Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia normal biasanya menyukai sifat-sifat terbaik seperti jujur,
terpercaya, dermawan, ramah, dan santun serta membenci sifat-sifat buruk
seperti dusta, khianat, kikir, pemarah, dan kasar. Hal ini bersifat universal
dan melewati sekat-sekat agama, bangsa, ras, dan golongan. Inilah yang
disebut persetujuan universal (universal agreement): seluruh manusia
mengakui dan menyukai sifat-sifat terbaik tersebut.1
Darimana datangnya persetujuan universal tersebut? Ary Ginanjar
Agustian mengatakan bahwa persetujuan tersebut berasal dari suara hati
manusia yang pada dasarnya juga bersifat universal. Dengan catatan:
manusia tersebut telah mencapai titik zero dan terbebas dari belenggu
pikiran.2
Hati dan pikiran yang jernih akan mampu mengidentifikasi sifat-
sifat yang mulia tersebut. Seperti ada daya tarik, seseorang akan menyukai
sifat-sifat terbaik tersebut tanpa mampu menjelaskan mengapa dia sampai
menyukainya.
Mengapa orang menyukai sifat-sifat yang baik? Mengapa tidak
menyukai perbuatan yang buruk? Jawaban atas pertanyaan ini dapat
diberikan melalui pendekatan spiritual. Suara hati atau hati nurani adalah
pancaran dari sifat-sifat Ilahi yang telah dipasangkan ke dalam tubuh
manusia. Sumbernya satu, yaitu Allah Swt. Karena itu, sifat-sifat tersebut
mempunyai keterikatan yang erat. Seperti ada gaya gravitasi, kita selalu
tertarik dengan sifat-sifat terbaik yang dimiliki seseorang. Hal ini terjadi
karena sifat terbaik itu sebenarnya juga ada dalam diri kita. Ia beresonansi
ketika menyaksikan sifat itu pada diri orang lain.

1
Muhammad Syafii Antonio, Asma’ul Husna For Success in Business & Life, (Jakarta: TAZKIA
Publishing, 2013) cet. V, hal. 15.
2
Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
(Jakarta: Arga Publishing, 2007), hal. 86.

1
Jauh sebelum teori-teori modern mengungkap sifat-sifat yang baik
bagi kesuksesan seseorang, Allah telah menerangkan bahwa dalam diri
manusia ada sifat-sifat tersebut yang “dihembuskan-Nya”. Untuk
“memahami” sifat-sifat-Nya itu Allah memperkenalkan melalui sifat-sifat
yang dimiliki-Nya. Sifat-sifat tersebut terungkap dalam Al-Qur’an. Sifat-
sifat inilah yang disebut asma’ul husna atau nama-nama yang baik. Para
ulama menyusun sifat-sifat tersebut dalam berbagai versi, dan yang paling
populer adalah 99 nama atau sifat Allah.3
Asmaul husna (bahasa Arab: ‫األس>>ماء الحس>>نى‬, translit. al-asmā’ al-
ḥusnā) adalah nama-nama Allah yang indah. Jumlahnya yang disebutkan
di dalam hadits hanya 99 nama, tetapi di dalam Al-Qur'an terdapat nama-
nama Allah selain ke-99 nama tersebut. Asma berarti nama (penyebutan)
dan husna berarti yang baik atau yang indah, jadi asma’ul husna adalah
nama-nama milik Allah yang baik lagi indah.4
Sembilan puluh sembilan (99) nama atau sifat inilah yang akan
dibahas dalam bab-bab selanjutnya; bagaimana ke- 99 nama atau sifat
tersebut dijadikan sebagai sumber landasan dalam meraih kesuksesan
hidup dan bisnis yang dijalankan.5
Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan
nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang
mesti kita ibadahi dengan sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan
pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya, akan tetapi yang jelas
adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau menyebut
nama-nama Allah.
Selain perbedaan dalam mengartikan dan menafsirkan suatu nama
terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200,
bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang
terpenting adalah hakikat Dzat Allah yang harus dipahami dan dimengerti
oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.
3
Muhammad Syafii Antonio, Asma’ul Husna For Success in Business & Life, (Jakarta: TAZKIA
Publishing, 2013) cet. V, hal. 15-16.
4
Wikipedia. Asmaulhusna dari https://id.wikipedia.org/wiki/Asmaulhusna, artikel diakses pada 21
Oktober 2022.
5
Muhammad Syafii Antonio, Asma’ul Husna For Success in Business & Life, (Jakarta: TAZKIA
Publishing, 2013) cet. V, hal. 16.

2
Asma’ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar
Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama
Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu
dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi
dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat muslim tidak akan
mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang
dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat dimengerti dengan
hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah. Pembahasan berikut
hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang
sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami
keberadaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak
dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum
dalam Q. S. Al-Ikhlash. 6
Allah Swt berfirman :
ِ
َ ‫ َومَلْ يَ ُك ْن لَّهُ ُك ُف ًوا‬.‫ مَلْ يَل ْد َومَلْ يُ ْولَ ْد‬.‫الص َم ُد‬
‫َأح ٌد‬ َّ ُ‫ اللَّه‬.‫َأح ٌد‬
َ ُ‫قُ ْل ُه َو اللَّه‬.
(4-1 : ‫)سورة اإلخالص‬.
Artinya : "Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang
setara dengan Dia". (Q. S. 112 : 1-4).
Tafsir Q. S. Al-Ikhlash ayat pertama yakni tujuan utama kehadiran
Al-Qur’an adalah memperkenalkan Allah dan mengajak manusia untuk
mengesakan-Nya serta patuh kepada-Nya. Surah ini memperkenalkan
Allah dengan memerintahkan Nabi Muhammad Saw untuk menyampaikan
sekaligus menjawab pertanyaan sementara orang tentang Tuhan yang
beliau sembah. Ayat di atas menyatakan: Katakanlah wahai Nabi
Muhammad kepada yang bertanya kepadamu bahkan kepada siapa pun

6
Wikipedia. Asmaulhusna dari https://id.wikipedia.org/wiki/Asmaulhusna, artikel diakses pada 21
Oktober 2022.

3
bahwa Dia Yang Wajib wujud-Nya dan yang berhak disembah adalah
Allah Tuhan Yang Maha Esa.7
Setelah ayat yang lalu menjelaskan tentang Dzat, sifat dan
perbuatan Allah Yang Maha Esa, ayat di atas menjelaskan kebutuhan
makhluk kepada-Nya, yakni hanya Allah Yang Maha Esa itu adalah
tumpuan harapan yang dituju oleh semua makhluk guna memenuhi segala
kebutuhan, permintaan mereka, serta bergantung kepada-Nya segala
sesuatu.8
Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan bahwa semua makhluk
bergantung kepada-Nya, ayat di atas membantah kepercayaan sementara
orang tentang Tuhan dengan menyatakan bahwa Allah Yang Maha Esa itu
tidak wajar dan tidak pula pernah beranak dan di samping itu Dia tidak
diperanakkan yakni tidak dilahirkan dari bapak atau ibu.9
Setelah menjelaskan bahwa Allah tidak beranak dan tidak
diperanakkan, ayat di atas menafikan sekali lagi segala sesuatu yang
menyamai-Nya baik sebagai anak atau bapak atau selainnya, dengan
menyatakan: Tidak ada satu pun baik dalam imajinasi apalagi dalam
kenyataan yang setara dengan-Nya dan tidak juga ada sesuatu pun yang
menyerupai-Nya.10
Ulama Ahmad Mustafa Al-Maraghi berpendapat dalam kitab
tafsirnya bahwa surah ini mengandung nilai sanggahan terhadap keyakinan
kaum musyrik dengan seluruh aneka keyakinannya. Allah mensucikan
diri-Nya dari berbagai sifat yang menjadi keyakinan kaum musyrik
melalui firman-Nya “Allahu Ahad”. Allah juga mensucikan diri-Nya dari
hal-hal yang baru dan berawal dari firman-Nya “Lam Yalid”. Allah
mensucikan diri-Nya pula dari segala bentuk rupa yang sejenis atau serupa
dengan-Nya melalui firman-Nya “Wa Lam Yulad”. Allah juga mensucikan
diri-Nya dari adanya sekutu melalui firman-Nya “Lam Yakun lahu
Kufuwan Ahad”.

7
Muhammad Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH, ... hal. 607.
8
Muhammad Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH, ... hal. 612.
9
Muhammad Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH, ... hal. 614.
10
Muhammad Quraish Shihab, TAFSIR AL-MISHBAH, ... hal. 615.

4
Pendapat ulama dari M. Yusran Asmuni dalam bukunya Ilmu
Tauhid, bahwa Q. S. Al-Ikhlash ini menyatakan bahwa Allah itu Esa, satu
tunggal. Allah bahkan memberi penegasan khusus bahwa Allah tidak
beranak, tidak pula diperanakkan. Pernyataan ini secara tegas menolak
anggapan bahwa Allah punya anak, apalagi kalau Allah dilahirkan oleh
yang lain. Hal ini merupakan inti ajaran Tauhid yang harus dipegangi oleh
semua umat Islam.
Berbeda dengan para ulama yakni Al-Maraghi, Ibnu Katsir dan
Hamka, Quraish Shihab berpendapat bahwa surah ini merupakan wahyu
yang kesembilanbelas yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw., sesudah
turunnya Q. S. Al-Fil. Ini didasarkan pada riwayat Ibnu Jarir yang
bersumber dari Qatadah bahwa beberapa orang Yahudi, di antaranya Ka’b
bin Al-Asyraf dan Hayy bin Akhthab, menghadap Nabi Muhammad Saw
mereka berkata : “Hai Muhammad, lukiskan sifat-sifat Rabb yang
mengutusmu.”. Ayat ini (Q. S. 112 : 1-4) turun berkenaan dengan
peristiwa tersebut. Menurutnya Q. S. Al-Ikhlash ini menetapkan keesaan
Allah secara murni dan menafikan segala macam kemusyrikan terhadap-
Nya. Wajar jika Rasul Saw menilai surah ini sebagai “sepertiga Al-
Qur’an”.
Pendapat penulis dalam Q. S. Al-Ikhlash ayat 1-4 ini, Allah
menjelaskan keadaan pribadinya; bahwa Allah itu Esa dalam Dzat, sifat
dan perbuatan-Nya. Allah tempat semua orang yang berhajat memanjatkan
permohonan pada-Nya. Dia tidak ada seorang anakpun yang muncul dan
tidak diperanakkan, sebab tidak ada permulaan perihal wujud-Nya. Dan
tidak ada seorangpun menyamai ataupun menyerupai-Nya.11
Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada
Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada
(dan bergantung) pada-Nya.12

11
Sudut Hukum. Pandangan Ulama Terhadap Surat Al-Ikhlas dari
https://suduthukum.com/2016/08/pandangan-ulama-terhadap-surat-al-ikhlas.html, artikel diakses
pada 22 Oktober 2022.
12
Wikipedia. Asmaulhusna dari https://id.wikipedia.org/wiki/Asmaulhusna, artikel diakses pada
22 Oktober 2022.

5
Selain terdapat di awal dan di akhir mushaf, asma’ul husna juga
terdapat di dalam Al-Qur’an baik tertulis secara langsung maupun hanya
sebatas maknanya. Asma’ul husna di dalam Al-Qur’an juga tersebar di
berbagai surah mulai dari Al-Fatihah hingga An-Nas. Kebanyakan dari
asma’ul husna yang ada di dalam Al-Qur’an ini terdapat pada bagian akhir
sebagai penutup ayat. Lebih dari itu, asma’ul husna yang terdapat pada
bagian akhir sebagai penutup ayat ini tidak disebutkan sendiri-sendiri
melainkan berpasang-pasangan.13
Kata sukses pasti terdengar menyenangkan bagi orang-orang
karena itu merupakan tujuan mayoritas orang di dunia. Makna sukses tidak
hanya berarti orang dengan banyak uang, pekerjaan mumpuni, dan strata
sosial yang tinggi. Secara harfiah, kata sukses memiliki arti berhasil dalam
berbagai aspek. Bisa dibilang, sukses adalah sebuah keberhasilan, terlepas
apa pun keberhasilan itu.
Sukses kerap dikaitkan dengan kehidupan ekonomi dan sosial
seorang individu. Definisi sukses secara ekonomi adalah peningkatan
strata sosial yang dapat memenuhi kepuasan pribadi seseorang. Tak ada
salahnya jika Grameds ingin mengejar kesuksesan secara ekonomi karena
hal itu akan membawa pertolongan dalam kehidupan Anda dan orang lain.
Berikut ini pengertian sukses dari kacamata tokoh dunia.
1. Deepak Chopra
Deepak Chopra sebagai seorang guru spiritual ternama mengatakan
sukses adalah ekspansi berkelanjutan akan kebahagiaan dan realisasi
yang progresif dari tujuan berharga. Definisi sukses tersebut tertuang
dalam bukunya yang berjudul “The Seven Spiritual Laws of
Success”.
2. Thomas Alfa Edison
Penemu sekaligus pengusaha yang mengembangkan banyak
peralatan penting ini mendefinisikan kesuksesan sama halnya dengan
ambisius. Baginya sukses berarti 1% inspirasi dan 99% keringat.

13
Bobby Zulfikar Akbar. Pasangan-Pasangan Al-Asma’ Al-Husna sebagai Penutup Ayat dalam
Al-Qur’an pada Surah Al-Baqarah, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam.
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2020), 2-3.

6
3. Arianna Huffington
Pemimpin Huffing Post ini mendefinisikan sukses menjadi empat
metrik, yakni kebijaksanaan, kesejahteraan, mimpi, dan berderma.
Keempat metrik tersebut membantu menjaga psikologi kehidupan dan
meraih kesuksesan yang sebenarnya.
4. Maya Angelou
Penulis yang satu ini mengatakan bahwa definisi sukses adalah
ketika seseorang menyukai dirinya, menyukai apa yang dia lakukan,
dan menyukai pekerjaannya.
5. Tony Hsieh
Tokoh ternama ini merupakan CEO Zappos yang mendefinisikan
sukses sebagai hidup yang berjalan sesuai dengan nilai-nilai yang
diyakini. Baginya, nilai dasar personal berarti siapa individu tersebut
dan nilai dasar perusahaan berarti menentukan karakter beserta merek
produk.
6. Elon Musk
Sebagai miliarder tersohor dunia sekaligus CEO Tesla, Elon Musk
menuturkan bahwa sukses adalah selama Anda dapat melakukan
berbagai hal menyenangkan dalam hidup.
7. Warren Buffet
Seorang investor, pengusaha, dan filantropis asal Amerika Serikat
ini mengatakan bahwa sukses adalah ketika orang terdekatmu bahagia
dan mencintaimu.14

Bisnis adalah serangkaian usaha yang dilakukan individu atau


kelompok dengan menawarkan barang dan jasa untuk mendapatkan
keuntungan (laba). Arti bisnis juga bisa didefinisikan sebagai
menyediakan barang dan jasa guna untuk kelancaran sistem
perekonomian. Definisi tersebut tertulis dalam buku Pengantar Bisnis oleh
Hadion Wijoyo, dan kawan-kawan.

14
Farah Fadila. Arti dan 10 Cara Menjadi Orang Sukses dari https://www.gramedia.com/best-
seller/arti-sukses/#Arti_Sukses, artikel diakses pada 22 Oktober 2022.

7
Dalam arti luas, pengertian bisnis adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang
dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Kesimpulannya, pengertian bisnis
memuat 4 aspek yakni, menghasilkan barang dan jasa, mendapatkan laba,
suatu kegiatan usaha dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sehari-
hari.15

B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas maka dapat diuraikan
permasalahan sebagai berikut:
1. Tidak mudah menghafal Asma’ul Husna terhadap motivasi sukses
dalam bisnis.
2. Menghafal Asma’ul Husna masih sebatas hanya mengetahui saja, tidak
diberikan motivasi sukses dalam bisnis.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini untuk mengetahui
tentang pengaruh hafalan Asma’ul Husna terhadap motivasi sukses dalam
bisnis.

D. Rumusan Masalah
1. Adakah pengaruh hafalan Asma’ul Husna terhadap motivasi sukses?
2. Seberapa besar pengaruh hafalan Asma’ul Husna terhadap motivasi
dalam bisnis?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian

15
Kholida Qothrunnada. Bisnis: Pengertian, Tujuan, Jenis dan Contohnya dari
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6049917/bisnis-pengertian-tujuan-jenis-dan-
contohnya, artikel diakses pada 22 Oktober 2022.

8
Berdasarkan latar belakang serta perumusan masalah yang telah
dipaparkan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
untuk:
a. Menganalisis pengaruh hafalan Asma’ul Husna terhadap motivasi
sukses.
b. Menganalisis pengaruh hafalan Asma’ul Husna terhadap motivasi
dalam bisnis.
2. Manfaat Penelitian
a. Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi keilmuan
Bahasa dan diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan
keagamaan dengan mengenal Asma’ul Husna.
b. Praktis
1) Hasil penelitian ini dapat memperluas pengetahuan pembaca
untuk memahami tentang pengaruh Asma’ul Husna For
Success in Business & Life karangan Dr. Muhammad Syafii
Antonio, M. Ec (Nio Gwan Chung) tahun 2013.
2) Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian bahasa
dan dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti bahasa
selanjutnya.

F. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Machfud Syaefudin dan Wirayudha
Pramana Bhakti dari IAIN Pekalongan yang berjudul Pembentukan
Kontrol Diri Siswa dengan Pembiasaan Dzikir Asma’ul Husna dan
Salat Berjama’ah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
hendak menguji korelasi antara variabel membaca dzikir asma’ul
husna dan melakukan Salat Zhuhur Berjama’ah terhadap kontrol diri
pada siswa MA di Kota Pekalongan. Untuk mengetahui korelasi
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y), peneliti
menggunakan rancangan penelitian korelasional. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif noneksperimen. Dengan kata

9
lain, peneliti tidak melakukan treatment terhadap subjek dan variabel
penelitian, tetapi mengkaji fakta-fakta yang terjadi dan pernah
dilakukan oleh subjek penelitian.16 Jenis variabel yang akan diteliti
dalam penelitian ini adalah variabel Dzikir Asma’ul Husna sebagai
variabel independen (X1), Salat Zhuhur Berjama’ah sebagai variabel
independen (X2), dan Kontrol Diri Siswa MA di Kota Pekalongan
sebagai variabel dependen (Y). Berarti bahwa Dzikir Asma’ul Husna
dan Salat Zhuhur Berjama’ah berkorelasi dengan Kontrol Diri Siswa
MA di Kota Pekalongan.17
2. Penelitian yang dilakukan oleh Imardiani, Ayu Nopita Sari, dan Windy
Astuti C. N., dari Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Palembang dengan judul Pengaruh Terapi Dzikir
Asma’ul Husna terhadap Kualitas Tidur pada Pasien Intensif di Rumah
Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 4 April sampai 4 Mei 2017 dan menggunakan dengan
rancangan penelitian one group pretest-posttest design. Uji statistik
menggunakan uji non parametrik yaitu uji wilcoxon. Sampel diambil
dengan menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah
responden sebanyak 15 orang. Setiap responden diberikan perlakuan
mendengarkan terapi dzikir asma’ul husna dengan satu kali terapi per
hari selama 15 menit.18 Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
menggunakan kuesioner, yaitu RCSQ dengan jumlah 5 pertanyaan dan
dengan penilaian dalam rentang skor 0-100 untuk mengkategorikan
kualitas tidur pasien. Pengolahan data dilakukan dengan proses editing,
coding, entry data, dan cleaning. Selanjutnya data dianalisa secara
univariat dan bivariat. Analisa univariat dilakukan untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel. Sedangkan
16
Machfud Syaefudin dan Wirayudha Pramana Bhakti, “Pembentukan Kontrol Diri Siswa dengan
Pembiasaan Dzikir Asma’ul Husna dan Salat Berjama’ah”, (Jurnal Peurawi: 2020) Vol. 3, No. 1,
hal. 87-88.
17
Machfud Syaefudin dan Wirayudha Pramana Bhakti, “Pembentukan Kontrol Diri Siswa dengan
Pembiasaan Dzikir Asma’ul Husna dan Salat Berjama’ah”, (Jurnal Peurawi: 2020) Vol. 3, No. 1,
hal. 88-89.
18
Imardiani, Ayu Nopita Sari, dan Windy Astuti C. N., “Pengaruh Terapi Dzikir Asma’ul Husna
terhadap Kualitas Tidur pada Pasien Intensif di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang”,
(Masker Medika: 2019) Vol. 7, No. 2, hal. 535.

10
Analisa bivariat dilakukan untuk melihat pengaruh antara variabel
independen dan variabel dependen menggunakan uji statistik T-Test
dengan kepercayaan 95% bila 𝛼 ≤ 0,05 menunjukkan adanya pengaruh
dan sebaliknya bila 𝛼 ≥ 0,05 berarti tidak ada pengaruh antara variabel
independen dan dependen serta digunakan uji wilcoxon sebagai uji
alternatif.19
3. Penelitian yang dilakukan oleh Iman Fadhilah, Anas Rohman, dan
Muhammad Burhannudin dari Program Studi Pendidikan Agama
Islam, Universitas Wahid Hasyim Semarang dengan judul Pengaruh
Intensitas Membaca Asma’ul Husna terhadap Kecerdasan Spiritual dan
Kecerdasan Emosional Santri Yayasan At Taqwa Meteseh Tembalang
Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang terdiri
dari tiga variabel yaitu intensitas membaca asma’ul husna (X),
kecerdasan spiritual (Y1), dan kecerdasan emosional (Y2). Data pada
penelitian ini diperoleh menggunakan angket dan soal. Penggunaan
angket untuk mengukur intensitas membaca asma’ul husna, skor yang
diperoleh menggunakan skala likert.20
4. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Ulfa Wardani dari Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan dengan judul Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan
Konsumen pada Bisnis Jasa Transportasi GO-JEK. Penelitian ini
bertujuan menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen pada bisnis jasa transportasi GO-JEK Indonesia. Penelitian
ini menggunakan tiga variabel independen yaitu tangible, reliability,
responsiveness, assurance dan emphaty dengan satu variabel dependen
yaitu kepuasan konsumen. Setelah dilakukan tinjauan pustaka maupun
lapangan dan penyusunan hipotesis, data dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada 86 orang yang

19
Imardiani, Ayu Nopita Sari, dan Windy Astuti C. N., “Pengaruh Terapi Dzikir Asma’ul Husna
terhadap Kualitas Tidur pada Pasien Intensif di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang”,
(Masker Medika: 2019) Vol. 7, No. 2, hal. 538.
20
Iman Fadhilah, Anas Rohman, dan Muhammad Burhannudin, “Pengaruh Intensitas Membaca
Asma’ul Husna terhadap Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Emosional Santri Yayasan At
Taqwa Meteseh Tembalang Semarang”, (Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid
Hasyim: 2022), Vol. 10, No. 1, hal. 325.

11
pernah menggunakan transportasi GO-JEK Indonesia sebagai sampel
penelitian. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah
analisis kuantitatif yaitu uji validitas dan reliabilitas, uji asumsi klasik,
analisis regresi linear berganda, uji t dan uji F serta koefisien
determinasi. Berdasarkan analisis data, hasil penelitian menunjukkan
bahwa indikator-indikator pada penelitian ini bersifat valid dan
reliabel. Pada uji asumsi klasik data berdistribusi normal, tidak terjadi
heteroskedastisitas dan multikolinieritas. Pada uji hipotesis tangible,
responsiveness, assurance dan emphaty tidak berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan konsumen. Dan uji hipotesis reliability memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen. 21
5. Penelitian yang dilakukan oleh Tuti Indirawati dan Susi Dwimulyani
dari Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Trisakti yang berjudul Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Leverage
terhadap Tax Avoidance dengan Menggunakan Strategi Bisnis sebagai
Variabel Moderasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan variabel yang mempengaruhi tax avoidance pada perusahaan
manufaktur. Adapun variabel yang diteliti adalah variabel independen
kepemilikan keluarga dan leverage, variabel dependen adalah tax
avoidance, serta strategi bisnis digunakan sebagai variabel moderasi.
Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 198 data
dari 66 perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari
tahun 2015-2017 dengan menggunakan metode purposive sampling.
Data tersebut dianalisis menggunakan analisis regresi berganda untuk
mengetahui pengaruh antar variabel independen terhadap tax
avoidance. Hasil dari penelitian ini adalah menunjukkan bahwa
kepemilikan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap tax
avoidance dan leverage memiliki pengaruh negatif terhadap tax
avoidance. Sedangkan strategi bisnis ditemukan tidak dapat menjadi

21
Tri Ulfa Wardani. Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen pada Bisnis
Jasa Transportasi GO-JEK, (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan, 2017), 6.

12
variabel moderator untuk pengaruh kepemilikan keluarga terhadap tax
avoidance. Tetapi strategi bisnis dapat menjadi variabel moderator
pada pengaruh variabel leverage terhadap tax avoidance.22

G. Sistematika Penulisan
Isi skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I (Pendahuluan)
menjelaskan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
penelitian terdahulu serta sistematika penulisan.
Bab II (Landasan Teori) berisi penjelasan mengenai definisi
asma’ul husna, motivasi sukses, bisnis serta hipotesis penelitian.
Bab III (Metodologi Penelitian) menjelaskan tentang lokasi dan
waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas,
teknik analisis data, serta hipotesis statistik.
Bab IV (Hasil dan Pembahasan), menjelaskan tentang analisa
pengenalan asma-asma Allah serta potensi peneladanan terhadap sifat-
sifat-Nya sesuai dimensi kemanusiaan kita. Pada bab inilah penulis
mencoba memaknai asma’ul husna sebagai sumber landasan sikap dan
mental bagi kehidupan kita sehari-hari. Baik dalam aspek kehidupan
berumahtangga, bermasyarakat, hingga dalam aspek berbisnis.
Bab V (Penutup) menjelaskan kesimpulan dari penelitian, saran
dan keterbatasan.

22
Tuti Indirawati dan Susi Dwimulyani, “Pengaruh Kepemilikan Keluarga dan Leverage terhadap
Tax Avoidance dengan Menggunakan Strategi Bisnis sebagai Variabel Moderasi”, (Prosiding
Seminar Nasional Pakar ke 2 Tahun 2019): 2.441.

13

Anda mungkin juga menyukai