Setelah melihat teori-teori di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa,
hubungan keduanya sangat mutlak dalam hal ini adalah perancangan geometrik jalan, yang merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perancangan bentuk fisik sehinggah dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu. Memberikan pelayanan yang optimal pada arus lalu lintas.
Dengan meninjau aspek-aspek perencanaan bagian-bagian jalan seperti:
(trase, lebar, tikungan, landai, dan jarak pandang) dan juga kombinasi dari bagian- bagian tersebut sesuai dengan tuntutan dan sifat-sifat lalu lintas dengan tujuan menciptakan hubungan efisien antara waktu dan ruang dengan kendaraan untuk mencapai efisiensi, keamanan dan kenyamanan secara optimal dengan batas-batas kelayakan ekonomi.
Pada perencanaan alinyemen horizontal jalan, tidak cukup hanya bagian
alinyemen saja yang memenuhi syarat, tetapi keseluruhan bagian harus memberikan kesan aman dan nyaman. Lengkungan yang terlalu tajam, kombinasi lengkung yang tidak baik akan mengurangi kapasitas jalan, dan kenyamanan serta keamanan penguna jalan.
Perencanaan alinyemen vertikal selalu dengan mempertimbangkan kondisi
lapisan tanah dasar, tinggi muka air banjir, tinggi muka air tanah, fungsi jalan, kelandaianya, dan keadaan medan.
108 B. SARAN
Penentuan lebar jalur lintas hendaknya di sesuaikan dengan volume dan
kelas jalan. Dalam perencanaan jalan yang sebenarnya harus dibuat sesuai dengan ketentuan yang ada dan pengawasan yang baik demi terwujudnya perencanaan yang baik pula. Penentuan Kecepatan Rencana hendaknya di sesuaikan segmen jalan dapat di turunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/jam. Dalam Perencanaan Geometrik jalan harus memperhatikan kontur medan dan sedapat mungkin menngikuti garis kontur agar kelandaian yang di dapat tidak begitu besar.