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Orang-orang mukmin tidak akan pernah merasa lemah, sehingga memerlukan
perlindungan orang lain, sebaliknya mereka senantiasa akan merasa tangguh
oleh karena keyakinan mereka selalu memperoleh kekuatan dan perlindungan
dari Allah swt, yang memang menjadi pemilik ini semua.
Kekuatan itu hanyalah milik Allah swt, bagi Rasul-Nya serta bagi orangorang mukmin. Allah swt merupakan sumber daripada segala kekuatan yang
ada. Oleh karena itu, barangsiapa mencari sumber kekuatan di luar Allah swt,
maka bagaimanapun juga akan datang saatnya ia akan binasa. Hanya yang kuat
dan perkasa itulah yang mampu mendapatkan kemenangan dan Allah swt-lah
yang menjadi pemilik-Nya. Dan tidak seorangpun tentunya yang dapat
menyanggah bahwa Allah swt-lah yang akan menang.
Semua makhluk, diakuinya ataupun tidak, membutuhkan Allah swt, tetapi
sebaliknya Allah swt sama sekali tidak membutuhkan makhluk yang diciptakanNya itu.
3. Al-Khaliq : Yang Maha Menciptakan
Kata Al-Khaliq, terambil dari akar kata khalq yang berart mengukur
atau memperhalus. Maknanya kemudian meluas menjadi, antara lain,
menciptakan dari tiada, menciptakan tanpa contoh terlebih dahulu, mengatur,
membuat dan sebagainya.Dialah yang menciptakan segalanya, Dialah yang
Maha Menciptakan segala sesuatu tanpa bantuan dan pertolongan siapa pun.
Allah Maha Pencipta Dia mampu menciptakan segala sesuatu, yang kecil, besar,
banyak, sedikit, dan yang rumit sekalipun. Manusia sebagai makhluk Allah
yang sempurna tidak mampu menciptakan sesuatu seperti yang Allah ciptakan
Manusia mampu membuat berbagai benda dengan tangannya, merakit peralatan
canggih, membangun rumah, menggambar dalam lukisan, dan sebagainya.
Namun semua itu dikarenakan Allah telah menciptakan mereka dengan dibekali
akal yang membuat mereka mampu melakukannya.

Dalil Naqli

: Q.S. Al-Hasyr: 24

Artinya :
Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit dan di bumi bertasbih
kepada-Nya. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
4. Al-Ghaffar : Yang Maha Pengampun
Dialah yang memberikan ampunan kepada hamba-Nya yang mau
bertobat dan bersungguh-sungguh (taubatan nasuha). Maha Suci Allah, Maha
Pengampun. Karena siapa lagi yang akan mengampuni segala macam dosa,
selain hanya Allah swt belaka. Dia pulalah yang mengembangkan tirai penutup
bagi orang-orang yang telah melanggar perintah Allah swt.
Allah swt. Mengampuni dosa-dosa, maka dosa yang besar sekalipun, kalau
dikehendaki-Nya serta akan menutub aib manusia, betapapun juga banyaknya.
Allah telah membuka pintu-pintu menuju ampunan-Nya dengan cara bertobat,
mengucapkan istighfar, beriman, beramal sholeh, berbuat yang baik kepada para
hamba Allah, memberi maaf kepada mereka, kekuatan harapan terhadap
anugerah Allah, dan hal-hal lain yang dijadikan Allah sebagai perantara
pendekatan pendekatan pada ampunan-Nya.
Dalil Naqli
: Q.S. Fatir: 30

Artinya :
agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah
karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.
Berdasarkan sifat Allah ini, kita sebagai manusia juga sebaiknya dan sudah
harusnya bersikap saling memaafkan apabila terjadi kesalahan maupun
kekhilafan. Jika Allah swt Rabb seluruh alam saja mengampuni hamba-Nya
yang berdosa sekalipun besar, maka manusia yang sama-sama masih terbelit
khilaf dan lupa sudah seharusnya saling mengerti dan bisa berdamai dengan
saling minta maaf dan ditimpali dengan saling memberi maaf.
5. Al-Wahhab: Yang Maha Pemberi
Dialah yang Maha Pemberi segala sesuatu kebutuhan makhluk-Nya yang
berdoa. Allah swt. Memberi kepada siapa yang Dia kehendaki, kepada orang

yang kaya dan kepada orang yang miskin; memberi kepada orang yang baik dan
kepada orang yang jahat serta memberi kepada orang mukmin dan kafir.
Manusia bisa saja menghitung nikmat pemberian Allah swt., tetapi mereka tidak
akan pernah dapat menunjukkan jumlahnya, karena itu adalah rahasia Allah swt.
Di kalangan manusia terkenal istilah dermawan, artinya orang yang suka
memberi. Allah Maha pemberi kepada makhluk-Nya. Misalnya, Dia memberi
rizki, memberi jodoh, memberi kedudukan, dan lain-lain. Maha pemberinya
Allah disebut al-wahhab selain itu, sifat dermawan manusia sangat terbatas.
Terkadang manusia memberikan sesuatu karena ada maksud tertentu. Adapun
al-Wahhab (kedermawanan) Allah sangat tidak terbatas. Terbukti Allah
memberikan nikmat berupa rezeki, kesehatan dan kepintaran kepada setiap
manusia, baik yang taat maupun yang ingkar kepada Nya.
Dalil Naqli
: Q.S. Ali Imran 8

Artinya :
(Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami
kepada kesesatan setelah Engkau beri-kan petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha
Pemberi.
6. Al-Fattah : Yang Maha Pembuka Pintu Rahmat
Dialah yang Maha Pembuka pintu rahmat dan mencurahkan-Nya kepada
semua makhluk-Nya. Allah swt dalam kemurahan-Nya, membukakan untuk
semua hamba-hamba-Nya rahasia alam dan kehidupan serta segala kunci ilmu
pengetahuan kerajian dan keterampilan, sehingga manusia dapat berkreasi dan
menciptakan.
Allah juga telah membukakan dunia ini serta kekuasaan untuk para Nabi serta
menyelamatkan mereka dari segala macam gangguan musuh yang merintangi.
Betapapun juga Allah tidak menutup pintu rahmat-Nya bagi orang-orang yang
mendurhakan agama-Nya serta tidak pula menutup pintu kenikmatan-Nya untuk
orang-orang yang kufur kepada-Nya.
Dalil Naqli
: Q.S. Saba: 26

Artinya :

Katakanlah, Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia


memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia Yang Maha Pemberi
keputusan, Maha Mengetahui.
Sesungguhnya rahmat hanyalah milik Allah, sedangkan manusia tidak
memilikinya. Namun rahmat Allah tersebar di mana saja, termasuk melalui
manusia lain. Kita bisa menyalurkan rahmat Allah dengan membuka jalan bagi
orang lain untuk berusaha, berkreasi, dengan memberikan lapangan pekerjaan,
kesempatan, atau apapun yang bisa kita lakukan.
7. Al-Adl : Yang Maha Adil
Dialah zat yang berlaku adil di dalam hukum-Nya dan ketetapan-Nya. AlAdl menunjukkan bahwa dia adalah Tuhn yang seadil-adilnya, tidak memihak
kepada siapa pun dalam mengambil keputusan, sehingga tidak ada orang yang
dirugikan sedikit pun, dan akan memperoleh balasan sesuai dengan pebuatan
yang pernah dilakukan. Keadilan Allah akan Dia perlihatkan ketika di dunia
dan juga di akhirat kelak.
Allah swt. akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan ; sedangkan
kejahatan tentulah akan diimbangi dengan kejahatan pula. Oleh karena itu,
janganlah berlaku dzalim , dan senantiasa menjaga diri agar tidak didzalimi
Manusia dalam kenyataanya sering tidak bisa berbuat adil dikarenakan memiliki
perasaan baik berupa nafsu maupun hati, sehingga terlihat subjektif dalam
berbagai hal. Kita bisa memulai melakukan sifat adil dengan cara membagi
waktu yang ada; waktu untuk belajar, istirahat, beribadah, dan lain sebagainya.
Kita juga harus beb]rbuat adil kepada orang lain, seperti hal dalam
memnentukan salah maupun benar, memberi suatu pemberian dengan bijaksana,
dan sebagainya.
Dalil Naqli
: Q.S. An-Nahl : 90

Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan
keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.

8. Al-Qayyum: Yang Maha Berdiri Sendiri


Dengan memperkenalkan diri-Nya sebagai Al-Qayyum, Allah ingin
menegaskan bahwa Dia yang mengatur segala sesuatu yang menjadi kebutuhan
makhluk-Nya secara sempurna dan terus-menerus, tanpa memandang makhluk
yang diurus-Nya itu berterima kasih atau tidak. Dialah Allah yang menciptakan
semua yang ada di bumi dan apa yang ada di langit tanpa minta bantuan orang
lain. Contohnya, dalam penciptaan alam semesta beserta isinya, Allah
menciptakannya sendiri tanpa bantuan siapa pun. Dalam melakukan sesuatu
atau jika berkehendak terjadi sesuatu, Allah cukup mengucap kun (jadilah).
Segala sesuatu yang memerlukan bantuan menunjukan ketidak sempurnaan.
Allah adalah Zat Yang Maha Pembari Pertolongan Dia-lah yang diperlukan oleh
semua makhluk, termasuk manusia.
Dalil Naqli
: Q.S. Ali Imran 2

Artinya :
Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus
mengurus (makhluk-Nya).
Dalam memahami sifat ini, kita sebagai manusia harus menjadi manusia
yang tidak mudah menyerah ketika dihadapkan dengan berbagai kesulitan.
Tidak lekang karena panas, dan tidak lapuk karena hujan, karena manusia harus
sadar bahwa dengan sendirian pun kita harus tetap berjuang, walau tanpa
bantuan siapapun, dan walau tanpa dukungan dari manapun. Karena Allah swt
selalu bersama kita sesungguhnya.
9. Al-Hadi: Yang Maha Pemberi Petunjuk
Dialah yang memberi petunjuk bagi hamba-Nya yang dikehendaki.
Petunjuk Allah kebenarannya mutlak. Allah mengetahui siapa yang pantas
diberi petunjuk dan siapa yang tidak. Sebaliknya, petunjuk manusia relatife
sifatnya, apalagi kebenarannya. Oleh karena itu, sebaik-baik petunjuk yang
diberikan Allah, yaitu Al-Quran. Al-Quran adalah keterangan dari Allah yang
menjadi petunjuk bagi manusia.
Dalil Naqli
: Q.S. Al-Qasas: 56

Artinya :
56. Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada
orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang

Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.
Hidayah mempunai arti petunjuk, maksudnya adalah menunjukkan disertai
kelembutan. Petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia terbagi dalam
empat macam.
Pertama, petunjuk yang menjangkau mukallaf -dengan berbagai jenisnya- yang
berupa akal, kecerdasan dan pengetahuan dharuri (yaitu ilmu yang didapat tanpa
berpikir panjang) dan yang paling luas.
Kedua, hidayah yang diberikan kepada manusia melalui lisan para Nabi, AlQuran, dan sarana lain yang sejenis dengan itu.
Ketiga, pemberian taufiq (pertolongan) yang khusus diberikan kepada orang
yang mengharapkanpetunjuk.
Keempat, petunjuk di akhirat kepada surga.
Manusia mampu memberikan petunjuk kepada seseorang dengan melalui
dakwah (seruan) dan memperkenalkan cara-cara untuk mencapai berbagai jenis
hidayah-Nya.
Manusia juga mampu memberi petunjuk dalam berbagai hal, seperti
menunjukkan arah, jalan, lokasi, maupun waktu.
Dalam kaitan dengan asma Allah ini, dalam upaya kita untuk bercermin kepada
sifat Allah, maka hendaknya kita :
Dapat menjadi sumber dari para pemberi petunjuk
Dapat memberi petunjuk kepada orang lain ke jalan yang benar dan lurus.
Selalu dan di mana saja mengikuti petunjuk-petunjuk dayng diberikan oleh
Rasulullah saw, yang menjadi suri tauladan bagi orang-orang yang beriman.
Menjadikan petunjuk jalan kita segala ucapan dan nasihat yang baik serta amal
perbuatan yang baik pula.
10. As-Sabur: Yang Maha Penyabar
Dialah yang Maha Sabar, tidak tergesa-gesa menurunkan siksa kepada
hamba-Nya. Allah juga menangguhkan adzab-Nya terhadap orang-orang yang
berdosa. Yang juga menunda pelaksanaan hukumannya terhadap kaum yang
menentang dan melawan kehendak-Nya. Yang memberikan kepada mereka
kesempatan yang seluas-luasnya untuk sadar dan mau kembali ke jalan yang
benar dan lurus.
Dalil Naqli
: Q.S. Luqman: 31

Artinya :

31. Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar


di laut dengan nikmat Allah, agar diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari
tanda-tanda (kebesaran)-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kebesaran)-Nya bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak
bersyukur
Seringnya terjadi perpecahan diantara manusia dikarenakan kadang
kurangnya rasa sabar dan terlalu terburu nafsu untuk mencapai suatu hal,
padahal sabar merupakan sebuah langkah yang mungkin nampak sederhana tapi
sangat bermakna. Dengan sabar bisa membuat kita lebih tenang dalam
menentukan langkah selanjutnya. Kita juga jangan mudah terpancing berbagai
hal yang dapat menganggu kestabilan emosi kita, apabila terjadi segera
bersitighfar dan apabila marah disunahkan oleh Rasulullah untuk berwudhu.

Anda mungkin juga menyukai