Anda di halaman 1dari 12

KONSEP SDM PERSPEKTIF AL-QURAN: KONSEP MANUSIA DALAM

AL-QURAN SURAH ISRA’ AYAT 70

DISUSUN OLEH :
KIKI YULIANTI 1930203052

DOSEN PENGAMPUH : HIDAYAT, M.Pd.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMB 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang Allah SWT. turunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. dinukil secara mutawatir kepada kita, dan isinya memuat
petunjuk bagi kebahagiaan orang yang percaya kepadanya. Al-Qur’an, sebuah
kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci
juga diturunkan dari sisi Allah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengatahui.1
Sekalipun turun di tengah bangsa Arab dan dengan bahasa Arab, misinya
tertuju kepada seluruh umat manusia, tidak berbeda antara bangsa Arab
dengan bangsa non Arab, atau satu umat atas umat lainnya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di
muka bumi ini. Allah menjadikan manusi khalifah di bumi sebab manusia
mempunyai kecenderungan dengan Allah SWT. dan mendudukan manusia
sebagai makhluk ciptaan-Nya berupa jasmani dan rohani. Al-Qur'an memberi
acuan konseptual yang sangat mapan dalam memberi pemenuhan kebutuhan
jasmani dan ruhani agar manusia berkembang secara wajar dan baik. Al-
Qur'an memberi keterangan tentang manusia dari banyak seginya. Berangkat
dari tujuan diciptakan manusia untuk taat dan patuh pada-Nya, melalui
ajaran-ajaran agama yang diberikan yaitu Islam. Ajaran Islam diyakini
mampu membawa dan menuntun manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah dan membimbing manusia kepada jalan yang lurus.
Surah al- Isra’ ayat 70 memiliki kandungan (makna) tentang
kemuliaan manusia yang sangat dalam. Di antara kandungan yang terdapat di
dalamnya adalah ajaran bahwa umat manusia agar senantiasa menjaga
kehormatan antar sesama manusia, senantiasa bersyukur terhadap karunia
yang diberikan Allah swt, dan menjunjung tinggi amanah yang diberikan
Allah SWT sebagai makhluk yang mulia di antara makhluk lainnya. Sisi lain
yang menarik dari ayat adalah ajaran yang dikandungnya menjadi rujukan
dan pedoman hidup bagi manusia ditengah meraknya peristiwa-peristiwa
kekerasaan yang cenderung mengabaikan kemuliaan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat manusia dalam kemuliaan dalam Al-Qur’an Surah
Isra’ Ayat 70?
2. Bagaimana unsur-unsur kemuliaan manusia yang terkandung dalam surah
al-Isra’ ayat 70 ?
3. Bagaimana hubungan manusia dengan pendidikan dalam Al-Qur’an Surah
Isra’ Ayat 70?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Paling Mulia dalam Al-Qur’an Surah Isra’ Ayat 70


1. Q.S Isra’ Ayat 70
ࣖ ‫ضي اًْل‬ِ ‫ت َوفَض َّْل ٰن ُه ْن َع ٰلى َكثِي ٍْر ِّه َّو ْن َخلَ ْقنَا تَ ْف‬ َّ ‫َولَقَدْ ك ََّر ْهنَا َبنِ ْي ٰادَ َم َو َح َو ْل ٰن ُه ْن فِى ْالبَ ِ ّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْق ٰن ُه ْن ِ ّهنَ ال‬
ِ ‫طيِّ ٰب‬

Artinya : Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,


Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan‛
2. Ma’na Mufrodat
Kata karrama diambil dari akar kata karaman yang berarti
kemuliaan. Karramna berarti Kami (Allah) telah memuliakan. Adanya
tsydid pada lafadz karramna menunjukan banyaknya kemuliaan yang di
berikan Allah kepada Manusia. Kemuliaan yang diberikan Allah kepada
manusia, adalah anugerah berupa keistimewaan yang sifatnya internal.
Dalam kontek ayat ini, manusia dianugerahi Allah keistimewaan yang
tidak dianugerahkan kepada selainnya dan itulah yang menjadikan
manusia mulia serta harus dihormati, walaupun ia telah menjadi mayat.
Darah, harta, dan kehormatan manusia tidak boleh dialirkan dan dirampas
begitu saja. Semuanya harus dihormati dan dimuliakan.1
3. Munasabah
Ayat-ayat al-Qur’an telah tersusun sebaik-baiknya berdasarkan
petunjuk dari Allah SWT, sehingga pengertian tentang suatu ayat kurang
dapat dipahami begitu saja tanpa mempelajari aya-ayat sebelumnya.
Kelompok ayat yang satu tidak dapat dipisahkan dengan kelompok ayat
berikutnya. Antara satu ayat dengan ayat sebelum kelompok ayat
berikutnya. Anatara satu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya
mempunyai hubungan erat dan kait mengait, merupakan mata rantai yang

1 Kementerian Agama, al-Qur’an dan Tafsiranya Jilid V, (Jakarta: Lentera Hati, 2010),
Hlm. 517
sambung bersambung. Hal inilah disebut dengan isthilah munasabah
ayat.2
Pada ayat 70 dalam surah al-Isra’ pada ayat sebelumnya
menggambarkan anugreh-Nya ketika berada di laut dan di darat, baik
terhadap yang taat maupun yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab
anugerah itu, yakni manusia adalah makhluk yang unik yang memiliki
kehormatan dalalm kedudukannya sebagai manusia-baik yang taat
beragama maupun tidak. Memiliki kehormatan yang sama, anatara lain
semua diberi hak mimilah dan memilih serta diiberi pula kemampuan
melaksanakan pilihannya lagi diciptakan sebagai makhluk bertanggun
jawab.
Pada ayat-ayat yang lalu, Allah telah menjelaskan tentang aneka
ragam nikmat yang telah dianugerahkan kepada hambaNya agar mereka
dapat memanfaatkannya. Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa Bani
Adam merupakan makhluk termulia yang dianugerahi berbagai nikmat
seperti alat transportasi dan rezeki yang baik, serta diunggulkan dari
makhluk yang lain.3
4. Tafsir Ayat
Setelah pada ayat sebelumnya Allah bersumpah dengan buah-buahan
yang bermanfaat atau tempat-tempat yang mulia itu, Allah menegaskan
bahwa dia telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis
terbaik. Dari segi fisik, misalnya, hanya manusia yang berdiri tegak
sehingga otaknya bebas berfikir, yang menghasilkan ilmu dan tangannya
juga bebas bergerak untuk merealisasikan ilmunya itu, sehingga
melahirkan teknologi. Bentuk manusia adalah yang paling indah dari
semua makhluknya. Dari segi psikis hanya manusia yang memiliki
perasaan yang sempurna. Dan lebih-lebih lagi hanya manusia yang
beragama. Banyak lagi keistimewaan manusia dari segi fisik dan psikis
yang tidak mungkin di uraikan di sini.

2 Ahmad Syadali dan Drs. H. Ahamad Rofi’i. (Cet. III. Bandung September 2006 ), Hlm.
180
3 Kementerian Agama, al-Qur’an dan Tafsiranya Jilid V, Hlm. 518
Penegasan Allah bahwa Dia telah menciptakan manusia dengan
kondisi fisik dan psikis terbaik itu mengandung arti bahwa fisik dan psikis
manusia itu pelu di jaga, di pelihara dan di tumbuh kembangkan. Fisik
manusia di pelihara dan di kembangkan dengani gizi yang cukup dan
menjaga kesehatannya. Dan psikis manusia di pelihara dan di tumbuh
kembangkan dengan memberinya agama dan pendidikan yang baik. Bila
fisik dan psikis manusia di jaga dan di pelihara, maka manusia akan dapat
memberikan kemanfaatan yang besar pada alam ini. Dengan demikian dia
akan menjadi makhluk termulia.4
Manusia makhluk yang di ciptakan sempurna oleh Allah, Struktur
kemampuan fisik-psikis manusia dalam proses mengetahui berbeda
menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, namun pada hakikatnya
semua merupakan satu kesatuan. Proses pembentukan ilmu pengetahuan
dalam diri manusia melibatkan kedua unsur secara bersamaan. Menurut
Al-Farabi manusia memperoleh pengetahuan tentang sesuatu melalui daya
berfikir, daya menghayal dan daya mengindra.
Dengan karakter tak jauh berbeda, Anton bakker dan Achmad
Charris Zubair juga mengemukakan pendapat tentang hasil pencapaian
pengetahuan dalam empat klasifikasi tingkatan dengan istilah:
pengetahuan indrawi, pengetahuan naluri, pengetahuan rasional, dan
pengetahuan intuitif atau imajenatif. Di sebut pengetahuan indrawi karena
bersumber dari kemampuan mengindra manusia, pengetahuan naluri
karena bersumber dari kemampuan naluriah manusia, pengetahuan
rasional karena bersumber dari kemampuan berfikir, dan di sebut
kemampuan intuitif karena bersumber dari kemampuan berimajenasi
dalam diri manusia, semua itu karena Allah telah menciptakan manusia
sebagai makhluk yang sempurna.5

4 Dapertemen Agama, Al-Quran Dan Tafsirnya Jilid X, (Jakarta: Ikrar


Mandiriabadi,2010), Hlm. 713
5 Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), Hlm. 28-29
5. Keutamaan Manusia Atas Makhluk Lain
Adapun ungkapan yang lain di dalam al-Qur’an, yang menurut kami
hampir sama maknanya dengan ayat ke- 70 dari surat al-Isra. dengan
tegas menyatakan bahwa manusia telah diciptakan Tuhan dengan sebaik-
baik ‚taqwim‛. Apa yang dimaksud dengan istilah tesebut ternyata
dipersilihsikan oleh para ulama.Karena itu penulusuran ulang terhadap
makna ungkapan tersebut. Kata taqwim adalah bentuk masdar dari kata
kerja qawwama ‚menghilangkan kebengkokan (menyelaraskan)‛,
‚membudayakan‛ dan ‚ member nilai ‚. Al-Raghib yang mengartikan kata
tersebut dengan tasqif ‚ membudayakan‛ menyatakan bahwa ungkapan ini
merupakan kekhususan manusia dari hewan-hewan yang meliputi
kemampuan akal, pemahaman dan bentuk tegak lurus.kekhususan ini
dimakasudkan agar manusia dapat menikmati segala apa yang ada di atas
bumi ini.6 Dari pengertian ini jelas dapat diketahui bahwa konsep yang
terkandung dalam taqwim tidak hanya berkonotasi fisik tetapi juga
psikhis. Dikaitkannya kata tersebut dengn sifat superlative ahsan ‚ lebih
baik‛ memberikan pengertian derajat yang lebih tinggi secara fisik dan
pshikis yang dimiliki manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya.7
B. Unsur-Unsur Kemuliaan Manusia dalam Al-Quran Isra’ ayat 70
1. Otoritas Pengelolaan Alam (Darat dan Laut)
Manusia adalah makhluk yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Implikasi dari kemuliaan itu adalah diangkatnya manusia di darat dan di
lautan. Selain sebagai khalifah di muka bumi, pengangkatan manusia itu
diberikan hak untuk menikamati fasilitas yang ada di dunia, termasuk
sarana-sarana yang ada (terkait) dengan darat dan laut.
Fungsi manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia
memanfaatkan potensi alam untuk mencukupkan kebutuhan hidup
manusia. Manusia sebagai hamba Allah telah diposisikan sebagai khalifah
di muka bumi ini sebagai wakil dalam mengatur dan memakmurkan

6 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, (Mishir: musthafa al-Bab al-Halabi)


XXI, Hlm. 418
7 Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasan Politik Dalam Islam, (Jakarta: Rajawali
Pers,2002), Hlm. 98
kehidupan di planet ini. Dengan demikian manusia oleh Allah di samping
dianggap mampu untuk melaksanakan misi ini, juga dipercaya dapat
melakukan dengan baik. Dalam kehidupan ini manusia telah dibekali
dengan berbagai potensi diri atau fitrah untuk dikembangkan dalam
proses pendidikan.
Sebagai hikmah terbesar dari penciptaan bumi ini, adalah sebagai
tempat manusia dan makhluk Allah swt. lainnya beraktivitas. Mereka
dapat berpindah tempat dan bercocok tanam serta kegiatan lainnya di
bumi. Untuk mendukung semua, maka berjalanlah sunnatullah di bumi,
misalnya adanya hujan yang turun dari langit ke bumi untuk
menumbuhkan tanam-tanaman sebagai kebutuhan pokok bagi manusia
dan makhluk Allah SWT. lainnya.
2. Hak Mendapatkan Rezki Yang Baik
Pengadaan nikmat adalah tanda kemulian yang Allah keruniakan
bagi manusia. Sudah menjadi Sunnahtunallah bahwa jaminan rezeki itu
tidak mungkin didapat kecuali dengan berusaha dan berdoa.
Mencari rezeki merupakan usaha dalam rangka memenuhi
kebutuhan, dalam pemenuhan kebutuhannya tentu saja dengan cara usaha
dengan berbagai cara. Tetapi perlu diingat, sebagai seorang yang mulia
dalam usaha mencari rezeki harus dengan cara yang benar.8
3. Keutamaan Manusia Dengan Makhluk lain
Manusia sebagai kausa material terdiri atas dua substansi, yaitu:
a. Substansi jasad/materi, yang bahan dasarnya adalah dari materi yang
merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah SWT. dan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya tunduk dan mengikuti
sunnatullah (aturan, ketentuan hukum Allah yang berlaku di alam
semesta);
b. Substansi immateri non jasadi yaitu penghembusan/peniupan ruh
(ciptaanNya) ke dalam diri manusia sehingga manusia merupakan
benda organik yang mempunyai hakekat kemanusiaan serta
mempunyai berbagai alat potensial dan fitrah.

8 Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Cet. II, Jakarta,Gema Insani Press
1997), Hlm .119
Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua
komponen (materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses
pembinaan yang mengacu kearah totalitas pengembangan komponen-
komponen tersebut. Sehingga mampu menghasilkan manusia mulia yang
pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen
itu terpisah atau dipisahkan, maka manusia akan kehilangan
keseimbangan dan tidak akan pernah menjadi pribadi-pribadi yang mulia
dan sempurna.9
Manusia memiliki keistimewaan dibanding dengan makhluk Tuhan
lainnya di muka bumi ini. Keistimewaan itu bisa kita lihat dari sisi
penciptaan fisik maupun personalitas karakternya. Karena keistimewaan
itu manusia memiliki tugas dan kewajiban yang berbeda dengan makhluk
yang lain. AlQur’an memberikan tinjauan yang jelas mengenai kedudukan
dan tugas manusia di muka bumi. Tinjauan al-Qur’an terhadap konsep
manusia bisa dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu dari
sudut pandang hubungan manusia dengan Allah SWT. dan hubungan
manusia dengan lingkungannya.10
Dengan demikian, makna manusia mencerminkan karakteristik dan
kesempurnaan penciptaan Allah terhadap makhluk manusia, bukan saja
sebagai makhluk biologis dan psikologis melainkan juga sebagai makhluk
religius, makhluk sosial dan makhluk bermoral serta makhluk kultural
yang kesemuanya mencerminkan kelebihan dan keistimewaan manusia
daripada makhluk-makhluk Tuhan lainnya.

C. Hubungan Manusia Dengan Pendidikan dalam Al-Quran Isra’ ayat 70


Ada satu kata atau istilah, yaitu “belajar” yang tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia sebagai manusia yang telah diciptakan sempurna oleh
Allah SWT. Sebagai mana telah di firmankan Allah dalam surat Al Isra’ ayat
70. Karena aktivitas belajar itulah yang membedakan manusia dengan
makhluk lain seperti binatang misalnya. Karena aktivitas belajar pula yang

9 Abdullah Fattah Jalal, Min al-Ushul al-Tarbiyah fi al-Islam (Mesir: Dar al-Kutub,
1977), Hlm. 103-110
10 Rif'at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut al-Qur'an, dalam Rendra K
(Penyunting), Metodologi Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), Hlm. 11
mengantarkan seorang manusia menjadi berilmu, yang selanjutnya
memosisikan manusia menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk
yang ada di muka bumi ini. Karena belajarlah, manusia bisa bertahan hidup
dan bias memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah,
manusia bisa memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Karena
belajarlah, manusia bisa mengembangkan budayanya, dan karena belajar
pula, manusia bisa menguasai alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.
Coba kita perhatikan bagaimana kehidupan binatang, apapun
jenisnya. Binatang hanya mengandalkan instink untuk dapat memenuhi
hidupnya dan mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupan binatang
dari waktu ke waktu hanya begitu-begitu saja. Tidak ada binatang yang
mampu mengembangkan kreativitas untuk memperbaiki derajat
kehidupannya. Persoalan ada binatang yang dianggap pandai, sehingga dapat
mengikuti perintah manusia, itu juga hanya sebatas instinknya saja, bukan
hasil belajar.
Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang menjadi
ciri sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi atribut
manusia. Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan sebagai
karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan hakiki
dalam hidup manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa belajar adalah “energi kehidupan” umat manusia yang dapat
mengusung harkat kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan
bermartabat. Sehingga, manusia bukan saja sebagai makhluk yang sempurna
tetapi juga mulia.11

11 https://ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/manusia-adalah-makhluk-
pembelajar/
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Manusia memang di ciptakan paling sempurna dan sang pencipta
sendiri yang telah mengabarkannya. sebagaimana yang telah di jelaskan
dalam tafsir QS. Al-Isra ayat 70 Sekarang tugas manusia adalah menjaga
kesempurnaannya, dengan memilah dan memilih sifat-sifat, memahami dan
mengenalinya, dan mengambil sifat-sifat yang baik sehingga menjadi
makhluk yang mulia, sebagai pegangan dan pedoman di dalam setiap ucapan,
tindakan dan perbuatan manusia.
Jadi, manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dan mulia
adalah manusia yang mau menyempurnakan kesempurnaannya dan
memuliakan kemuliannya dan menjaganya.
Jika manusia memperturutkan hawa nafsunya maka pada hakikatnya
mereka “memilih” sifat binatang dan menjadikan dirinya mendapatkan
keburukan, kerendahan atau kenistaan.
Kemuliaan manusia pada surah al-Isra’ ayat 70. Maka dapat
disimpulkan bahwa; Hakikat manusia adalah manusia mempunyai potensi
berpikir dan kebijaksanaan. Dengan menempatkan manusia sebagai mahluk
yang berfikir, berintelektual dan berbudaya, maka dapat disadari kemudian
bila pada kenyataannya manusialah yang memiliki kemampuan untuk
menelusuri keadaan dirinya dan lingkungannya. Manusialah yang
membiarkan pikirannya mengembara dan akhirnya bertanya. Berpikir adalah
bertanya, bertanya adalah mencari jawaban, mencari jawaban adalah mencari
kebenaran. Sedangkan kemuliaan itu adalah mampu menjaga dan memelihara
mahkluk Allah SWT. dengan melindungi hak eksistensinya.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Maragi, Ahmad Mushtafa. (1984). Tafsir al-Maragi. Diterjemahkan oleh


Bahrun Abu Bakar, Tafsir al-Maragi. Cet. I, Semarang : Toha Putra.
Dapartemen Agama. Al-Qur’an Dan TafsirnyaJilid X. (2010). Jakarta : Ikrar
Mandiriabadi.
Drs. H. Ahmad Rofi’i dan syadali Ahmad. (2006). Cet. III. Bandung.
https://ulilalbabjong.wordpress.com/2012/01/23/manusia-adalah-makhluk-
pembelajar/
Jalal, Abdullah Fattah. (1977). Min al-Ushul al-Tarbiyah fi al-Islam Mesir: Dar
al-Kutub.
Kementrian Agama. (2010). Al-qur’an dan Tafsirnya Jilid V dan X. Jakarta:
Lentera Hati.
Muliawan, Jasa ungguh. (2005). Pendidikan Islam Integratif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nawawi, Rif'at Syauqi. (2000). Konsep Manusia Menurut al-Qur'an, Cet I;
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Salim, Abdul Muin, (2002). Konsepsi Kekuasan Politik Dalam Islam, Jakarta;
Rajawali Perss.
Qardhawi, Yusuf. (1997). Norma dan Etika Ekonomi Islam, Cet. II, Jakarta; Gema
Insani Press.

Anda mungkin juga menyukai