Anda di halaman 1dari 16

AYAT AYAT TENTANG MANUSIA

Makalah ini diajukan untuk memenuhi mata kuliah

“TAFSIR AQIDAH”

Dosen Pengampuh:

Hermansah, M.Ag.

Disusun Oleh:

Kun Muhammad Naufal Maulana

Muhammad Faris

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

JURUSAN USHULUDDIN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FITHRAH SURABAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penciptaan manusia di dunia ini tidak terlepas dari maksud dan
tujuan yang sangat mulia, kehadiran Adam dan Hawa di atas permukaan
bumi ini atas perintah Allah SWT dan menjadikan mereka sebagai khalifah.
Pada tataran inilah tentunya sebagai sepasang makhluk hidup, mereka
dituntut untuk saling mendukung, mengisi satu sama lain demi
terwujudnya kehidupan yang harmonis dan damai di atas bumi.
Tujuan penciptaan manusia, tidak lain adalah untuk beribadah
kepada Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56
ُ ْ َّ ْ ْ ْ ُ َْ َ
‫الجَّن َوال ِان َس ِالا ِل َيع ُبد ْو ِن‬ ََ
ِ ‫وما خلقت‬

Artinya : “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk


beribadah kepada-Ku”. Apabila manusia telah memahami makna dari
tujuan penciptaannya, maka manusia sebagai makhluk pergerakan dapat
menanamkan tujuan tersebut dalam setiap langkah kehidupannya untuk
menggapai ridha Allah. Bentuk kita beribadah kepada Allah dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menunaikan
kewajiban kita yaitu menuntut ilmu.

B. Rumusn Masalah
1) Bagaimana ayat ayat Al-Qur`an tentang proses penciptaan manusia
dari tanah?
2) Bagaimana ayat ayat Al-Qur`an tentang proses penciptaan manusia
dalam Rahim?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ayat-ayat Tentang Proses Penciptaan Manusia Dari Tanah

Al-Qur’an menyebut tanah kaitaannya dengan awal penciptaan manusia


menggunakan bahasa yang beragam misalnya ard}un, t}i>n dan tura>b. Semua kata-
kata yang digunakan Al-Qur’an ini merujuk pada salah satu unsur dasar penciptaan
manusia itu sendiri.1

Pengungkapan manusia yang tercipta dari tanah, digambarkan Allah dengan


bahasa yang berbeda-beda. Misalnya Allah menggunakan kata ard}un, t}i>n dan t}ura>b.
Menurut sebagian pakar, bahwa manusia dikaitkan dengan tanah dalam unsur
penciptaannya tidak lepas dari sinergi yang terjalin erat dengannya. Terlihat
adanya ekosistem antara manusia yang berasal dari tanah dengan tanah yang
merupakan tempat di mana manusia melangsungkan hidupnya, berkembang biak.
Manusia senantiasa memerlukan tanah sedangkan pada saat yang sama tanah juga
membutuhkan bantuan dari manusia. Mengkaji tanah berarti mengkaji manusia itu
sendiri. Hal ini bisa difahami karena unsur-unsur yang mirip antara keduanya2.
Pembentuk manusia adalah berasal dari tanah. Unsur-unsur fisik manusia
mempunyai kesamaan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam tanah3

1
Arka>n Fad}i>l Ziya>b al-H{amdani>, ‚Mara>hi>l Khalq al-Insa>n fi> al-Qur’a>n al-Kari>m,‛ Majallat Ab al-
Fara>hi>di>, Vol 17 (2013), 169-203.
2
{ T{ant{a>wi> Jawhari>, al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m (Mesir: Mus}t}afa> alBa>bi al-Halabi>, 1350
H), 263.
3
Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia, (Bandung: Nuansa, 2010,) 222-224

2
Tafsir T{ant}a>wi> Jawhari> yang dikenal sebagai tafsir dengan kecenderungan ilmu
pengetahuan juga tidak luput dari pembahasan tentang penciptaan manusia.
Ketika menafsirkan salah satu surat yang berkaitan dengan penciptaan manusia
dari tanah yaitu surat al-Mu’minu>n/23:12

َٰ َ ْ ْ َ َْ َ ْ ََ
‫َولقد خلقنا ال ِان َسان ِم ْن ُسلل ٍة ِم ْن ِط ْي ٍن‬

Artinya : “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang
berasal) dari tanah”.

Dalam pembahasan ini juga, T{ant}a>wi> kembali menjelaskan perihal


kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri manusia kemudian menjelaskan bahwa
tanah, air dan udara terkumpul menjadi satu, maka yang paling tinggi adalah
kekuatan akal yang ia sebut dengan malaikat. Kekuatan ini mengungguli kekuatan
lain yakni kekuatan amarah yang bersemayam dalam hati dan kekuatan syahwat
yang biasanya hanya tergambar dari keinginan-keinginan kehidupan manusia itu
sendiri4. Dengan menggunakan pendekatan akal dan rasionya, T{ant}a>wi>
menjelaskan cukup baik keajaiban-keajaiban yang dimiliki manusia dengan tetap
mengembalikan semuanya kepada unsur penciptaan manusia yang di antaranya
adalah tanah, air, udara serta unsur bumi lainnya

Surat lain yang mendukung pendapat T{ant}a>wi> mengenai manusia adalah


QS. al-A‘ra>f/7: 12.

َّ
ْ ْ ٗ َ ْ َ َ َّ َّ ْ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ٌ ْ َ ۠ َ َ َ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
‫قال ما منعك الا تسجد ِاذ امرتكۗقال انا خير ِمنه خلقت ِني ِمن ن ٍار وخلقته ِمن ِطي ٍن‬

Artinya : “Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu


tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik
daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari
tanah.”

4
T{ant{a>wi> Jawhari>, al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, Juz 4, 9.

3
Dalam ayat ini, T{ant}a>wi> membandingkan antara penciptaan manusia dari
tanah dan jin yang diciptakan dari api. Ia mengatakan bahwa api memang lebih
indah karena memiliki cahaya, bagus, ringan sedangkan tanah itu keras. Jin
menganggap dirinya lebih mulia karena diciptakan dari api dengan alasan bahwa
api mempunyai cahaya, lebih indah, dan bagus. Hal tersebut tidak terjadi pada
Adam yang walaupun api menjadi salah satu penyangga dalam tubuhnya tetapi
tetap saja, jiwa tanah yang lebih dominan dalam dirinya5. Manusia dalam
pandangan T{ant}a>wi> juga tersusun dari api dan tanah, tetapi tanah yang lebih
dominan daripada api. Maka dari kedua unsur ini, seperti yang sering dikatakan
T{ant}a>wi> terdapat dua kekuatan dalam diri manusia, yaitu unsur api (tersusun dari
kekuatan api) yang sering membuat manusia mempunyai sifat seperti marah dan
yang sejenisnya. Sedangkan unsur yang kedua yaitu unsur tanah (tersusun dari
kekuatan tanah) yang pada akhirnya nanti mampu melahirkan keinginan-keinginan
atau syahwat dalam diri manusia seperti mencari makan, minum dan penghidupan
layak lainnya. Dalam penciptaan setan, terdapat unsur tanah tetapi tidak dominan.

T{ant}a>wi> menjelaskan nilai manusia itu ciptakan dari tanah dalam QS.T{ah> a>
/20:55.

ٰ ْ ُ ً َ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ ٰ َْ َ َ ْ
‫ِمنها خلقنكم و ِفيها ن ِعيدكم و ِمنها نخ ِرجكم تارة اخرى‬

Artinya : “Darinya (tanah) itulah Kami menciptakanmu, kepadanyalah Kami


akan mengembalikanmu dan dari sanalah Kami akan mengeluarkanmu pada
waktu yang lain.”

Allah menegaskan dalam ayat ini, bahwa manusia diciptakan dari tanah
dan akan dikembalikan kepadanya. T{ant}a>wi> menyadari bahwa kemajuan ilmu
pengetahuan sangat cepat pada masanya. Tetapi walaupun demikian, ia
mengatakan bahwa Allah telah menegaskan untuk menyingkap semua hal-hal yang

5
Ibid., 137

4
masih tersembunyi. Perkara atau gambaran penciptaan dan perkembangan manusia
merupakan perkara dan kejadian yang luar biasa.

Semua ulama sepakat bahwa manusia pertama yang diciptakan oleh Allah
adalah nabi Adam. Tetapi bagaimana Adam diciptakan tuhan dan dengan apa dia
diciptakan. Yang jelas tidak ada manusia yang tahu tentang persoalan ini. Tahap-
tahap penciptaan Adam sebagaimana yang terekam dalam Al-Qur’an adalah
pertama Adam diciptakan dari tanah kemudian dari air kemudian menjadi tanah
(QS.al-Sajadah:7)

ْ ْ َ ْ ْ َْ َ ََََ ٗ ََ َ َ َُّ َ َ ْ َ ْ َّ
‫ان ِمن ِطي ٍن‬ ْ
ِ ‫ي احسن كل شي ٍء خلقه وبدا خلق ال ِانس‬ ْٓ ‫ال ِذ‬

Artinya : “(Dia juga) yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan
memulai penciptaan manusia dari tanah”. Kemudian setelah itu, tanah tersebut
dibiarkan dalam waktu tertentu kemudian menjadi tanah la>zib (QS.al-S{affa>t: 11).

َّ ْ ْ ْ ُ ٰ ْ َ َ َّ َ ْ َ َ ْ َّ ْ َ ً ْ َ ُّ َ َ ْ ُ َ ْ ْ َ ْ َ
‫از ٍب‬
ِ ‫ۗانا خلقنهم ِمن ِطي ٍن ل‬
ِ ‫فاستف ِت ِهم اهم اشد خلقا ام من خلقنا‬

Artinya : “Maka, tanyakanlah kepada mereka (musyrik Makkah), “Apakah mereka


(manusia) lebih sulit penciptaannya ataukah selainnya (langit, bumi, dan lainnya)
yang telah Kami ciptakan?” Sesungguhnya Kami telah menciptakan (bapak)
mereka (Adam) dari tanah liat.” Fase ini kemudian dibiarkan dalam waktu tertentu
dan menjadi h}ama’ masnu>n (Hijr: 26).

ْ ُ ْ َّ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ َْ ْ َ ْ َ َ ْ َ ََ
‫ال ِمن حم ٍا مسنو ٍن‬
ٍ ‫ولقد خلقنا ال ِانسان ِمن صلص‬

5
Artinya : “Sungguh, Kami benar-benar telah menciptakan manusia (Adam) dari
tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk.” Kemudian setelah fase ini,
Allah menjadikannya s}als}a>l ka al-fakhkha>r (al-Rahma>n: 14).

َّ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َْ ْ َ َ َ
‫ال كالفخ ِار‬ ٍ ‫خلق ال ِانسان ِمن صل‬
‫ص‬

Artinya : “Dia telah menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.”
Setelah sempurna, maka Allah meniupkan ruh kepadanya.

Penciptaan Adam tidak melalui fase seperti manusia pada umumnya karena
Adam diciptakan secara langsung. Bahwa yang perlu diingat pula bahwa
perbedaan-perbedaan penciptaan Adam dengan sifat yang berbeda tidak serta
merta akan menimbulkan perbedaan. Yang demikian adalah ijtihad para ulama
yang keilmuan masing-masing dalam menentukan fase penciptaan Adam6

B. Ayat-ayat Tentang Proses Penciptaan Manusia Dalam Rahim

Setelah pembahasan mengenai penciptaan manusia awal (Adam) dari unsur tanah,
maka pembahasan akan dilanjutkan dengan proses penciptaan keturunan Adam atau
manusia pada umumnya. Proses ini digambarkan oleh Al-Qur’an dengan menyebut
banyak ayat yang membicarakan masalah tersebut.

1. Fase Nut}fah (Mani)


Fase ini menggambarkan proses manusia yang diciptakan
dari air mani. Fase ini juga merupakan awal penciptaan masing-
masing individu manusia. Dalam kaitannya dengan hal ini, Al-
Qur’an banyak menyebutkan ayat-ayatnya. Al-Qur’an memberikan
gambaran perjalanan manusia terkait air mani dalam rahim seorang
Ibu, Allah berfirman dalam QS. al-Insa>n/ 76: 2,

6
Muhammad Izzudin Taufiq, Dalil Anfus, Al-Qur’an dan Embriologi: Ayat-Ayat Tentang
Penciptaan Manusia, terj Muhammad Arifin dkk, 22.

6
ً ُ ْٰ َ َ َ َ ْ َّ َ ْ َ َ ْ ُّ ْ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َّ
‫اج نبت ِل ْي ِه فجعلنه َس ِم ْيعاۢ َب ِص ْي ًرا‬ٍ ‫ِانا خلقنا ال ِانسان ِمن نطف ٍة امش‬

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari


setetes mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya (dengan
perintah dan larangan) sehingga menjadikannya dapat mendengar
dan melihat.”
Allah mengatakan bahwa manusia diciptakan dari air mani
yang tercampur. Air mani tersebut dihasilkan dari laki-laki dan
perempuan. Dalam prosesnya, laki-laki menghasilkan sperma
sedangkan perempuan dikenal dengan ovum. Sperma mempunyai
ukuran yang sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat oleh mata
kecuali dengan menggunakan alat yakni misroskop. Sperma
dilepaskan atau keluar dari laki-laki ketika melakukan hubungan
biologis sekitar 200 sampai 300 juta sperma. Sperma tersebut
terdiri dari kepala yang mengandung 23 kromoson sedangkan ekor
memanjang hingga mencapai delapan kali lipat panjang kepala
spermatozoa7.Masing-masing bagian dari kromoson yang ada
mempunyai fungsi yang berbeda8.
T{ah> ir Ibn ‘Ar menulis bahwa penciptaan manusia dari air
mani merupakan cara Allah mengungkapkan keindahan penciptaan
makhluknya, bukan dimaksudkan ketika menyebut mani sebagai
penghinaan asal kejadian manusia. Tujuan yang perlu direnungkan
ketika penciptaan manusia agar manusia memikirkan cara
penciptaannya, menggunakan akalnya bahwa penciptaannya oleh
Allah merupakan proses yang luar biasa9

7
‘Abd Al-Rah}ma>n bin Ibra>hi>m Al-Mutawardi>, Al-Insa>n: Wujuduhu, wa Khila>fatuhu fi> al-Ard}i fi>
D{au’i al-Qur’a>n Al-Kari>m, (Kairo: Maktabah Wahbah), 1990, 39-41.
8
Alaa A. El Ghobashy, Christoper R. Wes, “The Human Sperm Head: A Key for Successful
Fertilization,” Journal of Andrology, Vol 24, No 2, March-April 2003, 232
9
Muh}ammad T{a>hir Ibn ‘Ar, Tafsi>r al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, (Tunisia: Da>r Suh}nu>n li al-Nashr wa
al-Tauzi>‘, 1997, Juz 30), 123.

7
2. Fase ‘Alaqah (Segumpal Darah)
‘Alaqah pada dasarnya dalam kamus-kamus bahasa
diartikan sebagai segumpal darah yang membeku, sesuatu yang
menyerupai cacing, hidup di air dan bila seseorang meminum air
tersebut, cacing yang dimaksud menyangkut dibagian tenggorokan
dan sesuatu yang menempel atau yang menggantung10

Allah menyebut fase ini dalam beberapa ayat Al-Qur’an


misalnya Dalam QS. al-‘Alaq /96: 1-2 dinyatakan:

َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َّ َ َ ْ ْ ْ
‫ِاق َرأ ِباس ِم ر ِبك ال ِذي خلق خلق ال ِان َسان ِمن عل ٍق‬

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan!, Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.”

Mengomentari ayat ini, T{ant}a>wi> menjelaskan tujuan surat


ini antara lain menjelaskan hikmah penciptaan manusia yang
berasal dari sel (jurthu>mah) yang kecil kemudian dari sana
diciptakan manusia sehingga menjadi penguasa, Nabi dan seorang
alim yang asalnya hanya dari sesuatu yang hina dan tidak dapat
dilihat oleh mata kasat manusia. Semua itu sering kali dikatakan
oleh T{ant}a>wi> sebagai bagian dari keajaiban yang luar biasa, tidak
bisa ditandingi oleh manusia.

3. Fase Mudghah (Segumpal Daging)


Fase selanjutnya setelah segumpal darah adalah mulainya janin
pada rahim perempuan itu berbentuk sepotong daging. Fase ini mulai
terlihat kira-kira pada minggu ketiga dari umur janin yang ada dalam
rahim perempuan. Pada minggu-minggu tersebut terlihat nampak
anggota-anggota tubuh manusia terpenting. Karena itu, dikatakan bahwa

10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2012, Vol 8, Juz 17), 337.

8
pada minggu ini merupakan awal pembentukan anggota-anggota tubuh
manusia.11
Anggota tubuh terpenting yang terbentuk pada waktu ini adalah
anggota bagian kepala, tangan dan leher. Kemudian barulah pembentukan
anggota tubuh yang lain. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam QS.al-
Hajj ayat 5 yang menerangkan tentang fase mughad ini.
ُ َ ْ ُ َّ َ ُّ َ ٰٓ
ُ
‫اب ثَّم ِم ْن‬ َ ‫اس ِا ْن ك ْن ُت ْم ف ْي َر ْيب ِم َن ال َب ْعث َفاَّنا َخل ْق ٰنك ْم ِم ْن ُت‬
‫ر‬ ُ ‫الن‬ ‫يايها‬
ٍ ِ ِ ٍ ِ

ُّ ُ َ ْ ُ َ َ َ ُ َ ََّ ُ ْ َ َّ َ ََّ ُّ َ ْ ُّ ْ َُّ َ َ َ ْ َُّ َ ْ ُّ


‫نطف ٍة ثم ِمن علق ٍة ثم ِمن مضغ ٍة مخلق ٍة وغي ِر مخلق ٍة ِلنب ِين لكمۗ ون ِقر ِفى‬

ُ َ ُ َ
ْ‫ْال َا ْر َحام َما ن َ َشا ُۤء الٰٓى ا َجل ُّم َس ًّمى ُثَّم ُنخْر ُجك ْم ط ْف ًلا ُثَّم ل َت ْب ُل ُغ ْوْٓا ا ُشَّدكم‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ

ْ ْ ْ َ َ َْ ََْ ُ ْ َ َ ٰٓ ُّ ُ ْ ّٰ َ ُ ْ
‫ن َبع ِد ِعل ٍم‬
ۢ ‫َو ِمنك ْمَّم ْن ُّيت َوفى َو ِمنك ْمَّم ْن ُّي َرد ِالى ا ْرذ ِل الع ُم ِر ِلكيلا يعلم ِم‬

ْ َ َ َ ْ ََّ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ ْ َ ْ َ َ
‫ش ْي ًٔـاۗ َوت َرى الارض ه ِامدة ف ِاذآْ انزلنا عليها الماۤء اهتزت وربت‬

ْ َ ْ َ ُ ْ ْ َ َ ْۢ َ َ
‫ج ب ِهي ٍج‬
ۢ ٍ ‫وانبتت ِمن ك ِل زو‬

Artinya : “Wahai manusia, jika kamu meragukan (hari)


kebangkitan, sesungguhnya Kami telah menciptakan (orang tua)
kamu (Nabi Adam) dari tanah, kemudian (kamu sebagai
keturunannya Kami ciptakan) dari setetes mani, lalu segumpal
darah, lalu segumpal daging, baik kejadiannya sempurna maupun
tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu (tanda kekuasaan
Kami dalam penciptaan). Kami tetapkan dalam rahim apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan. Kemudian,
Kami mengeluarkanmu sebagai bayi, lalu (Kami memeliharamu)

11
Guus Van Der Bie MD, Embryology: Early Development Form A Phenomenological Point of
View, (Driebergen: Louis Bolk Institute: 2011), 29-31.

9
hingga kamu mencapai usia dewasa. Di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) yang dikembalikan ke umur yang sangat
tua sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang pernah
diketahuinya (pikun). Kamu lihat bumi itu kering. Jika Kami
turunkan air (hujan) di atasnya, ia pun hidup dan menjadi subur
serta menumbuhkan berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah.”

4. Fase Tulang dan Daging


Fase ini ditandai dengan mulainya perkembangan janin pada
tahap selanjutnya. Daging yang semula pada tahap sebelumnya kini
berubah menjadi tulang. Hal ini diinformasikan oleh ayat 14 dalam
QS. alMu’minu>n. Allah berfirman:

ً ٰ َ َ ْ ْ َ ْ َ َ َ ً َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ً َ َ َ َ َ ْ ُّ َ ْ َ َ ُ
‫ثَّم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة ُمضغة فخلقنا ال ُمضغة ِعظما‬

ْ
َ ْ ٰ ْ ُ َ ْ َ ُ ّٰ َ َ َ َ َ َ َ ٰ ً ْ َ ُ ٰ َ ْ َ َُّ ً ْ َ َ ٰ ْ َ ْ َ َ َ
ۗ‫فكسونا ال ِعظم لحما ثم انشأنه خلقا اخرۗ فتبارك اّٰلل احسن الخ ِل ِقين‬

Artinya : “Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang


menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami
jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah sebaik-baik pencipta.”
Fase ini terjadi kira-kira pada minggu kelima dan keenam umur
janin. Pembentukan tulang dan pertumbuhannya mengalami
kemajuan pada minggu-minggu ini.
setelah fase daging kemudian Allah menyatakan bahwa
daging tersebut akan dijadikan tulang belulang kemudian tulang

10
belulang itu dibungkus lagi dengan daging. Dari sini terlihat jelas,
menurut sementara pakar mengatakan bahwa fase-fase tersebut
mencerminkan keselarasan antara wahyu dengan logika atau
penemuan modern. Penemuan-penemuan para pakar bisa dikatakan
sebagai upaya untuk menafsirkan sistem ilahi, memahami dan
menggunakannya12

5. Fase Makhluk Berbentuk Lain


Fase ini merupakan rentetan dari fase-fase yang dilewati
proses penciptaan manusia sebelumnya. Fase sebelumnya adalah
fase penyempurnaan pada janin di mana janin-janin telah terlihat
seimbang. Tanda-tanda yang jelas pada fase ini adalah nampaknya
perkembangan yang cepat pada janin. Sekitar pada usia bulan
ketiga dari janin perkembangan cepat itu terjadi. Pada usia bulan
keempat pada janin (sekitar minggu kedelapan), jika dipantau
menurut ilmu eksakta seperti dikatakan Izzudin telah nampak pula
karakter kemanusiaan pada janin dan pada saat itu pula, ditiupkan
ruh kepada janin tersebut. Peniupan ruh kepada janin menandai
puncak dari fase persiapan-persiapan jasmani pada janin. Fase
inilah yang dikatakan sebagai fase ‚makhluk berbentuk janin‛.
Kaitannya dengan hal ini, Allah menerangkan dalam QS. al-
Mu’minu>n ayat 14. Sedangkan peniupan ruh kepada janin
dijelaskan oleh Allah dalam QS. al-Sajadah ayat 9 dan QS. S}ad ayat
72. Allah berfirman dalam QS. al-Sajadah ayat 9:
َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َّ ُ ُ َ َ َ َ َ ْ ُّ ْ ْ َ َ َ َ ُ ّٰ َ َُّ
ۗ‫ثم سوىه ونفخ ِفي ِه ِمن رو ِحه وجعل لكم السمع والابصار والاف ِٕـد‬
‫ة‬

َ ُ َْ ً َ
‫ق ِل ْيلا َّما تشك ُر ْون‬

12
Endy Muh. Astiwara, Fikih Kedokteran Kontemporer, (Jakarta: GP Press, 2015), 119-121

11
Artinya : “Kemudian, Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh
(ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)-nya. Dia menjadikan pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani untukmu. Sedikit sekali kamu
bersyukur.”
T{ant}a>wi> menulis bahwa dengan adanya ruh yang ditiupkan
oleh Allah pada manusia dalam proses penciptaannya, hal itu
mengindikasikan bahwa manusia bisa berkembang dan meningkat
dalam penghayatan kehidupannya. Manusia dimulai dari tetesan
hina dan tidak mempunyai kehidupan kemudian mampu
berkembang dan mencapai kesempurnaan dengan adanya ruh.
T{ant}a>wi> mencontohkan ketika manusia masih menjadi bayi, ia
hanya mempunyai keinginan-keinginan biasa tetapi ketika ia telah
dewasa dan berusia lanjut, perkembangan-perkembangan pun
terjadi pada diri mereka. Ruh dalam pandangan T{ant}a>wi> dapat pula
berkembang seperti halnya jasad dan tubuh manusia.13 Ruh yang
tiupkan Allah kepada manusia ketika diciptakan juga
menggambarkan kemuliaan Allah dan keagunganNnya ketika
menciptakan manusia.14 Ruh tersebut menggambarkan penciptaan
Allah yang semula manusia berasal dari mani kemudian berubah
menjadi hewan yang mampu berbicara dan berfikir (al-h}ayawa>n al-
na>t}iq) dengan adanya kelebihan-kelebihan yang telah diberikan.

13
T{ant{a>wi> Jawhari>, al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m, Juz 15, 197.
14
Ibid., 83

12
KESIMPULAN

1. Al-Qur’an menyebut tanah kaitaannya dengan awal penciptaan manusia


menggunakan bahasa yang beragam misalnya ard}un, t}i>n dan tura>b. Semua
kata-kata yang digunakan Al-Qur’an ini merujuk pada salah satu unsur
dasar penciptaan manusia itu sendiri.
2. Proses penciptaan manusia dalam Rahim itu melalui 5 fase diantaranya
adalah
a) Fase Nut}fah (Mani)
b) Fase ‘Alaqah (Segumpal Darah)
c) Fase Mudghah (Segumpal Daging)
d) Fase Tulang dan Daging
e) Fase Makhluk Berbentuk Lain

DAFTAR PUSTAKA

‘Abd Al-Rah}ma>n bin Ibra>hi>m Al-Mutawardi>, Al-Insa>n: Wujuduhu, wa Khila>fatuhu


fi> al-Ard}i fi> D{au’i al-Qur’a>n Al-Kari>m, Kairo: Maktabah Wahbah, 1990,

Alaa A. El Ghobashy, Christoper R. Wes, “The Human Sperm Head: A Key for
Successful Fertilization,” Journal of Andrology, Vol 24, No 2, March-April
2003,

Arka>n Fad}i>l Ziya>b al-H{amdani>, ‚Mara>hi>l Khalq al-Insa>n fi> al-Qur’a>n al-Kari>m,‛
Majallat Ab al-Fara>hi>di>, Vol 17 2013

Endy Muh. Astiwara, Fikih Kedokteran Kontemporer, Jakarta: GP Press, 2015

Guus Van Der Bie MD, Embryology: Early Development Form A


Phenomenological Point of View,(Driebergen: Louis Bolk Institute: 2011

13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2012, Vol 8, Juz 17

Muh}ammad T{ah> ir Ibn ‘Ar, Tafsi>r al-Tah}ri>r wa al-Tanwi>r, Tunisia: Da>r Suh}nu>n li
al-Nashr wa al-Tauzi>‘, 1997, Juz 30

Muhammad Izzudin Taufiq, Dalil Anfus, Al-Qur’an dan Embriologi: Ayat-Ayat


Tentang Penciptaan Manusia, terj Muhammad Arifin dkk, 22.

Sofyan Anwar Mufid, Islam dan Ekologi Manusia, Bandung: Nuansa, 2010

T{ant{a>wi> Jawhari>, al-Jawa>hir fi> Tafsi>r al-Qur’a>n al-Kari>m Mesir: Mus}t}afa> alBa>bi
al-Halabi>, 1350 H

14
15

Anda mungkin juga menyukai