Anda di halaman 1dari 3

KHUTBAH I

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Tak jemu-jemu pada setiap khutbah, khatib mengingatkan, mengajak, dan menyerukan kepada
seluruh jamaah dan umumnya kepada seluruh umat Islam untuk senantiasa meningkatkan dan
menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. Selain menjadi rukun dalam khutbah yang wajib
disampaikan oleh para khatib di dalam khutbahnya, wasiat takwa ini menjadi sebuah peringatan
dan ajakan penting untuk menjadikan kehidupan manusia di dunia terarah sesuai dengan
ketentuan Allah swt. Karena takwa itu sendiri adalah sebuah komitmen untuk menjalankan
segala perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah.

Dengan ketakwaan, manusia akan senantiasa berada di jalan yang benar, di jalan yang lurus yang
diridhoi Allah dan akan menjadikan perjalanan di jalan tersebut lancar, aman, serta tidak ada
gangguan yang dapat menggagalkan misi dalam mencapai tujuan. Manusia yang bertakwa juga
akan senantiasa menghindarkan diri dari keluar jalan yang telah ditentukan oleh Allah dengan
memperhatikan rambu-rambu yang ada di sepanjang perjalanan sehingga dapat terhindar dari
terjerumus ke jurang larangan Allah swt.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kehidupan kita di dunia memang seperti menyusuri sebuah jalan untuk mencapai sebuah tujuan.
Perjalanan ini membawa sebuah misi penting yang telah diamanahkan oleh Allah. Selama
perjalanan ini, kita tidak boleh lupa dengan misi utama ini sehingga terlena dalam perjalanan dan
tidak bisa mencapai tujuan dari diciptakannya kita di dunia. Setidaknya, ada dua misi utama
diciptakannya kita di muka bumi ini yakni sebagai Abdullah (hamba Allah) dan khalifah
(pemimpin).

Misi pertama sebagai Abdullah (hamba Allah) disebutkan dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat
56:
      
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin
dan manusia kecuali untuk tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya. Setiap makhluk, baik jin
atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya,
dan menerima apa yang Allah takdirkan karena manusia dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi
rezeki sesuai dengan apa yang telah Allah tentukan. Tak seorangpun yang dapat memberikan
manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah kehendak atas Allah swt. Ayat
inilah yang menguatkan perintah untuk mengingat Allah swt dan memerintahkan agar
melakukan ibadah kepada Allah swt.

Kita perlu sadari, bahwa kewajiban kita menyembah Allah swt bukanlah karena Allah butuh
untuk disembah. Justru sebaliknya, kita menyembah Allah karena kita butuh untuk menyembah-
Nya. Kita perlu sadari lagi bahwa Allah adalah dzat yang paling kuasa atas segala yang terjadi
pada diri kita. Ketika kita menyembah Allah, maka akan tercipta hubungan harmonis antara kita
dengan Allah sehingga Allah akan senantiasa sayang dan cinta kepada kita.
Aktivitas ibadah kita juga merupakan wujud syukur kepada Allah yang telah menciptakan dan
memelihara kita, serta memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas yang ada di bumi
untuk kebutuhan hidup. Keistiqamahan kita dalam menyembah Allah akan menjadi tolak ukur
ketakwaan yang akan memberi dampak pada kehidupan di dunia dan akhirat.

Kebutuhan kita menyembah Allah juga akan mendatangkan rasa tenang sekaligus mengikis sifat
sombong atau takabur dalam diri yang bermuara pada kesadaran diri bahwa kita hanyalah
makhluk lemah yang membutuhkan penolong yakni Allah swt.
              
            
54. Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah
yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Misi kedua manusia di dunia yakni sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi, termaktub
dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
          
         
         
30. ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."

Dari ayat ini bisa kita lihat bahwa ketika Allah hendak menjadikan manusia sebagai pemimpin di
muka bumi ini, para malaikat sempat ragu. Mereka menilai bahwa manusia tidak pantas menjadi
pemimpin di dunia karena memiliki tabiat senang membuat kerusakan. Mereka menilai bahwa
diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang
sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak
layak bagi-Nya.

Namun semua itu ditepis Allah swt karena Allah lah yang paling mengetahui atas segalanya
termasuk keputusan menjadikan manusia sebagai pemimpin di bumi ini. Penciptaan manusia
adalah rencana besar Allah di dunia. Allah Maha Tahu bahwa diri manusia terdapat hal-hal
negatif sebagaimana yang dikhawatirkan para malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih
banyak.

Oleh karena itu, kepercayaan dari Allah ini harus kita pikul dengan baik dengan cara menjaga
keseimbangan kehidupan di bumi ini. Untuk menjaga keseimbangan ini, kita harus mengikis
perilaku negatif seperti melakukan perusakan di bumi dan memperkuat perilaku positif dengan
memberikan manfaat pada sesama manusia lain da bumi ini. Rasulullah saw bersabda:
ِ ‫س َأ ْنفَ ُع ُه ْم لِلنَّا‬
‫س‬ ِ ‫َخ ْي ُر النَّا‬
Artinya: “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya).”

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,


Itulah dua misi utama diciptakannya kita di dunia ini oleh Allah swt. Mudah-mudahan kita selalu
ingat dan dapat melaksanakan serta mengemban amanah besar ini agar kita bisa menjai hamba
yang benar-benar bertakwa menjalan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Aamiin

Anda mungkin juga menyukai