Anda di halaman 1dari 8

PSIKOLOGI ISLAM 2

MODUL 3
Filosofis manusia menurut Al Qur’an dan hadist

DOSEN PENGAJAR:
Dr. UMAR Yusuf M.Si, Psikolog
Dr. Lilim Halimah BHSc, MHSPY
Dr. Eneng Nurlaili Wangi M.Psi, Psikolog
Eni N. Nugrahawati Dra, M.Pd Psikolog

Fakultas Psikologi
Universitas Islam Bandung
2022-2023
MODUL 3
Filosofis manusia menurut Al Qur’an dan hadist

Kemampuan akhir yang diharapkan:


Mahasiswa mampu menjelaskan Filosofis manusia menurut Al Qur’an dan hadist
Pengalaman Belajar Mahasiswa
Mahasiswa mendapatkan informasi mengenai paparan review materi melalui modul
pembelajaran

Mahasiswa mengeksplorasi materi mengenai Filosofis manusia menurut Al Qur’an dan


hadist dari sumber – sumber pengajaran yang disarankan

Mahasiswa berdiskusi mengenai materi dan dilanjutkan bersama – sama dengan dosen
menyimpulkan mengenai filosofis manusia menuerut Al Qur’an dan hadist.

Pengantar Materi
Landasan Filisofis tentang Manusia
Memahami landasan filosofi tentang manusia memudahkan untuk memahami tentang
makna dan hakikat manusia sebagai objek dan sekaligus subjek dalam kajian psikologi
sesuai dengan sudut pandang dari teori yang bersangkutan.
Landasan Filosofis tentang Manusia Menurut Perspektif Islam
Gambaran manusia menurut Al Qur’an dan Hadist:
1. Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai makhluk dengan sempurna-sempurnanya
bentuk fisiknya dibandingkan dengan makhluk lainnya.
2. Manusia lahir dengan potensi yang berbeda-beda yang bersifat unik.
3. Manusia lahir kemuka bumi sebagai mahluk sosial
4. Manusia diciptakan makhluk yang berakal
5. Manusia dilahirkan ke muka bumi memiliki potensi untuk bergerak ke masa depan
6. Manusia dilahirkan ke muka bumi sebagai makhluk beragama yang suci dan lurus.
7. Manusia memiliki potensi sebagai abdillah (taat dan patuh) dan Manusia diciptakan
memiliki potensi sebagai khalifah di muka bumi.
Untuk memahami lebih lanjut tentang hakikat manusia sebagaimana dikemukakan di atas,
maka perlu dijelaskan satu persatu yang dilandasi ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits yang
relevan untuk itu.
1. Manusia diciptakan sebagai Makhluk Biologis yang memiliki kesempurnaan
Bentuk
Manusia jika dibandingkan dengan Makhluk hidup lainnya sebagai makhluk biologis yang
diciptakan oleh Allah Swt dalam bentuk yang sempurna bentuknya. Hal ini sebagaimana
tercantum dalam QS at-Tin (94): 4 yang berbunyi “Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”
Dalam tafsir Unisba (2011) dijelaskan bahwa makna dari Surat At-Tin (95): 4 tersebut
diartikan bahwa Allah telah menjadikan manusia dapat berdiri tegak dan baik
penampilannya. Artinya Allah swt telah menjadikan manusia mampu untuk menggapai apa
yang diinginkan dengan tangannya, bukan seperti hewan, yang mampu mengambil sesuatu
dengan mulutnya. Ia juga diberi akal serta kemampuannya dan kesiapan yang khusus untuk
menerima ilmu pengetahuan, serta ia memiliki kemampuannya untuk menyimpulkan
berbagai siasat yang memungkinkan dirinya menguasai alam, akan tetapi manusia juga
terkadang lupa akan keistimewaan dirinya dan menduga dirinya seperti makhluk lainnya.
Ayat tersebut di atas dimaksudkan untuk menggambaran tentang anugrah Allah Swt kepada
manusia yang tidak hanya terbatas pada bentuk fisik semata tetapi diperlengkapi dengan
akal.

2. Manusia Sejak Lahir Memiliki Potensi dan Usaha yang Berbeda-beda


menurut pandagnan Islam manusia diciptakan oleh Allah Swt memiliki potensi yang
berbeda-beda baik dalam hal kecerdasan, bakat, sifat-sifatnya sebagaimana telah dijelaskan.
Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam QS al Zukheruf (43): 32, yang artinya berbunyi:
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan”.
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa Allah Swt telah memberi rahmat dan nikmat yang
berbeda-beda, ada yang kaya dan ada pula yang miskin, ada yang lemah dan ada kuat.
Sebagian individu diberi beberapa derajat, pangkat, jabatan dan amanah, dengan tujuan agar
manusia memberlakukan dan mensejahterakan orang lain (Nasharuddin, 2015.89).
Selain ayat Qur’an diatas, terdapat ayat – ayat lain yang menjelaskan hal tentang perbedaan
potensi yang diberikan kepada manusia, diantaranya QS surat Ar-Rum (30):22, QS Al-An-‘am
(6) :165, QS An-Nisa (4): 32). Ali bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu Abas tentang ayat
ini, ia berkata “Hendaklah laki jangan berhayal, dan ia berkata: Seandainya aku memiliki
harta si pulan dan keluarganya. ( Maka Allah melarang hal itu), akan tetapi (hendaklah) ia
memohon kepada Allah dari karunia-Nya. Demikian pula Ibnu Abi Rabah berkata: Ayat ini
turun berkenaan dengan larangan iri hati terhadap apa yang dimiliki seseorang, dan juga iri
hati seorang wanita untuk menjadi laki-laki, sehingga mereka dapat berperang (HR. Ibnu
Jarir, dalam Ibn Katsir, l997, jilid 2. 372-273).
Terdapat beberapa hadist Rasulullah Saw yang menggambarkan tentang perbedaan
manusia terutama terkait potensinya, diantaranya:
Diriwayatkan oleh Abu Musa ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya
perumpamaan petunjuk dan ilmu yang diemban Allah kepadaku adalah seperti hujan yang
turun ke Bumi / diantara Bumi itu terdapat sebidang tanah yang subur yang menyerap air,
dan sebidang itu rumput hijau tumbuh subur. Ada juga sebidang tanah yang tidak
menumbuhkan apa-apa, walaupun tanah itu penuh dengan air. Padahal Allah Swt
menurunkan aitu itu agar manusia dapat meminumnya, menghilangkan rasa haus, dan
menanam. Ada juga sekelompok orang yang mempunyai tanah gersang yang tidak ada air
dan tidak tumbuh apa pun di tanah itu. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunyai
ilmu agama Allah Swt dan mau memanfaatkan “sesuatu” yang menyebabkan aku diutus oleh
Allah Swt kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya. Diriwayatkan oleh
Syaikhan (Nawawi, jilid 2, 95; hadits No 3/1379)

3. Manusia diciptakan sebagai Makhluk Sosial.


Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial, sehingga ada peribahasa yang menyatakan
―Bersatu manusia akan kuat, sedangkan bercerai akan lemah dan runtuh‖. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam al-Qur‘an Al- Hujarat (49):13
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
Sayyid Quthb (l992) menjelaskan ayat ini bahwa Allah menciptakan kamu dari jenis laki-laki
dan wanita, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, tujuannya bukan saling menjegal dan
bermusuhan, tetapi supaya harmonis dan saling mengenal. Adapun perbedaan bahasa,
warna kulit, perbedaan watak dan akhlak, serta perbedaan bakat dan potensi merupakan
keragaman yang tidak perlu menimbulkan perselisihan. Justru harus menimbulkan
kerjasama supaya bangkit dalam memikul segala tugas dan memenuhi segala kebutuhan.
Selanjutnya silahkan analisa ayat – ayat Qur’an berikut: QS Al-Zukhruf (43):32, QS.
Maryam (l9): 57, QS Al-A‘raf (7): l76

4. Manusia Dilahirkan sebagai Makhluk yang Berakal.


Sosok Adam sebagaimana yang digambarkan oleh Al-Qur‘an adalah makhluk yang sangat
beradab, ia memiliki ilmu yang tinggi dan bukan makhluk purba. Oleh karena itulah Allah
menunjuknya sebagai Khalifah (pemimpin) di muka bumi. Adam As dan anak cucunya
dimuliakan oleh Allah Swt sebagai makhluk yang teramat cerdas, memiliki kelebihan yang
sempurna dibandingkan dengan makhluk lain sebelumnya, yaitu diciptakan sebagai
makhluk yang terbaik. Hal ini sesuai Firman-Nya pada Surah Al Israa' (17): 70:
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan di lautan[862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.[862]
Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan
dan di lautan untuk memperoleh penghidupan”.
Ayat ini terkait dengan QS surat At-Tiin yang menjelaskan bahwa Allah Swt memberitahukan
tentang pemuliaan dan penghormatan-Nya terhadap anak cucu Adam, yakni penciptaan
yang sebaik-baiknya dan sempurna.
QS Qof (50): 6 “Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-
retak sedikitpun ?”
5. Manusia Bergerak ke Masa Depan.
Dalam pandangan Al-Qur‘an adalah makhluk yang bergerak ke masa depan. Hal ini
sebagaimana tercantum pada QS Ibrahim (14): 1
“Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan
manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)
menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”.
Ayat ini menjelaskan bahwa al-Qur‘an diturunkan kepada nabi Muhammad saw untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kesesatan yang mereka alami menuju petunjuk
Allah dan kebenaran. Arti penggalan ayat di atas mengisyaratkan manusia hendaknya selalu
menunju kearah yang positif yaitu menuju kepada sesuatu yang terang (Tafsir Ibn Katsir,
1997. Jilid 5, 60). Penjelasan yang hampir sama dikemukakan pada QS Al-Hasyr: (59):18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Sebuah hadist Rasulullah saw menjelaskan: Imam Ahmad meriwayatkan dari al-Mundzir bin
Jarir, dari ayahnya ia berkata: Kami pernah bersama Rasulullah Saw di permulaan siang. Lalu
ada suatu kaum yang mendatangi beliau dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian,
membukus diri dengan kulit macan atau sejenis mantel dengan menyandang pedang.
Kebanyakan mereka berasal dari suku Mudhar. Maka raut wajah Rasulullah berubah ketika
melihat keadaan mereka yang demikian miskin itu. Setelah beliau melaksanakan shalat,
beliau berhutbah, beliau berkata: Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Allah yang
telah menciptakan kalian dari jiwa yang suci, sampai akhir ayatlalu beliau membaca ayat
yang terdapat pada surat al-Hasyr: Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang
diperbuatnya untuk hari esok. Sebagian menyedekahkan dari dinar, dirham, pakaian,
gandum, dan kurma.

6. Manusia Dilahirkan dalam Keadaan Fitrah dan Lurus


Menurut pandangan Islam, manusia dilahirkan dengan keadaan fitrah (suci) dan memiliki
agama yang lurus (hanif), sebagaimana tercantum pada QS surat Rum (30):30:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Fitrah dalam ayat di atas bermakna agama yang lurus yaitu Islam atau tauhid. Artinya
manusia terlahir dengan membawa fitrah beragama yaitu dalam keadaan Islam, baik dari
keturunan kafir maupun Islam. Hal ini sebagaimana dikemukakan hadits Nabi Muhammad
Saw: Bayi yang dilahirkan itu hanyakah membawa fitrah, (Islam), maka hanya orang tualah
yang menjadikan Yahudi, Nasrani, Majusi dan Syirik (H.R Bukhari dan Muslim, dalam
Nasharudin, 2015, 54).
Pendapat ulama tentang kata fitrah berbeda-beda dalam hal menjelaskan ayat ini. Ada yang
berpendapat fitrah yang dimaksud adalah keyakinan tentang keesaan Allah swt, yang telah
ditanamkan Allah dalam diri setiap insan.
1. Al-Biqa’i tidak membatasi arti fitrah pada keyakinan tentang keesaan Allah swt.
Menurutnya, yang dimaksud dengan fitrah adalah ciptaan pertama dan tabiat awal yang
Allah ciptakan atas dasar yang suci.
2 Ibn Asyur menjelaskan Fitrah yang dimaksud di sini adalah unsur-unsur dan sistem yang
Allah anugrahkan kepada setiap makhluk. Artinya fitrah manusia adalah apa yang diciptakan
Allah dalam diri manusia yang terdiri dari jasad dan akal. Seperti misalnya manusia berjalan
dengan kakinya.
Selanjutnya Ibn Asyur dengan menukil pendapat Ibn Sina yang memberi ilustrasi tentang
makna fitrah adalah seandainya seseorang manusia lahir ke dunia ini dalam keadaan
sempurna akal, tetapi dia belum pernah mendengar satu pendapatpun, tidak juga meyakini
satu mazhab, tidak bergaul dengan masyarakat atau mengenai siasat— hanya menyaksikan
hal-hal indrawi-lalu ia mengambil beberapa kondisi dan memaparkannya kebenaknya lalu
berusaha untuk meragukannya, maka bila ia ragu itu berarti fitrah tidak mendukungnya,
tetapi bila dia tidak ragu, itulah petunjuk fitrah. Namun demikian- lebih lanjut Ibn Sina
mengemukakan tidak semua yang dituntun oleh fitrah manusia, benar adanya. Yang benar
hanyalah yang dituntun oleh potensi akliah, sedang fitrah merupakan pemikiran umum,
maka bisa saja tidak benar.
Pemahaman atas ayat di atas hanya berbicara tentang fitrah yang dipersamakan dengan
agama yang benar. Ini berarti yang dibicarakan oleh ayat ini adalah fitrah agama, bukan
fitrah dalam arti semua potensi yang diciptakan Allah pada diri mahluk itu. Melalui ayat ini
Al-Qur‘an menggaris bawahi adanya fitrah manusia dan bahwa fitrah tersebut fitrah
keagamaan yang perlu dipertahankan.

7. Manusia diciptakan Tuhan sebagai Abdullah dan Khalifah


Manusia diciptakan oleh Allah Swt sebagai mahluk untuk mengabdi kepada-Nya. Hal ini
sebagaimana dikemukakan pada QS surat Adz—Daariayat (51):56 “dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Tugas sebagai Abdullah hanyalah menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya.
Kehambaan manusia terhadap Tuhannya berkorelasi dengan kasih sayang Tuhan. Semakin
tinggi bobot kehambaan manusia, maka semakin tinggi pula derajat manusia di sisi
Tuhannya. Terminologi Abdullah dapat dilihat pada QS 19:12, QS 4:172, QS 17:3, QS 66:10,
dsb. Apabila ditelaah ayat-ayat Al-Qur‘an yang menyangkut Abdullah ini menunjukkan
bahwa jati diri manusia itu hanyalah hamba Allah, jika manusia itu dapat mempertahankan
jati dirinya itu, maka manusia akan memperoleh keselamatan, keberkahan, dan akan
menjadi manusia yang bersyukur yang selalu diperhatikan dan derajatnya dinaikan untuk
menjadi manusia paripurna (Nasrudin, 2015, 112).
Peran manusia selain sebagai hamba Allah juga ia mendapat tugas sebagai khalifah. Kata
khalifah awal katanya berarti menggantikan, dalam arti yang menggantikan Allah dalam
menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapanNya, bukan karena Allah
tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan. Namun dengan
pengangkatan itu Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan. Ada
lagi yang memahami kata khalifah dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam
menghuni bumi ini. (Tafsir Al-Misbah, Vol 1. 2005; 142).
Sedangkan pada surat al-Naml (27): 62, yang dimaksud manusia sebagai khalifah adalah
menjadikan manusia berkuasa di bumi. Sebab khalifah bukan hanya sekedar menggantikan,
tetapi manusia pengganti Allah, bayangan Tuhan di muka bumi. Oleh sebab itu manusia
sebagai khalifah itu mesti menyadari, bahwa manusia sebelum bertindak dan berbuat, pasti
sesuai dengan perintah Allah. Sebab manusia itu hanyalah pengganti.

TUGAS EKSPLORASI
Untuk menambah pemahaman anda secara utuh dan mendalam mengenai materi landasan
filosofis manusia dalam perspektif Al Qur’an dan Hadist:
1. Temukan Ayat – ayat Qur’an dan Hadist, dan lakukan Analisa terhadap ayat-ayat tersebut,
berikan penjelasan anda tentang temuan – temuan tersebut.
2. Jika seluruh manusia disciptakan dalam keadaan fitrah, kenapa masih banyak manusia
yang tersesat jalan hidupnya, masih banyak manusia yang tidak meyakini bahwa Allah
adalah satu -satunya Tuhan yang harus disembah dan tempat manusia bergantung?
Bagaimana penjelasan anda?
3. Manusia diciptakan memiliki 2 status yang berbeda, satu status berkedudukan menjadi
hamba Allah status yang lain berkedudukan menjadi pemimpin di muka bumi, silahkan
pahami kedua kedudukan ini, bagaimana hubungan kedua status tersebut sehingga
menjadikan manusia makhluk yang paripurna.

KESIMPULAN:
(Secara bersama -sama seluruh mahasiswa dan dosen membuat kesimpulan dari temuan
dan diskusi ini)
..............................................................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................................................
............................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai