Anda di halaman 1dari 25

10.

Syakhsiyah Islamiyah
Kepribadian Islami yang Mulia
dan Agung

Sungguh, telah ada pada (diri)


Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.
(QS. Al Ahzab : 21)

Syakhsiyah
Kepribadian dalam bahasa Arab disebut assyakhshiyyah, berasal dari kata syakhshun,
artinya, orang atau seseorang atau pribadi.
Kepribadian bisa juga diartikan identitas
seseorang (haqiiqatus syakhsh). Syekh Taqiyuddin
An Nabhani dalam As Syakhshiyyah Al Islamiyyah
jilid I halaman 5, menyatakan bahwa kepribadian
atau syakhshiyyah seseorang dibentuk oleh cara
berpikirnya (aqliyah) dan caranya berbuat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau keinginankeinginannya (nafsiyah).

Aqliyah
Pola Pikir
(Aqliyah)

ManfaatHalal/Hara
StandardmPenilaianMudharat/
Nafsu

Pemahaman
Islami
(Mafhum)

Tidak
Islami

Nafsiyah
Pola Jiwa
(Nafsiyah)
Kebutuh
an
Nafsu
Jasmani
Dawafi
Mafhum
(Dalam)
(Pemahaman)

Naluri

Dawafi
(Luar)

Muyul
Perilaku
Perilaku
(Kecenderungan)

Islami
Aqliyah
Syakhsiy
ah

Tidak
Islami
Islami

Nafsiyah

Tidak
Islami

Mengembangkan kepribadian Islam


Ada beberapa hal yang bisa kita
lakukan dalam mengembangkan
syakhsiyah islam :
1. Memperbanyak bacaan Al quran
dan mentadaburinya
2. Membaca Hadits-hadits Rasulullah
SAW
3. Membaca Kehidupan Rasul dan para
Sahabat
4. Membaca Biografi Para Ulama dan

Memahami arti hidup


Seorang muslim yakin bahwa kehidupan sejati
adalah kehidupan akhirat dan kehidupan dunia
adalah arena buat berprestasi di akhirat kelak.
Ada pepatah: Ad Dunya mazra'atul aakhirah:
Dunia adalah ladang untuk (memanen buah di)
akhirat. Oleh karena itu, dia berjuang keras
mengoptimalkan sebesar-besar potensi dirinya
buat mengumpulkan perbekalan kehidupan
akhirat. Akhiratlah yang dia kejar sekalipun
tidak melupakan bagiannya dari kenikmatan
dunia (QS. Al Qashash77).

Meraih Dunia dan Menggapai akhirat.


Karena dia tidak melupakan dunia, maka dia memberikan
perhatian kepada dunia dengan menegakkan kebenaran.
Dan karena kebenaran akan mengalahkan kebatilan, ia
akan mencapai kemenangan dengan kebenaran yang
diperjuangkannya itu. Oleh karena itu, jika kebenaran
berkuasa atas dunia, maka keadilan dan kesejahteraanlah
yang bakal dirasakan masyarakat. Di sinilah perlunya
masyarakat kepada para pejuang kebenaran dan mereka
pun menyerahkan kekuasaan kepada para pemegang
panji-panji kebenaran. Dan para penguasa pemegang
panji-panji kebenaran
tak akan tertipu oleh dunia.
Sekalipun dunia berada di bawah telapak kakinya atau di
dalam genggaman kekuasaannya namun ia tidak
memanipulasi kekuasaan yang dimilikinya itu untuk
mengeruk harta memenuhi hawa nafsunya. Ia pun tidak
menjadi angkuh, sombong, dan bertindak sewenang-

Bersikap Zuhud
Zuhud dari harta yang haram maupun syubhat, tetapi tidak menolak
menikmati segala rizqi Allah yang baik-baik tanpa lupa bahwa dunia
bukan segalanya. Harta yang ada di seluruh bumi memang telah
diciptakan untuk manusia (QS. Al Baqarah 29) kecuali yang memang
diharamkan oleh Allah SWT menggunakannya. Apa yang dihalalkan
oleh Allah adalah layak untuk diambil dan apa yang diharamkan olehNya adalah tidak layak untuk diambil. Kemuliaan seseorang bukan
diukur pada miskin dan kayanya tetapi pada sikap istiqamahnya dalam
kondisi miskin maupun kaya. Oleh karena itu, seorang muslim yang
kaya tidak lupa daratan sehingga dia rebut dan renggut harta dan
kenikamatan sekalipun diharmakan, na'udzubillaahi min dzaalik!
Sebaliknya seorang muslim yang sedang diuji miskin tidak perlu
berpura-pura zuhud tidak menyukai dunia. Seorang muslim tetap sadar
bahwa segala perhiasan dunia adalah karunia dan cobaan (QS. Al Kahfi
46)

Ramah Kepada Muslim


Ramah kepada sesama muslim sekaligus bisa
bersikap tegas dan keras terhadap segala bentuk
kekafiran. Dalam pandangan seorang muslim, setiap
muslim lainnya, apapun suku, ras, warna rambut,
warna kulit, dan bahasanya adalah saudara yang
harus disikapi dengan sikap ramah dan tawadlu'.
Karena persaudaraan sejati dalam pandangan Islam
adalah persaudaran lantaran seiman (QS. Al Hujurat
10). Adapun orang-orang kafir, sekalipun satu
keturunan dan aliran darah, tidaklah yang mereka
seru melainkan kekufuran dan jalan ke neraka (QS.
Al Baqarah 221) yang setiap muslim pasti
membencinya.

Pejuang di jalan Allah


Pejuang di jalan Allah (mujahid fi sabilillah).
Setiap muslim pasti bercita-cita mendapatkan
keridloan Allah karena keridloan Allah inilah
letak kebahagiaan baginya. Dan jika Allah ridla
kepada seorang hamba, maka Dia beri nikmat
jannah kepada hamba itu. Dan allah janjikan
bahwa jihad fi sabilillah adalah jalan tol menuju
jannah yang merupakan tempat terbaik di
akhirat kelak. Oleh karena itu, setiap muslim
rela mengorbankan dirinya guna menebus al
jannah (QS. At Taubah 111).

Faqih fiddin dan cakap dalam


memerintah.
Seorang muslim akan selalu berusaha bersikap istiqamah,
menetapi ketentuan-ketentuan Allah SWT buat kehidupannya
baik dalam kehidupan individual maupun sosial. Oleh karena
itu, seorang muslim akan selalu mencari tahu tentang hukumhukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan; baik dalam
hubungan dirinya dengan Khaliqnya, dirinya dengan dirinya
sendiri, maupun dirinya dengan individu-individu lain dalam
pergaulan hidup di masyarakat. Kesungguhannya dalam
usaha memahami hukum-hukum Allah SWT mengantarkannya
pada kedudukan faqih fiddin, kedudukan yang sangat mulia
dalam pandangan Allah maupun manusia. Selain itu, karena
kefaqihannya dalam hukum Allah membuatnya cakap dalam
memegang tampuk pemerintahan. Sebab pemerintahan yang
dimaksud adalah pemerintahan menjalankan hukum-hukum
Allah SWT.

Khusyu dalam Shalat


Hamba Allah yang khusyu' shalatnya. Disamping
keahliannya dalam menguasai hukum-hukum
Allah serta penerapannya dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara, seorang muslim
adalah hamba Allah yang secara pribadi selalu
mengabdi kepadaNya sepenuh hati dan setulus
ikhlas. Kefahamannya dan keikhlasannya
membuatnya khusyu dalam setiap sholatnya. Ia
pun selalu sadar bahwa shalat khusyu' saja yang
membuahkan hikmah dapat mencegah
perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut 45).

Menghindari omong kosong.


Kesadarannya yang terus menerus sebagai
hamba Allah yang sedang berjalan di muaka
bumi menuju kehidupan akhirat yang memiliki
dimensi waktu dan ruang yang jauh dan sangat
jauh lebih luas dan lebih tak terukur, maka
seorang muslim sangat tidak punya waktu
untuk beromong kosong. Bahkan dia sadar
betul bahwa tidaklah melesat satu ucapan pun
dari mulutnya melainkan akan dicatat oleh
malaikat (QS. Qaaf 18) dan akan
dipertanggungjawabkan di hari kiamat kelak.

Pembayar zakat yang


disiplin
Seorang muslim yang tidak zuhud dalam
menikmati rizki yang halal senantiasa sadar bahwa
dirinya akan ditanya di padang mahsyar kelak:
Dari mana anda memperoleh harta dan untuk apa
anda belanjaklan harta itu? Ia pun sadar bahwa
mungkin di antara harta yang diperolehnya dalam
usahanya ada tersentuh oleh debu-debu noda
yang perlu dibersihkan melalui zakat (QS. At
Taubah 103). Disamping itu dia sadar bahwa
dengan zakat yang dia bayar secara disiplin, pospos pengeluaran baitul mal yang menjadi lancar
(QS.At Taubah 60).

Menundukkan Pandangan
Bila melihat aurat wanita menundukkan pandangan.
Seorang muslim sadar bahwa wanita itu adalah perhiasan
dunia yang diciptakan Allah SWT buat dirinya, namun tak
semua wanita dihalalkan baginya. Hanya wanita yang
telah menjadi istrinya saja yang halal dia nikmati
sebagaimana wanita itu mendapatkan kenikmatan
darinya. Adapun wanita-wanita lain yang bukan istrinya
adalah wanita yang diharamkan bagi seorang muslim
menikmatinya. Oleh karena itu, seorang muslim akan
selalu menundukkan pandangannya bila melihat aurat
seorang wanita yang bukan istrinya dan bukan
mahramnya lantaran ia takut terjatuh pada tindakan zina
yang sangat diharamkan Allah SWT (QS. Al Isra' 32).

Menjaga amanah
Seorang muslim adalah orang yang selalu menjaga amanah
yang dititipkan kepadanya dan akan menyampaikan amanah
titipan itu kepada yang berhak (QS. An Nisa 58). Ia tidak akan
mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya.
Menghormati perjanjian ('ahdun/agreement). Seorang muslim,
sekalipun membenci kekufuran dan orang-orang kafir yang
membelanya, namun apabila dirinya dan kaumnya telah
membuat perjanjian --yang dibolehkan oleh syara'-- dia tidak
akan melanggarnya sekalipun hal itu secara pribadi akan
merugikannya. Menepati janji (wa'dun/appointmen). Seorang
muslim akan selalu menepati janji yang telah dia buat. Dia
tidak akan mengingkari. Bukan lantaran mengingkari janji itu
menyakiti orang yang telah dia beri janji, tetapi memang Allah
SWT melarang seorang muslim mengingkari janji yang telah dia
ucapkan.

Bisa dipimpin dan


memimpin

Ahli dalam keprajuritan sekaligus ahli dalam kepemimpinan.


Seorang muslim yang sangat merindukan jannah dan
keridloan Allah akan senantiasa terjun dalam kesempatan
jihad fi sabilillah. Kegemarannya terjuan dalam medan
jihad itu membuatnya ahli dalam keprajuritan. Dia juga ahli
dalam kepemimpinan, baik dalam kepemimpinan politik
maupun kepemimpinan militer, sebab ukuran
kepemimpinan dalam pandangan Islam adalah
kemampuannya memecahkan persoalan-persoalan hidup.
Dan karena Al Qur'an dan As Sunnah adalah kumpulan
pemecahan persoalan hidup, maka setiap muslim yang
menguasai Al Qur'an dan As Sunnah akan mampu menjadi
pemimpin yang baik sekaligus pelaksana yang baik.

Tidak Berlebihan dalam


agama
Tidak melampaui batas dalam
beragama dan tidak menyiksa diri
seperti orang Hindu. Seorang muslim
sadar bahwa tiap-tiap sesuatu ada
haknya; badannya memiliki hak,
keluarganyanya juga memiliki hak.
Oleh karena itu, ia akan membagi
waktu dalam hidup ini selain buat
ibadah, mencari nafkah, berdakwah,
berjihad, juga istirahat dan

Garang kepada Musuh


Bersikap garang terhadap musuh dalam medan
pertempuran jihad, tetapi tawadlu' terhadap siapa saja
yang dilalui ketika berpatroli. Setiap muslim memang
tak pernah mengangankan musuh datang, tetapi bila
ada musuh ia tak akan mundur setapak pun. Bahkan ia
akan bersikap garang untuk menakut-nakuti musuh
(QS. Al Anfal 60). Sebab bila musuh takut, permusuhan
pun akan berakhir. Sebaliknya, rakyat yang menjadi
pemngikut musuh sekalipun pada hakikatnya adalah
manusia-manusia yang membutuhkan pengayoman
dan perlindungan dari pemerintah manapun. Oleh
karena itu, dalam berpatroli seorang muslim akan
bersikap ramah dan santun.

Menguasai perdagangan dan politik


Menguasai bidang perdagangan sekaligus politik.
Seorang muslim tahu bahwa dirinya tak boleh
melupkan bagiannya dari kehidupan dan kenikmatan
diunia (QS. Al Qashshash 77). Ia pun sadar bahwa
bagian kehidupan dunia tak bakal diperloha kaum
muslimin maupun rakyat jelata apapun ideologi dan
agama mereka manakala sumber-sumber kekayaan
alam dunia berada dalam belenggu kekuasaan para
penjajah dan penindas yang jahat zhalim. Oleh karena
itu, untuk membebaskannya setiap muslim perlu
menguasai bidang perdangangan dan politik sehingga
distribusi harta betul-betul terjadi dengan adil (QS. Al
Hasyr 7).

Sifat yang mulia dalam Al Quran


"Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama dia,
mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka
itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itu
(pula) orang-orang yang beruntung. Allah telah menyediakan
bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar".
(QS At Taubah 88-89).

"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat,


yang memuji Allah, yang melawat (untuk mencari ilmu atau
jihad), yaitu ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf
dan mencegah berbuat munkar, dan memelihara hukum-hukum
Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu".
(QS At Taubah 112).

Khatimah








( )



Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk


berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus
orang (yang sabar) di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan
seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu adalah kaum yang tidak
mengerti. Sekarang Allah telah meringankan kamu karena Dia mengetahui
bahwa ada kelemahan padamu. Maka jika ada di antara kamu ada seratus
orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang
(musuh); dan jika di antara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Allah
beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al Anfaal :65-66)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Nabi


Muhammad saw. bersabda:

"




"

" Orang mu'min yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh
Allah dari pada orang mu'min yang lemah. Dan pada masingmasing terdapat kebaikan. Tamaklah engkau pada apa saja
yang memberi manfa'at dikau. Mintalah tolong kepada Allah
dan jangan pesimis (merasa lemah). Dan jika ada sesuatu yang
menimpa engkau, janganlah engkau berkata: " Andaikata aku
melakukan begini, niscaya akan terjadi begini; akan tetapi
katakanlah: " Allah telah menentukan (mentakdirkan), dan apa
yang Dia kehendaki Dia kerjakan, karena kata-kata " andaikata"
itu membuka peluang bagi pekerjaan Syaithan" .

Anda mungkin juga menyukai