Anda di halaman 1dari 3

PENTINGNYA MURAQABAH

Bismillahi Rahmani Rahim


Assalamu alaikum wrwb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga dapat melaksanakan kewajiban kita sebagai orang mukmin, yaitu sholat berjamaah
secara bersama-sama. Tak lupa pula kirimkan salam dan sholawat atas junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah menghantarkan kita dari Alam ke gelapan ke alam cahaya yang
terang benderang. Semoga apa yang kita lakukan selalu mendapat rahmat dari Allah SWT.
Amin....

Adapun judul kultum pada hari ini adalah “Pentingnya Muraqabah”

Mengimani Allah SWT tidak cukup sebatas meyakini Allah sebagai Pencipta Alam
Semesta, manusia dan kehidupan. Mengimani Allah SWT juga berarti meyakini Allah SWT Maha
Mengawasi setiap amal perbuatan manusia. Inilah yang dipesankan Lukman al-Hakim kepada
putranya sebagaimana dikisahkan dalam Al Qur’an:

(QS. Luqman [31]: 16)

Imam Ath Thabari menyatakan ayat ini berisi pesan yang bermanfaat, yakni bahwa kezaliman
atau kesalahan meski sekecil biji sawi akan Allah hadirkan (balasannya) pada Hari Kiamat saat Dia
melakukan penimbangan keadilan. Balasan atas kebaikan adalah kebaikan, dan balasan untuk kejahatan
adalah keburukan (azab). Tidak ada sedikitpun bagi Allah SWT yang tersembunyi sekalipun butiran halus
dan kecil. Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dihadapan Allah SWT meski itu adalah semut hitam
yang merayap pada malam yang gelap gulita. Ini karena Allah adalah Al Khabir (Mahatahu).
Sebagaimana firman Allah SWT:

(QS. Ali Imran [3]: 29)

Allah SWT senantiasa memperhatikan, mencatat, menghitung dan kelak akan membalas
perbuatan hamba-hamba-Nya. Allah SWT berfirman:

Sungguh Allah selalu menjaga dan mengawasi


kalian (QS. An-Nisa’[4]: 1)

Engkaulah yang mengawasi mereka. Engkau maha menyaksikan segala sesuatu


(QS. Al Maidah [5]: 117)
Menurut Syaikh Abdurahman as-Sa’di, “Ar Raqib dan Asy-Syahid adalah sinonim. Keduanya
menunjukkan sifat Allah SWT yang meliputi apa saja yang dia dengar dari semua yang didengar. Dia
menyaksikan apa saja dari semua yang dilihat. Dia mengetahui seluruh informasi, Dia Maha Mengawasi
apa pun yang terbersit dan yang menggerakkan pandangan, apalagi yang digerakkan oleh anggota
tubuh.

Meyakini adanya pengawasa Allah SWT, akan melahirkan energi positif bagi ummat muslim.
Seorang muslim yang mengimani sifat Allah SWT yakni Ar-Raqib, pasti bersungguh-sungguh
melaksanakan syariah-Nya. Ia tidak akan menelantarkan hukum-hukum-Nya. Kekhusyukan akan muncul
saat beribadah karena yakin Allah Mahatahu atas apa yang terbesit di hati. Dia juga akan menjauhkan
diri dari semua perkara yang telah Allah haramkan. Sepeser pun harta haram tak akan mau ia sentuh. Ia
takut, harta haram walau hanya sepeser akan membuat dirinya diazab di akhirat kelak. Nabi SAW
bersabda:

Setiap daging yang tumbuh dari kecurangan (keharaman) maka neraka lebih layak baginya
(HR. Al-Bayhaqi)

Meyakini sifat Allah, ar- Raqib, akan mendorong kehidupan yang dinamis, produktif dan aman.
Kejahatan akan surut bukan karena takut adanya sanksi dari syariah Islam, tetapi yang paling utama
karena sifat muraqabatullah (meyakini adanya pengawasan Allah). Kehormatan, harta dan jiwa akan
terjaga karena sikap muraqabatullah. Seorang suami atau istri tidak mengkhianati pernikahan mereka
karena adanya muraqabatullah. Anak pun akan menjaga amanah orang tuanya karena hal yang sama
sehingga keluarga menjadi sakinah mawaddah dan warahmah.

Sejarah Islam mencatat banyak prestasi kepemimpinan yang luar biasa dari para khalifah kaum
Muslim berkat adanya sifat muraqabah ini. Keadilan hukum tercipta, kemakmuran pun merata. Khalifah
Umar bin al-Khattab, misalnya: sering menangis pada malam hari karena sering mencemaskan keadaan
rakyatnya. Ia pernah berkata kepada Muawiyah bin Hudaij, “kalau aku tidur pada siang hari, aku
menelantarkan rakyatku. Bila aku tidur pada malam hari, aku menelantarkan diriku (tidak sholat malam)
bagaimana bisa aku tidur dalam dua keadaan itu, wahai Muawiyah?”

Dalam kesempatan lain ia berkata, “Jika ada seekor unta mati karena disia-siakan, aku takut
Allah meminta pertanggungjawabanku.”

Karakter muraqabatullah yang telah melekat pada diri seorang pemimpin akan menjadikan
dirinya sebagai pemimpin yang adil dan amanah. Pemimpin semacam ini tak akan menyelewengkan
kekuasaan dan memakan harta rakyatnya.

Seorang pemimpin yang memiliki sikap muraqabah benar-benar gemetar hanya kepada Allah
SWT, bukan kepada Mahluknya. Ia tak akan mempedulikan ronrongan pengusaha licik, politisi curang
atau kekuatan asing yang berusaha merusak tatanan keadilan yang diciptakan hukum-hukum Allah
SWT. Ia lebih takut pada pengaduan rakyatnya yang teraniaya ke hadapan Allah SWT. Ia pun takut pada
doa yang pernah dipanjatkan Rasulullah SAW yang mengancam para pemimpin zalim, yang berbunyi:

Ya Allah, siapa saja yang mengurus suatu urusan umatku, lalu ia menyusahkan mereka, maka
timpakanlah kesusahan kepada dia (HR. Muslim)

Sayang, saat ini akidah islam di tengah ummat justru digerus oleh paham sekularisme
(pemisahan agama dari kehidupan). Akibatnya, rasa takut akan pengawasan Allah SWT tidak ada lagi
kecuali urusan ibadah belaka. Orang bisa bercucuran air mata saat menunaikan ibadah, saat berdiri di
depan Ka’bah, bersedekah kepada fakir miskin, membaca Al Qur’an, berzikir atau berdoa. Namun, air
mata tidak menetes setetes pun saat menelantarkan hukum-hukum Allah SWT dan melakukan
perbuatan haram. Hati mereka tak gemetar ketika mempraktekkan ekonomi ribawi, suap-menyuap,
korupsi, menipu rakyat, dan menjual kedaulatan negeri kepada pihak asing dan aseng. Mereka tak
peduli sediktpun bahwa tindakan mereka senantiasa diawasi Oleh Allah SWT dan pasti akan
mengundang azab-Nya.

Lenyapnya muraqabah dalam sistem sekuler ini mencetak orang-orang munafik. Berpura-pura
menampakkan kebaikan padahal tidak tulus. Mereka seolah tidak percaya bahwa Allah Mahatahu atas
setiap penghiatan yang disembunyikan dalam hati manusia. Padahal Allah ST telah berfirman:

(QS. Ghafir [40]: 19)

Dengan meyakin sifat Alllah, Ar-Raqib, adalah bagian penting dalam keimanan, maka ummat
Muslim akan kembali pada ketaatan yang utuh dan bersungguh-sungguh melaksanakan hukum Allah
SWT dan meninggalkan semua perkara yang telah diharamkan. Insyah Allah kita akan menjadi ummat
yang terbaik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin...

Semoga apa yang saya sampaikan dapat menambah ketakwaan dan keislaman kita.
Mohon maaf segala kesalahan dan kekurangan.
Wabillahi Taufik Walhidayah
Assalamu Alaikum Wrwb.

Anda mungkin juga menyukai