AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN I
DI BUAT OLEH :
NAMA :
Hadewia M Nurung
NPM :
22075047
T.A 2022
A. Hakikat manusia dan asal usul penciptaan manusia
Hakikat manusia
Selain itu, dalam sebuah hadis sahih pun dijelaskan bahwa Adam diciptakan dari
seluruh jenis tanah.
“Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan Adam dari segenggam (tanah) yang diambil
dari seluruh (jenis) tanah. Maka anak cucu Adam lahir menurut kadar tanah. Ada yang
berkulit merah, putih, hitam, antara putih dan hitam. Ada yang berbahagia, bersedih,
buruk, baik, dan antara keduanya."
Dijelaskan sebelumnya, Allah menciptakan Adam dari seluruh jenis tanah. Dikatakan
pada Q.S. Shad [38]: 71, Adam (manusia) diciptakan oleh Allah dari tanah yang telah
dicampur dengan air (tanah liat). Dalam surat ini, tanah tersebut diistilahkan sebagai thiin,
sebagaimana terletak di akhir ayat.
Arti: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah." (Q.S. Shad [38]: 71)
Seperti yang dijelaskan pada Q.S. Shad [38]: 71, Adam diciptakan dari tanah
liat. Tanah ini memiliki karakteristik yang lunak karena memiliki kandungan air di
dalamnya.
Lalu, pada tahap selanjutnya, tanah liat ini telah mengering sehingga mulai
mengeras dan wujudnya pun menjadi lebih kukuh.
Arti: “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), "Apakah mereka yang
lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Q.S. As-Saffat [37]: 11)
Seperti yang dijelaskan pada Q.S. Shad [38]: 71, Adam diciptakan dari tanah
liat. Tanah ini memiliki karakteristik yang lunak karena memiliki kandungan air di
dalamnya.
Lalu, pada tahap selanjutnya, tanah liat ini telah mengering sehingga mulai
mengeras dan wujudnya pun menjadi lebih kukuh.
Arti: “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah), "Apakah mereka yang
lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya
Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Q.S. As-Saffat [37]: 11)
Selain itu, dijelaskan dalam Q.S. Ar-Rahman [55]: 14, tanah liat ini akhirnya
dipanaskan dan dibentuk sedemikian rupa oleh Sang Pencipta.
Arti: "Dia menciptakan manusia dari tanah kering bak tembikar." (Q.S. Ar-Rahman
[55]: 14)
Tafsir Al-Wajiz yang dikemukakan oleh Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar
fiqih dan tafsir negeri Suriah, mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari tanah
kering yang memiliki dentingan atau suara, layaknya tembikar. Tembikar merupakan tanah
liat yang dipanaskan atau dibakar di atas api supaya mudah dibentuk.
Setelah melewati berbagai proses, tahap paling akhir adalah peniupan roh pada
tanah yang sudah dibentuk sehingga tanah tersebut dapat berubah wujud menjadi
manusia yang seutuhnya, yakni Adam
Arti: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan dirimu (Adam), lalu Kami bentuk
tubuhmu dan Kami katakan kepada para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam,"
maka mereka pun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud." (Q.S.
Al-Araf [7]: 11)
Selain itu, Allah pun berfirman dalam Q.S Al-Hijr [15]: 28—29:
Arti: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka jika Aku telah menyempurnakan
kejadiannya dan telah meniupkan ke dalam roh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud.” (Q.S Al-Hijr [15]: 28—29)
Al-Qur’an sebagai sumber yang baik dan sempurna, memiliki sifat dinamis, benar,
dan mutlak. Dinamis maksudnya adalah bahwa Al-Qur’an dapat berlaku di mana saja,
kapan saja, dan kepada siapa saja, karena Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk
umat tertentu dan juga tidak hanya berlaku pada satu zaman. Benar artinya Al-Qur’an
mengandung kebenaran yang dibuktikan dengan fakta dan kejadian yang sebenarnya.
Mutlak artinya Al-Qur’an tidak diragukan lagi kebenarannya serta tidak akan
terbantahkan. Bahkan kejadian kejadian yang akhir-akhir mi muncul semakin
membuktikan tentang kebenaran Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah Swt yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
saw. Secara bahasa, Al-Qur’an berarti bacaan yang membacanya termasuk ibadah.
b. Hadits Ahad
Hadits ahad merupakan Hadits yang diriwayatkan oleh beberapa
orang, akan tetapi tidak mencapai derajat mutawatir. Dilihat dan segi
banyak atau sedikitnya orang yang meriwayatkan, Hadits ahad dibagi
menjadi tiga, yaitu :
1. Dasar-dasar Ijtihad
Ijtihad sebagai sumber hukum Islam didasarkan pada Al-Qur’an
maupun Al-Hadits. Allah Swt, berfirman:
a. Akidah
akidah adalah suatu pokok atau dasar keyakinan yang harus dipegang oleh orang
yang mempercayainya. Sehingga, pengertian akidah Islam adalah pokok-pokok
kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar
pada dalil-dalil naqli dan aqli. Sedangkan dari segi aqidah adalah keyakinan yang kuat
terhadap suatu zat tanpa ada keraguan sedikit pun. Secara garis besar Aqidah Islam
mencakup semua rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari
Kiamat dan iman kepada Qada dan Qadar.
b. Syariah
Dari pengertian secara etimologis ini, muncul pengertian secara terminologis
bahwa syariah adalah jalan, aturan, dan hukum yang diciptakan Allah SWT yang
harus ditegakkan oleh manusia. Menurut terminologi Islam, syariah adalah hukum-
hukum Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya dan ditujukan kepada umat
manusia. Tujuan diciptakannya syariah ialah untuk kemashlahatan umat, baik di
dunia maupun akhirat. Dalam praktiknya, syariah selalu disamakan dengan ilmu
fiqih.
tujuan syariah adalah merealisasikan kemaslahatan bagi manusia dan
menghilangkan kemudharatan, sedangkan mabadi' (pokok dasar) yakni
memperhatikan nilai-nilai dasar Islam, seperti keadilan, persamaan dan
kemerdekaan.
c. Ibadah
Makna ibadah dalam Islam adalah tunduk dan patuh sepenuh hati kepada
Allah. Pengertian ibadah sangat luas, meliputi segala amal perbuatan yang titik
tolaknya ikhlas kepada Allah, tujuannya keridlaan Allah, garis amalnya saleh.
Ibadah adalah suatu istilah yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai Allah
dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi
(batin) maupun yang nampak (lahir).
d. Muamalah
Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial, atau hablum
minannas. Dalam syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi
diserahkan kepada manusia mengenai bentuknya
pengertian muamalah menurut fiqh Islam adalah kegiatan tukar menukar barang
atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya. Seperti jual-beli,
sewa-menyewa, utang-piutang, pinja meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat,
dan usaha lainnya
Muamalah dalam islam bersifat sebagai hukum dan aturan yang mengatur tata
cara memenuhi kebutuhan jasmani manusia dengan cara yang benar menurut syari'at
islam. Muamalah ini membantu kita mengetahui yang mana yang haram dan yang halal
dalam jual beli.
e. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, tabiat
atau peragai. Secara istilah, akhlak yaitu sifat yang dimiliki seseorang, telah melakat dan
biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut.
Kata akhlak telah disebutkan dalam (QS.Shad:46) berikut ini.
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan
kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada
negeri akhirat." (QS Shad : 46).
Imam Al Ghazali menjelaskan bahwa akhlak adalah salah satu sifat yang tertanam
di dalam jiwa manusia yang dapat menimbulkan suatu perbuatan yang mudah
dilakukan tanpa adanya pertimbangan pemikiran lagi.
Akhlak terpuji atau akhlakul mahmudah yaitu golongan akhlak yang seharusnya
dimiliki oleh seorang muslim. Akhlakul mahmudah meliputi sifat sabar, juju, rendah
hati, dermawan, sopan, gigih, rela berkorban, adil, bijaksa, lembut dan santun,
tawakal, dan masih banyak lagi.
F. Hidup sukses menurut pandangan Al Qur’an serta tujuan dan fungsi dari
penciptaan manusia
a. Keistimewaan Tujuan Dan Fungsi Penciptaan Manusia
Namun ada juga yang mengartikan sukses jika sudah punya rumah dan mobil
mewah, berteman dengan para artis, dan lain sebagainya. Sukses tersebut adalah
sukses yang bersifat nisbi atau tidak akan abadi. Jika seseorang memiliki harta yang
banyak namun di kemudian hari habis dan jatuh miskin, maka orang tersebut akan
memiliki label pernah kaya dan sukses, namun sekarang jatuh miskin. Begitu pula
dengan orang yang memiliki pangkat dan jabatan yang tinggi, jika tiba waktu
pensiun pun maka suksesnya akan hilang dan selesai. Oleh karena itu, Alquran
telah menjelaskan konsep sukses yang mendapatkan derajat kemuliaan di hadapan
Allah SWT dalam QS At-Taubah ayat 20 :
Artinya: Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah
dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah;
dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
Allah SWT dalam Alquran memberikan penjelasan, orang-orang yang
dikatakan sukses dan berhasil serta kebahagiaan dalam hidup apabila: Memiliki
komitmen keimanan, yakni mantap serta kokoh imannya, kuat tauhid dan
akidahnya. Inilah modal awal meraih derajat kemuliaan di hadapan Allah SWT
dan suksesnya kekal dan abadi