Anda di halaman 1dari 16

RESUME

AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN I

DI BUAT OLEH :

NAMA :
Hadewia M Nurung

NPM :
22075047

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI PIAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK

T.A 2022
A. Hakikat manusia dan asal usul penciptaan manusia

a. Hakekat manusia dalam konsep Islam


adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, memiliki berbagai potensi
untuk tumbuh berkembang menuju kepada kesempurnaan. Secara terminologi,
hakikat dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala amal, inti
dari syariat dan akhir dari perjalanan yang ditempuh oleh seorang sufi. Hakikat
yang disebut sebagai kebenaran adalah makna terdalam dari praktik dan petunjuk
yang ada pada syariat dan tarikat.
hakikat manusia adalah roh, rasio (akal), dan kesenangan (nafsu). Manusia
adalah makhluk yang diciptakan dengan kesempurnaan dalam cara berpikir serta
caranya untuk mengendalikan diri. Manusia diberikan nafsu juga hasrat. Yaitu
hasrat untuk mencapai tujuan dengan memenuhi syarat untuk menjadi manusia
yang berkarakter.

Hakikat manusia

• Sebagai makhluk (diciptakan)


• Sebagai mukaram (dimuliakan)
• Sebagai mukallaf (dibebani)
• Sebagai mukhayyar (bebas memilih)
• Sebagai majzi (mendapat balasan)

b. Asal usul penciptaan manusia


Allah menciptakan manusia dari unsur tanah. Dalam salah satu hadist
disebutkan“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari gumpalan tanah yang
diambil dari seluruh tempat yang ada di bumi”. Jika Allah menghendaki bisa saja
manusia diciptakan dari unsur yang lain. Tentu sangatlah mudah bagi Allah.

Sebagaimana diketahui, Adam merupakan manusia pertama yang hadir di muka


bumi. Dalam Q.S. Ali Imran [3]: 59, dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari
tanah.
Arti: “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, layaknya (penciptaan) Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, lalu Allah berfirman kepadanya, "Jadilah" (seorang
manusia), maka jadilah dia.” (Q.S. Ali Imran [3]: 59)

Selain itu, dalam sebuah hadis sahih pun dijelaskan bahwa Adam diciptakan dari
seluruh jenis tanah.

“Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan Adam dari segenggam (tanah) yang diambil
dari seluruh (jenis) tanah. Maka anak cucu Adam lahir menurut kadar tanah. Ada yang
berkulit merah, putih, hitam, antara putih dan hitam. Ada yang berbahagia, bersedih,
buruk, baik, dan antara keduanya."

Dijelaskan sebelumnya, Allah menciptakan Adam dari seluruh jenis tanah. Dikatakan
pada Q.S. Shad [38]: 71, Adam (manusia) diciptakan oleh Allah dari tanah yang telah
dicampur dengan air (tanah liat). Dalam surat ini, tanah tersebut diistilahkan sebagai thiin,
sebagaimana terletak di akhir ayat.

Arti: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah." (Q.S. Shad [38]: 71)

Seperti yang dijelaskan pada Q.S. Shad [38]: 71, Adam diciptakan dari tanah
liat. Tanah ini memiliki karakteristik yang lunak karena memiliki kandungan air di
dalamnya.

Lalu, pada tahap selanjutnya, tanah liat ini telah mengering sehingga mulai
mengeras dan wujudnya pun menjadi lebih kukuh.

Arti: “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), "Apakah mereka yang
lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Q.S. As-Saffat [37]: 11)
Seperti yang dijelaskan pada Q.S. Shad [38]: 71, Adam diciptakan dari tanah
liat. Tanah ini memiliki karakteristik yang lunak karena memiliki kandungan air di
dalamnya.

Lalu, pada tahap selanjutnya, tanah liat ini telah mengering sehingga mulai
mengeras dan wujudnya pun menjadi lebih kukuh.

Arti: “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), "Apakah mereka yang
lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Q.S. As-Saffat [37]: 11)

Selain itu, dijelaskan dalam Q.S. Ar-Rahman [55]: 14, tanah liat ini akhirnya
dipanaskan dan dibentuk sedemikian rupa oleh Sang Pencipta.

Arti: "Dia menciptakan manusia dari tanah kering bak tembikar." (Q.S. Ar-Rahman
[55]: 14)

Tafsir Al-Wajiz yang dikemukakan oleh Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar
fiqih dan tafsir negeri Suriah, mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah
kering yang memiliki dentingan atau suara, layaknya tembikar. Tembikar merupakan tanah
liat yang dipanaskan atau dibakar di atas api supaya mudah dibentuk.
Setelah melewati berbagai proses, tahap paling akhir adalah peniupan roh pada
tanah yang sudah dibentuk sehingga tanah tersebut dapat berubah wujud menjadi
manusia yang seutuhnya, yakni Adam

Arti: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan dirimu (Adam), lalu Kami bentuk
tubuhmu dan Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam,"
maka mereka pun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud." (Q.S.
Al-Araf [7]: 11)
Selain itu, Allah pun berfirman dalam Q.S Al-Hijr [15]: 28—29:
Arti: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka jika Aku telah menyempurnakan
kejadiannya dan telah meniupkan ke dalam roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud.” (Q.S Al-Hijr [15]: 28—29)

B. Al qur’an,hadits dan ijtihad sebagai sumber hukum islam

a. Al-Qur’an sebagai Sumber Hukum Islam Pertama dan Utama

Al-Qur’an sebagai sumber yang baik dan sempurna, memiliki sifat dinamis, benar,
dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah bahwa Al-Qur’an dapat berlaku di mana saja,
kapan saja, dan kepada siapa saja, karena Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk
umat tertentu dan juga tidak hanya berlaku pada satu zaman. Benar artinya Al-Qur’an
mengandung kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya.
Mutlak artinya Al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan
terbantahkan. Bahkan kejadian kejadian yang akhir-akhir mi muncul semakin
membuktikan tentang kebenaran Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw. Secara bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan yang membacanya termasuk ibadah.

1. Isi dan Kandungan Al-Qur’an, meliputi lima hal sebagai berikut:

• Tauhid (pengesaan Allah Swt)


• Ibadah (aktivitas yang menghidupkan tauhid
• Janji dan ancaman
• Jalan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
• Kisah dan cerita (kisah-kisah tentang orang-orang shalih dan ingkar atau
membangkang).
2. Kedudukan dan Fungsi Al-Qur’an
Kedudukan Al-Qur’an dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah
sebagai sumber hukum yang pertama dan utama. Al-Qur’an langsung berasal
dan Allah Swt. Meskipun serba ringkas, Al-Qur’an sudah memuat beraneka
ragam hal tentang kehidupan, baik yang menyangkut urusan dunia maupun
berhubungan dengan kehidupan di akhirat.
Al-Qur’an berfungsi sebagai pedoman kehidupan serta petunjuk bagi
umat manusia. Himpunan firman Allah Swt ini berisi ajaran-ajaran pokok yang
harus dipedomani segenap umat manusia yang mengandung berbagai
aturan, baik itu perintah maupun larangan yang ditujukan untuk
kemaslahatan serta kemanfaatan umat manusia. AI-Qur’an menjelaskan cara
berhubungan dengan Allah Swt (hablum minAllah Swt) dan juga menjelaskan
pedoman berhubungan dengan sesama manusia (hablum minannas).

b. Al-Hadits sebagai Sumber Kedua


Menurut bahasa, Al-Hadits mempunyai beberapa arti, yaitu :jaded berarti
baru; qorib berarti dekat; khabar berarti berita. Menurut istilah Al-Hadits ialah
segala berita yang bersumber dan Nabi Muhammad saw. balk berupa ucapan,
perbuatan maupun pengakuan (taqrir) Nabi Muhammad saw. Allah Swt
mewajibkan agar kita mentaati hokum hukum yang disampaikan oleh Nabi
Muhammad saw. dan perilaku yang dicontohkan oleh beliau.

1. Kedudukan dan Fungsi Al-Hadits


Al-Hadits memiliki kedudukan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-
Qur’an. Semua persoalan hukum pertama-tama dikembalikan kepada Al-
Qur’an. Apabila tidak ditemukan dasar hukumnya dalam Al-Qur’an, maka
dicari dalam Al-Hadits. Adapun fungsi Al-Hadits mencakup tiga hal, yaitu:
• Sebagai pengukuh/penguat dan hukum-hukum yang telah ditetapkan
dalam Al-Qur’an.
• Sebagai penjelasan dan hal-hal yang sudah disebutkan Al Qur’an.
• Sebagai penjelas hal-hal yang tidak atau belum dibicanakan dalam Al-
Qur’an.
2. Macam Hadits
Ditinjau dan segi banyak atau sedikitnya jumlah orang yang
meriwayatkan (sanad), Hadits terbagi menjadi dua, yaitu Hadits
mutawatir dan Hadits ahad.

a. Hadits Mutawatir (berurutan/berlanjut)


Hadits mutawatir merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh
segolongan orang yang menurut kebiasaan tidak mungkin berbuat dusta.
Bahkan adayangberpendapat bahwa tingkat kebenaran Hadits mutawatir
sebanding dengan Al-Qun’an. Dengan kata lain, Hadits mutawatir juga
shahih dan dapat dijadikan dasar hukum (hujjah)

Contoh hadits mutawatir

Artinya: “Barangsiapa berdusta atas diriku secara sengaja, hendaklah dia


bersiap-siap menempati tempatnya di neraka,”.

b. Hadits Ahad
Hadits ahad merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh beberapa
orang, akan tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. Dilihat dan segi
banyak atau sedikitnya orang yang meriwayatkan, Hadits ahad dibagi
menjadi tiga, yaitu :

1. Hadits masyhur, merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh tiga


orang/lebih.
2. Hadits aziz, merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh dua
orang pada satu tingkatan, walaupun sesudah itu diriwayatkan
banyak orang

3. Hadits gharib, merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh orang


perseorangan.
c. Ijtihad sebagai Metode Penetapan hukum Islam
Kata Ijtihad berasal dan kata ijtahada, yajtahidu, ijtihadan, yang
berarti mengerahkan segala kemampuan. Orang yang berijtihad
dinamakan mujtahid. ijtihad secara istilah berarti usaha sungguh-sungguh
yang dilakukan untuk mencapai putusan hukum yang belum ada dalam Al-
Qur’an maupun Al-Hadits.

1. Dasar-dasar Ijtihad
Ijtihad sebagai sumber hukum Islam didasarkan pada Al-Qur’an
maupun Al-Hadits. Allah Swt, berfirman:

Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan


membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat . (QS. An -Nisa: 105)

Dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan


Muslim , Rasulullah saw., bersabda:

“Apabila hakim akan mengadili lalu ia berjtihad, kemudian dapat


mencapai kebenaran, maka ia mendapat dua pahala. Apabila ia
berjtihad dan tidak mencapai kebenaran, maka ia mendapat satu
pahala.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
2. Macam-macam Ijtihad
Yusuf al-Qardawi membagi ijtihad menjadi dua yaitu ijtihad
iintiqa’i/tarjihi dan ijtihad insya’i.
a. Ijtihad intiqa’i/Tarjihi
Merupakan ijtihad yang dilakukan oleh seseoang atau kelompok
untuk memilih pendapat ahli fikih terdahulu dalam masalah tertentu,
dengan menyeleksi pendapat mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih
relevan untuk kondisi terkini.
b. Ijtihad Insya’i (Ijtihad Kreatif atau Ijtihad Kolektif)
Ijtihad ini dilakukan dengan cara mengambil konklusi
(kesimpulan) hukum baru dalam suatu permasalahan yang belum
pernah dikemukakan oleh ulama fikih terdahulu. Pendapat baru yang
dimaksud pun sama sekali berbeda dengan pendapat yang dahulu,
sebab telah diupayakan berbagai pemahaman dan penelitian baru
secara menyeluruh yang melibatkan berbagal ahli (ilmu
pengetahuan) yang terkait. Ali HasbAllah Swt, menyebut jenis ijtihad
ini sebagai ijtihad kolektif (jama’i).

C. Karakteristik ajaran islam adalah rahmatan lil alamin


Secara etimologis, Islam berarti “damai”, sedangkan rahmatan lil 'alamin berarti
“kasih sayang bagi semesta alam”. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan lil'alamin
adalah Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan
kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Ciri ciri Islam yang Rahmatan lil alamiin adalah :
Islam mendorong manusia untuk menciptakan hidup proporsional, damai, penuh
kebaikan, keseimbangan, toleransi, sabar, dan menahan marah.” Dari kata salima menjadi
yaslaamu, salaaman, dan salaamatan, serta kata turunan lainnya, yang di dalam Al-Qur’an
menjelaskan bahwa setiap kata berasal, terderivasi, serta terkonjungasi dari kata Islam,
secara esensial merujuk kepada pengertian damai, perlindungan, keamanan, dan
kenyamanan.
Karena kata Islam berasal dari kata salama atau salima yang berarti damai,
keamanan, kenyamanan, dan perlindungan.
Jadi dpt juga dibilang bahwa Islam datang sebagai Rahmatan lil alamiin utk
memberi Kedamaian, Keselamatan, Kebaikan, Keseimbangan, dll Bagi ummat islam baik
Di dunia maupun di akhirat.
Islam rahmatan lil alamin dapat diwujudkan dengan menata diri melalui aktualisasi
menegakkan shalat lima waktu, berbakti kepada kedua orang tua, dan selalu berorientasi
untuk memberikan manfaat kepada orang lain di sekitarnya.
D. Ruang lingkp ajaran islam aqidah syariah ibadah muamalah dan akhlak
Menurut Apendi Arsyad dalam bukunya terbitan IPB Press, ruang lingkup agama Islam
menyangkut pada tiga aspek pokok pembahasan. Ketiga aspek yang dimaksud adalah aspek
keyakinan (akidah), aspek norma atau hukum (syariah), hingga aspek perilaku (akhlak).11

a. Akidah
akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang
yang mempercayainya. Sehingga, pengertian akidah Islam adalah pokok-pokok
kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar
pada dalil-dalil naqli dan aqli. Sedangkan dari segi aqidah adalah keyakinan yang kuat
terhadap suatu zat tanpa ada keraguan sedikit pun. Secara garis besar Aqidah Islam
mencakup semua rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari
Kiamat dan iman kepada Qada dan Qadar.

b. Syariah
Dari pengertian secara etimologis ini, muncul pengertian secara terminologis
bahwa syariah adalah jalan, aturan, dan hukum yang diciptakan Allah SWT yang
harus ditegakkan oleh manusia. Menurut terminologi Islam, syariah adalah hukum-
hukum Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya dan ditujukan kepada umat
manusia. Tujuan diciptakannya syariah ialah untuk kemashlahatan umat, baik di
dunia maupun akhirat. Dalam praktiknya, syariah selalu disamakan dengan ilmu
fiqih.
tujuan syariah adalah merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dan
menghilangkan kemudharatan, sedangkan mabadi' (pokok dasar) yakni
memperhatikan nilai-nilai dasar Islam, seperti keadilan, persamaan dan
kemerdekaan.

Ciri-ciri sistem Ekonomi Syariah adalah:


• Menggunakan sistem bagi hasil.
• Menggabungkan antara nilai sipiritual dan material.
• Memberikan kebebasan sesuai ajaran Islam.

• Mengakui kepemilikan multi jenis.


• Menjaga keseimbangan rohani dan jasmani.
• Memberikan ruang pada negara dan pemerintah.
• Melarang praktika riba.

c. Ibadah
Makna ibadah dalam Islam adalah tunduk dan patuh sepenuh hati kepada
Allah. Pengertian ibadah sangat luas, meliputi segala amal perbuatan yang titik
tolaknya ikhlas kepada Allah, tujuannya keridlaan Allah, garis amalnya saleh.
Ibadah adalah suatu istilah yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai Allah
dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi
(batin) maupun yang nampak (lahir).

d. Muamalah
Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial, atau hablum
minannas. Dalam syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi
diserahkan kepada manusia mengenai bentuknya
pengertian muamalah menurut fiqh Islam adalah kegiatan tukar menukar barang
atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya. Seperti jual-beli,
sewa-menyewa, utang-piutang, pinja meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat,
dan usaha lainnya
Muamalah dalam islam bersifat sebagai hukum dan aturan yang mengatur tata
cara memenuhi kebutuhan jasmani manusia dengan cara yang benar menurut syari'at
islam. Muamalah ini membantu kita mengetahui yang mana yang haram dan yang halal
dalam jual beli.
e. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat
atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan
biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada
negeri akhirat." (QS Shad : 46).
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam
di dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah
dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.
Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang seharusnya
dimiliki oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi sifat sabar, juju, rendah
hati, dermawan, sopan, gigih, rela berkorban, adil, bijaksa, lembut dan santun,
tawakal, dan masih banyak lagi.

E. Syirik zaman modern asal usul penciptaan manusia dalam Al Qur’an


1. Syirik zaman modern
Syirik Zaman Modern yaitu Menyekutukan Allah yang tanpa terasa dan disadari
namun banyak yang melakukan dan secara terang-terangan dilakukan umat beragama
islam sendiri. Berupa Hidup Materialistik dan lebih senang uang daripada utuk
melakukan ibadah.
Syirik yang banyak dilakukan dalam kontek kekinian atau modern. Banyak contoh
syirik modern yang dapat ditunjukkan. Misalnya, menganggap yang menyembuhkan
penyakit adalah dokter, tabib atau obat yang diminum. Tubuh tetap sehat dan bugar
karena pola makan yang seimbang atau olah raga yang teratur.

perbuatan syirik di zaman modern.


• Percaya zodiak. ...
• Bersumpah selain atas nama Allah. ...
• Penayangan film-film horor yang merusak keimanan. ...
• Mendatangi tempat-tempat/kuburan yang dikeramatkan untuk meminta
pertolongan.
• Asal usul penciptaan manusia dalam al-qur’an
Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu),
min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang
dibentuk Allah Swt dengan seindah-indahnya, kemudian Allah Swt, meniupkan ruh
dari-Nya ke dalam diri (manusia) tersebut.

F. Hidup sukses menurut pandangan Al Qur’an serta tujuan dan fungsi dari
penciptaan manusia
a. Keistimewaan Tujuan Dan Fungsi Penciptaan Manusia

Seperti yang tertuang dalam QS At-Thin ayat 4, manusia merupakan satu-


satunya makhluk Allah SWT yang diciptakan secara sempurna melebihi lainnya. Ada
pun firman Allah tersebut yakni berbunyi sebagai berikut,

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam sebaik-baiknya


bentuk." (QS. At-Thin: 4)
Dengan bentuk sempurna dan sebaik-baiknya wujud, maka Allah SWT
memberikan tugas serta tujuan penciptaan manusia yang harus dipahami. Untuk
itu, hendaknya manusia selalu taat dengan perintah Allah serta menjauhi
larangannya.
b. Tujuan dan Penciptaan Manusia

1. Beribadah Hanya Kepada Allah SWT

Tujuan penciptaan manusia yang utama adalah agar senantiasa beribadah


serta bertakwa hanya kepada Allah SWT. Dalam Al-Dzariyat ayat 56, manusia
bahkan diperintahkan untuk mengabdi di jalan kebenaran untuk menyembah
Allah SWT. Hal itu sebagaimana bunyi firman Allah sebagai berikut,
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku." (QS. Al-Dzariyat: 56)
Sehingga, jelas sekali tujuan penciptaan manusia di bumi bukan semata-
mata untuk saling berselisih, berlomba-lomba mencari harta, dan sebagainya.
Sebaliknya, hanya satu tujuan utama diciptakannya manusia untuk bertebaran
di muka bumi.
Hal ini pun sebagaimana dijelaskan kembali oleh tafsir Ibnu Qoyyim Al
Jauziyah yang berbunyi,
"bahwa tujuan Allah menciptakan kita manusia serta jin dan makhluk
lainnya di bumi ini adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah tidak mungkin
menciptakan makhluk begitu saja tanpa pelarangan atau perintah.

2. Menjadi Khalifah atau Pengurus Bumi


Selanjutnya, tujuan penciptaan manusia berikutnya adalah untuk menjadi
khalifah atau sebagai makhluk yang mampu mengurus segala sesuatunya di
bumi.
Di tangan manusia lah segala kesejahteraan dunia bagi semua makhluk
berada. Dengan kesempurnaan akalnya, manusia dirancang Allah SWT untuk
mampu mengatur serta mengelola dengan baik semua potensi bumi dan
seisinya. Ada pun hal itu tertuang dalam QS. Al Baqarah ayat 30 yang
berbunyi sebagai berikut
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah: 30)
c. Hidup Sukses Dalam Pandangan Al-Qur’an

Namun ada juga yang mengartikan sukses jika sudah punya rumah dan mobil
mewah, berteman dengan para artis, dan lain sebagainya. Sukses tersebut adalah
sukses yang bersifat nisbi atau tidak akan abadi. Jika seseorang memiliki harta yang
banyak namun di kemudian hari habis dan jatuh miskin, maka orang tersebut akan
memiliki label pernah kaya dan sukses, namun sekarang jatuh miskin. Begitu pula
dengan orang yang memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi, jika tiba waktu
pensiun pun maka suksesnya akan hilang dan selesai. Oleh karena itu, Alquran
telah menjelaskan konsep sukses yang mendapatkan derajat kemuliaan di hadapan
Allah SWT dalam QS At-Taubah ayat 20 :
Artinya: Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah;
dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Allah SWT dalam Alquran memberikan penjelasan, orang-orang yang
dikatakan sukses dan berhasil serta kebahagiaan dalam hidup apabila: Memiliki
komitmen keimanan, yakni mantap serta kokoh imannya, kuat tauhid dan
akidahnya. Inilah modal awal meraih derajat kemuliaan di hadapan Allah SWT
dan suksesnya kekal dan abadi

Kualitas amal saleh. Ini direfleksikan dengan adanya perubahan pada


kualitas hidup, dari tidak baik menjadi baik. Inilah yang dinamakan hijrah
(sebuah proses perbaikan diri). Kemudian, mengoptimalkan dengan berjihad
melalui harta dan jiwanya. Ketika ketiga hal ini dijalankan, maka Allah SWT telah
menjamin derajat kemuliaan di hadapan Allah SWT, dan sungguh dialah orang-
orang yang sukses dan beruntung. Kemudian Allah berikan rahmat, rida, serta
tempatkan pada tempat yang mulia (surga). Mari kita raih kesuksesan, bukan
hanya yang bersifat nisbi, tetapi juga yang bersifat abadi dihadapan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai