Anda di halaman 1dari 37

ASMAUL

HUSNA
(AL-HAKIM, AL-WAKIL, AL-MUKMIN, AL-ADL, AL-AKHIR)

Kelompok 2 :
• Azizah Herza Sabila (06/ X.PPB)
• Dini Intan Afrida (10/ X.PPB)
• Hafara Firdausi (11/ X.PPB)
• Mutiara Shafiyyah Shidiqqah (17/ X.PPB)
• Nanda Bagus Nurhidayat (19/ X.PPB)
AL-HAKIM
(YANG MAHA BIJAKSANA)
APA ITU “AL HAKIM”?

Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana), Allah SWT adalah


Maha Bijaksana karena tidak mungkin ada yang bisa
melebihi kebijaksanaan-Nya. Ia yang memiliki hikmah,
sifat, perbuatan dan pengetahuan yang paling utama.
Dengan hikmah-Nya, Dia menebarkan kemaslahatan/
kemanfaatan/kemudahan yang lebih baik dan
menghindarkan terjadinya kemudharatan/kesulitan yang
lebih besar bagi makhluk-Nya.
Allah menampakkan hikmah-Nya di balik segala sesuatu
yang tampak maupun yang tersembunyi (tidak ada
perbuatan-Nya yang sia-sia dan hampa dari hikmah).
Dia menghamparkan berbagai hikmah-Nya agar makhluk
mengenali-Nya.
Tujuan Al-Hakim adalah untuk keteraturan, keseimbangan
dan keberlangsungan makhluk serta alam semesta secara
menyeluruh hingga waktu yang telah ditentukan-Nya.
Keseluruhan pengetahuan yang membuat manusia tetap
hidup merupakan anugerah dari Al Hakim. Orang yang
telah diberikan hikmah-Nya sesungguhnya telah diberikan
anugerah yang sangat banyak.
DALIL NAQLI

“Allah menganugerahkan al hikmah (kepahaman yang dalam


tentang al-Quran dan as-sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barang siapa yang dianugerahi hikmah,
ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran
(dari firman Allah).” (QS. Al-Baqarah [2] : 269)
DALIL AQLI
Allah SWT pasti memiliki sifat ini karena jika Allah
tidak bersifat Maha Bijaksana maka itu hal yang
mustahil, karena itu merupakan sifat yang kurang
tidak mungkin Allah bersifat kurang.
PERILAKU
Seseorang yang meyakini Al-Hakim akan
senantiasa memiliki sifat blabla. Contoh :

Seorang mu’min harus berpikiran tajam, luas dan


teliti sehingga terhindar dari segala perilaku yang
merugikan.
CERITA ZAMAN DAHULU
AL-WAKIL
(YANG MAHA PEMELIHARA/ MAHA
MEWAKILI)
APA ITU “AL WAKIL”?
Al-Wakil (Yang Maha Pemelihara atau Maha
Mewakili), Allah SWT menyelesaikan segala sesuatu
yang diserahkan hamba-Nya tanpa membiarkan apapun
terbengkalai. Allah SWT tidak memerlukan banyak pihak
untuk melakukan segala hal bagi-Nya. Allah SWT berdiri
sendiri tanpa bergantung pada apapun. Allah SWT
disebut sebagai WAKIL TERTINGGI DAN
TERPERCAYA.
Itu sebabnya Allah SWT adalah Pihak yang paling bisa
dipercaya untuk dipasrahi sesuatu, yang disebut
Tawakkal (Berserah diri kepada Allah SWT).
Ketentuan Bertawakkal/Berserah diri kepada Allah :
Berusaha dahulu sekuat kemampuan yang ada, hasilnya baru
diserahkan kepada Allah
Diperlukan sikap berprasangka baik kepada Allah. Kita harus
yakin bahwa keadaan yang diterima adalah jalan terbaik.
Indikator keberhasilan dari berserah diri ialah tidak adanya
rasa was-was, khawatir atau kecewa.

“Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia


berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka
bersedih hati”
Orang yang berserah diri kepada Allah SWT berarti memiliki
kekayaan lebih besar dari pada kekayaan yang ada di dunia ini.
DALIL NAQLI

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah


Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala
sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara
segala sesuatu.” (QS. Al-An’am [6] : 102)
PERILAKU
Seseorang yang meyakini Al-Wakil akan senantiasa
memiliki sifat tawakkal. Contoh :

Seorang pelajar mendapatkan nilai yang kurang


memuaskan ketika ujian. Padahal ia telah belajar
dengan giat dan maksimal serta berdo’a dengan
maksimal. Karena itu, ia akan bertawakkal kepada
Allah (menyerahkan diri kepada Allah) dan
melakukan instropeksi diri serta berusaha untuk
belajar lebih giat lagi.
CERITA ZAMAN DAHULU

Dahulu nabi Ibrahim pernah diuji oleh Allah dengan


beberapa kalimat dan didalamnya beliau meminta agar
keturunannya menjadi orang-orang yang berserah diri.
“Ya Tuhan kami, Jadikanlah kami kedua ini orang-orang
yang berserah diri kepada Engkau, dan dari keturunan­
keturunan kamipun (hendak-nya) menjadi orang-orang
yang berserah diri kepada Engkau, dan tunjukkan
kiranya kepada kami cara-cara kami beribadat, dan
ampunilah kiranya kami, sesungguhnya Engkau adalah
Maha Pengampun lagi Penyayang.” (QS. Al-Baqarah :
128)
AL-MU’MIN
(YANG MAHA MENJAGA
KEAMANAN)
APA ITU “AL-MU’MIN”?

Al-Mu’min (Yang Maha Menjaga Keamanan), setiap


manusia di berikan hak untuk diberikan oleh Allah SWT
hak yang sama yaitu hak keamanaan. Allah SWT akan
memberikan rasa aman kepada setiap manusia yang
merasa ketakutan, baik takut terhadap dirinya, agama
maupun kehidupannya di dunia. rasulullah bersabda yang
artinya:
"Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari
akhir maka berilah rasa aman kepada tetangganya dari
kejahatannya"
Kita selaku orang mu'min harus bisa memberikan
keamanan kepada orang lain dari azab Allah SWT,
dengan memberikan petunjuk atau hidayah dan nasihat
menuju jalan Allah SWT.
Makna dari sifat Al Mu'min bagi kehidupan manusia
adalah orang-orang yang berada di sekitarnya merasakan
tenang, damai, sejuk, sedih, ketika berada di dekatnya
orang itu akan menjadi bahagia dan tenang.
Hal ini di sebabkan hatinya telah dipenuhi dengan
ketenangan hatinya selalu berhubungan dengan Allah
SWT, dan ketinggian nilai tawakal yang dimiliki.
DALIL NAQLI

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha
Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan,
Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha
Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr [59] :
23)
DALIL AQLI
Dalam hidup ini kita pasti menginginkan rasa aman
dari bencana alam ataupun dari kejahatan manusia
yang ada di dunia ini, dimana lagi kita meminta
kecuali kepada Allah atau Allah SWT pasti memiliki
sifat maha terpercaya tidak mungkin Allah SWT
bersifat khianat.
PERILAKU
Seseorang yang meyakini Al-Mukmin akan senantiasa
memiliki sifat memberikan rasa aman dan nyaman bagi
setiap orang disekelilingnya biasanya disebut Abdul
Mu’min. Contoh :
- Memperbanyak teman
- Bergaul dengan baik dengan siapa saja
- Menjauhi tawuran
- Menciptakan kestabilan sosial
CERITA ZAMAN DAHULU

NABI MUHAMMAD SAW DAN SUROQOH

Pada awal permulaan dakwah islam, Nabi Muhammad SAW


mendapat tantangan dan rintangan yang sangat berat dari
kaum kafir quraisy.
Termasuk percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh
Suraqah. Ketika Suraqah menghunus pedangnya dimuka
Rasulullah SAW seraya berkata “jika aku sekarang
membunuhmu, siapa yang akan menolongmu wahai
Muhammad?”. Maka Rasulullah SAW menjawab “Allah
yang akan menolongku”
Karena melihat sikap Nabi Muhammad SAW yang begitu
tenang dan menucapkan kalimat tersebut tanpa beban, tulus
ikhlas dari dalam lubuk hatinya, maka seketika itu juga
bergetarlah hati Suraqah. Pedang di tangannya yang semula
dengan kuat ia pegang, tiba-tiba terjatuh seolah-olah tiada
daya. Kemudian dengan cepat Rasulullah mengambil
pedang tersebut dan balik mengarahkannya kepada Suraqah
seraya berkata : “jika sekarang aku yang membunuhmu,
siapa yang akan menyelamatkanmu, wahai Suraqah?” maka
dengan putus asa Suraqah menjawab : “Tidak ada
Muhammad, kecuali jika engkau mau mengampuni
kesalahanku”.
Rasulullah SAW menjadi tersenyum mendengarnya, lalu
beliau berkata “sekarang pulanglah dan jangan sekali-sekali
kamu ulangi perbuatanmu itu lagi”. Mendengar jawaban
yang begitu santun dan tidak terbersit pun rasa dendam,
maka Suraqah pun merasa kagum dengan kepribadian
Rasulullah SAW dan ajaran islam yang dibawanya.
Kemudian dengan serta merta ia tunduk dihadapan
Rasulullah SAW dan menyatakan diri masuk islam.
AL-ADL
(YANG MAHA ADIL)
APA ITU “AL-ADL”?
Al-Adl (Yang Maha Adil), Allah adalah maha adil yang
sangat sempurna dan mutlak keadilannya. Tiada dzat lain
yang memiliki keadilan yang setara dengan Allah SWT.
Dalam menentukan keadilan, Ia tidak membebani hamba-
Nya, namun disesuaikan dengan kesanggupannya.
Keadilan Allah SWT sangat berbeda jauh dengan
keadilan manusia, yang hanya terbatas, relatif, semu,
berubah-ubah dan tidak sempurna, sebab manusia berada
pada tempat salah dan lupa.
DALIL NAQLI

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl [16] : 90)
PERILAKU
Seseorang yang meyakini Al-Adl akan senantiasa
memiliki sifat bijak, tegas, dan adil terhadap siapapun.
Contoh :
Seorang ibu memiliki 3 orang anak, 1 perempuan dan 2 laki-
laki. Ibu tersebut tidak membeda-bedakan anak-anaknya. Beliau
memiliki keadilan tersendiri dalam membagi uang saku
anaknya. Anaknya yang perempuan diberi uang saku Rp 20.000
karena ia sudah SMA dan kebutuhannya banyak. Sedangkan
anaknya yang laki-laki cukup diberi Rp 5.000 (untuk yang kelas
6 SD) dan Rp 2.000 (untuk yang kelas 1 SD). Walau
nominalnya terlihat tidak sama, namun hal ini dianggap adil
karena disesuaikan dengan umur dan banyaknya kebutuhan
yang telah diperlukan.
CERITA ZAMAN DAHULU
AL-AKHIR
(YANG MAHA AKHIR)
APA ITU “AL-AKHIR”?

Al-Akhir (Yang Maha Akhir), Allah adalah Dzat Yang


Maha Akhir, yang berarti keberadaan Dzat Allah itu tidak
ada masa akhirnya dan tidak akan pernah berakhir, karena
keberadaan Allah SWT itu kekal abadi.
DALIL NAQLI

“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang
Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-
Hadid [57] : 3)
PERILAKU
Seseorang yang meyakini Al-Akhir akan senantiasa memiliki
kontrol diri dalam kehidupannya karena dia meyakini
akan adanya hari akhir dan perhitungan semua amal
perbuatannya di dunia. Contoh :

Tika anak yang sangat pintar di sekolahnya. Kepintarannya


itu pun di seimbangi dengan akhlaknya yang bagus juga.
Tika selalu taat beribadah. Tak pernah dia melewatkan
sholat berjam’ah. Apabila dia mempunyai uang yang lebih
dia selalu menginfakkan sebagian uangnya kepada fakir
miskin. Dia juga selalu menghindari perilaku tercela, seperti
mengejek, menggibah, memfitnah, berbohong, dsb.
CERITA ZAMAN DAHULU

BALASAN KAUM PEMBANGKANG

Nabi Syu’aib AS adalah termasuk salah satu dari keturunan


Nabi Ibrahim AS. Ia berasal dari sebuah negeri yang sangat
subur dan maksmur, yaitu Madyan. Meskipun hidup dalam
keadaan serba kecukupan, namun mereka telah melupakan
dan melalaikan Allah SWT. Setiap hari mereka selalu
menyembah berhala dan berbuat curang dalam
perdagangan. Para pedagang di nnegeri itu selalu
mengurangi timbangan atau takaran, sehingga merugikan
para pembelinya.
Akhirnya Allah mengutus Nabi Syu’aib AS agar berdakwah
kepada mereka. Siang dan malam, Nabi Syu’aib AS selalu
mengajak kaum Madyan untuk menyembah kepada Allah,
namun hanya beberapa orang saja yang mau menerimanya
dan mengikuti seruannya. Meskipun demikian, Nabi
Syu’aib AS tetap sabar dan teguh dalam berdakwah.
Akhirnya Allah memberikan hukuman kepada penduduk
Madyan dengan mengirimkan petir dan gempa bumi yang
sangat dahsyat, sehingga dalam sekejap negeri Madyan rata
dengan tanah, dan para penduduknya pun mati dalam
keadaan hina di mata Allah SWT.
SYUKRO
N

Anda mungkin juga menyukai