Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

MANUSIA DAN AGAMA

A. MANUSIA DALAM AL-QUR’ AN

1. Asal usul manusia dalam Al-Qur'an


Manusia berasal dari dua jenis yaitu : benda
padat berbentuk tanah (turab) dan benda
cair berbentuk air dan mani.
• Dalil yang menjelaskan bahwa manusia
diciptakan dari tanah dan air mani :
Firman Allah SWT :

Artinya :
Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya -
sedang Dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah
kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani,
lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna? (Q.S. Al-Khafi : 37)
• Firman Allah SWT dalam QS Al-A’raf 12:

Artinya :
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk
bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?"
Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau
ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari
tanah". (Q.S. Al-A’raf : 12)

• Firman Allah dalam QS. Ar-Rahman 14

Artinya :
“Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti
tembikar,” (Q.S. Ar-Rahman : 14)
Firman Allah:

Artinya :
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia
dari tanah. kemudian Dia menjadikan keturunannya
dari saripati air yang hina. kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur”. (Q.S. As-Sajdah : 7-9).
2. Tahapan kejadian manusia
Firman Allah dalam surat Al- Mu’minun: 12-14

Artinya :
”Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”(Q.S. Al-Mu’minun : 12-14)
3. Karakteristik manusia
Dalam Al-Qur’an Allah SWT banyak memberikan
sebutan-sebutan bagi manusia yang demikian itu untuk
menunjukkan peran dan karakter manusia tersebut.
Adapun sebutan itu antara lain adalah :
a. Al-Basyar
Dalam pengertiain Al-Basyar manusia dipandang dari
pendekatan biologis, yaitu manusia terdiri dari unsur
materi sehingga kehidupan manusia terikat dengan
kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembang
biak, mengalami fase pertumbuhan dan
perkembangan dalam mencapai tingkat kematangan
dan kedewasaan.
b. Al-insan
Kata Al-Insan ini mengacu kepada potensi yang
dianugerahkan Allah kepada manusia, yaitu
potensi untuk bertumbuh dan berkembang biak
secara fisik dan mental spiritual. Perkembangan
tersebut antara lain meliputi kemampuan untuk
berbicara, menguasai ilmu pengetahuan,
kemampuan untuk mengenal Allah dll. Selain
potensi yang positif manusia juga diberi peluang
kearah perilaku yang negatif misalnya
mengingkari nikmat Allah, sombong bila telah
berkecukupan dll.
c. An-Naas
Kata An-Naas dalam Al-Qur’an dihubungkan dengan fungsi
manusia sebagai makhluk sosia, makhluk bermasyarakat
yang kemudian menjadi suku bangsa untuk saling kenal
mengenal. Sebagai mana firman Allah SWT:

Artinya :
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat : 13).
Manusia sebagai makhluk sosial berperan :
1. Untuk menciptakan keharmonisan hidup
bermasyarakat sesuai dengan ajaran-ajaran
agama Islam,
2. Menjadi warga sosial yang dapat memberi
manfaat bagi kehidupan bersama di masyarakat.
Rasulullah SAW bersabda :
Artinya :
“Sebaik-baik manusia itu, adalah yang terlebih
baik budi pekertinya dan yang lebih bermanfaat
bagi manusia.”
d. Bani Adam
Bani Adam artinya keturunan dari Adam, hal ini
menyatukan visi bahwa manusia pada
hakikatnya berawal dari nenek moyang yang
sama yaitu Adam AS.
e. Al-Ins.
Dalam konteks Al-Ins, manusia berstatus sebagai
pengabdi. Ia dituntut untuk dapat memerankan
dirinya sebagai pengabdi Allah secara konsisten
dengan ketaatan yang penuh. Firman Allah S.Al-
Dzariyat:56
f. Abd Allah
Kata Abd Allah mengandung arti abdi atau hamba Allah, manusia
adalah milik Allah yang harus merendahkan diri dan mengabdi
hanya kepada-NYA. Firman Allah :

Artinya :
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui." (Q.S. Yusuf : 40)
Pengabdian tersebut hendaklah memenuhi tiga hal :
1. Menyadari sepenuhnya bahwa apa yang dimilikinya termasuk dirinya sendiri
adalah milik Allah dan berada di bawah kekuasaan Allah.
2. Menjadikan segala bentuk sikap dan aktivitasnya senantiasa mengarah pada
usaha untuk memenuhi perintah Allah.
3. Dalam mengambil keputusan senantiasa dikaitkan dengan restu dan izin Allah
sebagai tempat ia menghambakan diri kepada-Nya.
g. Khalifah
Dalam konteks sebagai khalifah manusia diberikan
tanggung jawab untuk mengatur dan memelihara alam
semesta. Sebagaimana firman Allah dalam S.Al-
Baqarah : 30

Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah : 30)
Fungsi dan kewajiban manusia
a. Manusia sebagai ‘abid artinya hamba Allah.
Sebagai hamba Allah berkewajiban untuk
mengabdi atau beribadah kepada-Nya, dengan
cara mentaati segala perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya . Sebagaimana firman Allah SWT : S.
Adz-Dzariyat : 56

Artinya:
Dan Aku tidak meciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
(S. Adz-Dzariyat : 56)
Juga firman Allah yang lain :

Artinya :
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan
yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Q.S.
Al-Bayyinah : 5)
b. Manusia sebagai khalifah artinya pemimpin di muka
bumi.
Manusia diciptakan sebagai khalifah yang harus
mampu mengubah dunia menjadi rahmatan lil alamin
yang memberi manfaat bagi lingkungan, menjadi
regulator, memberi kesejukan dan menunjukkan ke
jalan baik dan benar yang terang benderang.
Sebagaimana firman Allah SWT :

Artinya :
“Dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan
izin-Nya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.”(Q.S.
Al-Ahzab : 46)
1. Pengertian Agama
.Kata Agama diambil dari bahasa sanskerta yang
terdiri dari gabungan kata “a” berarti tidak dan
“gama” berarti kacau, jadi agama artinya tidak
kacau. Sedangkan dalam bahasa Inggris
disebut dengan “religion” yang artinya
kepercayaan dan penyembahan kepada
Tuhan.
Ditinjau dari sumbernya, agama-agama yang
dikenal manusia terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Agama wahyu atau agama samawi yaitu
agama yang diterima oleh manusia dari Allah
melalui malaikat Jibril dan disebarkan oleh
rasul-Nya kepada manusia. Contohnya agama
Islam yang berasal dari wahyu Allah SWT.
2. Agama budaya atau agama ardhi yaitu agama
yang bersumber dari ajaran seorang manusia
yang dipandang mempunyai pengetahuan
yang mendalam tentang kehidupan. Contoh
agama budha.
2.Pengertian Islam
• Kata Islam berasal dari bahasa Arab dari kata
“salima” artinya selamat, sejahtera dan
“aslama” artinya patuh dan taat. Dengan
demikian agama Islam adalah agama yang
dibawa oleh nabi Muhammad SAW yang
bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
untuk keselamatan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
• Nama agama Islam disebut langsung oleh Allah
dalam Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT
:

Artinya :
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah
hanyalah Islam”. (Q.S. Ali Imran : 19)
• Firman Allah :

Artinya :
“Barangsiapa mencari agama selain agama
Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu)daripadanya, dan Dia di akhirat
Termasuk orang-orang yang rugi”.(Q.S. Ali Imran :
85)
• Juga firman Allah SWT :

Artinya :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi
agama bagimu”. (Q.S. Al-Maidah : 3)
3. Hajat manusia terhadap agama
Dalam menjalani kehidupan manusia dihadapkan kepada
dua persoalan pokok :
1. Persoalan pokok yang besifat mendesak
2. Persoalan pokok yang bersifat mendasar

ad.1. Persoalan pokok yang bersipat mendesak


adalah memenuhi kebutuhan manusia
sebagai basyar, yakni sebagai makhluk fisik
biologis, seperti pemenuhan kebutuhan makan,
minum, berkeluarga dan sebagainya.
ad.2. Persoalan pokok yang bersifat mendasar adalah
pemenuhan kebutuhan manusia sebagai insan,
yakni sebagai makhluk yang diberi potensi akal
untuk berfikir, diantara pemikirannya akan sampai
kepada pertanyaan yang akal sendiri tidak sanggup
menjawabnya seperti untuk apa kita hidup? Siapa
yang menciptakan kehidupan? Mengapa manusia
mati? dll. Untuk menjawab semua pertanyaan diatas
kita harus berangkat dari suatu pemikiran bahwa hidup
dan kehidpan manusia diciptakan dan diatur oleh kehendak Allah
SWT. Untuk itu kita harus bertanya kepada Allah melalui petunjuk
Agama yang diturunkaNya, oleh sebab itu manusia membutuhkan
Agama sebagai petunjuk untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.
Ruang lingkup Agama Islam
• Secara garis besar, ruang lingkup ajaran agama
Islam mencakup ajaran menyeluruh (total/kaffah)
yang terdiri atas akidah, syariah dan akhlak, seperti
tertuang dalam Al-Qur’an :

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu
turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S. Al-
Baqarah : 208)
• Akidah adalah kepercayaan terhadap Allah
dan inti akidah adalah tauhid.
Tauhid adalah ajaran tentang eksistensi Allah
yang bersifat Esa.
• Syariah adalah aturan atau undang-undang
Allah yang mengatur perilaku hidup manusia
dalam segala bentuk peribadahan, baik ibadah
khusus seperti Syahadat, shalat, puasa, zakat
dan haji, maupun ibadah umum (muamalah)
seperti hukum-hukum publik dan perdata.
• Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
dan menimbulkan perbuatan yang mudah
tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.
• Akhlak ini terdiri dari akhlak kepada Khalik dan
akhlak kepada makhluk.
– Akhlak kepada makhluk :
yaitu kepada manusia (diri, keluarga dan
masyarakat) dan akhlak kepada bukan
manusia (Hewan, tumbuhan dan abiotik)
Percaya Allah

Percaya Malaikat

Percaya Kitab
Akidah (Iman)
Percaya Rasul

Percaya Hari Akhir

Percaya Qadha & Dadar Syahadat

Shalat

Zakat
ISLAM Ibadah
khusus Puasa

Haji
Syariah (Islam)
Hukum public
(pidana, perang, dll)
Hukum perdata
Muamalah (dagang, waris, dll)
Kepada
Khalik Manusia
Akhlak (ihsan)
Kepada (diri, keluarga, masy)
mahluk Bukan manusia (hewan,
tumbuhan, abiotic)

Anda mungkin juga menyukai