Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL TENTANG KONSEP PENCIPTAAN MANUSIA DALAM ISLAM

RIGAN ALHARIRI 222050542


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut
kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa
Allah menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya.
Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah,
kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk
Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.
Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan
menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan
mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini.
Dalam tulisan ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang tujuan penciptaan
manusia, tahapan bagaimana penciptaan manusia dan fitrah manusia ( Al-Qur'an,
Hadist , Perkataan ulama )

DALIL DALIL TENTANG TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA


Dalam Alquran dan hadis, tujuan penciptaan manusia pun bukan tanpa alasan dan
sia-sia. Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling baik, manusia memiliki
tujuan mulia untuk hidup di muka bumi. Manusia membawa amanah dari Allah yang
mesti diimplementasikan pada kehidupan nyata. Keberadaan manusia didunia
memiliki tugas yang mulia, yaitu sebagai khilafah.(Imam Syafe,i, 2009)
Keberadaannya tidaklah untuk sia-sia dan tanpa ' Tujuan ' perhatikanlah ayat-ayat
Qur`an di bawah ini.

ۗ ً ‫و َ ا ِ ذ ْ ﻗ َﺎ ل َ ر َ ﺑ ﱡ ﻚ َ ﻟ ِ ﻠ ْ ﻤ َ ﻠ ٰ ۤ ٮ ٕ ِ ﻜ َ ﺔ ِ ِا ﻧ ﱢ ﻲ ْ ﺟ َﺎ ﻋ ِ ﻞ ٌ ﻓ ِﻰ ا ﻻ ْ َ ر ْ ض ِ ﺧ َ ﻠ ِ ﯿ ْ ﻔ َ ﺔ‬
ُ ‫ﻗ َﺎ ﻟ ُ ﻮ ْ ٓا ا َ ﺗ َ ﺠ ْ ﻌ َ ﻞ ُ ﻓ ِ ﯿ ْ ﮭ َﺎ ﻣ َ ﻦ ْ ﯾ ﱡ ﻔ ْ ﺴ ِ ﺪ ُ ﻓ ِ ﯿ ْ ﮭ َﺎ و َ ﯾ َ ﺴ ْ ﻔ ِ ﻚ ُ اﻟ ﺪ ﱢ ﻣ َ ﺎ ۤ ء َ ۚ و َ ﻧ َ ﺤ ْ ﻦ‬
َ ‫ﻧ ُ ﺴ َ ﺒ ﱢ ﺢ ُ ﺑ ِ ﺤ َ ﻤ ْ ﺪ ِ ك َ و َ ﻧ ُ ﻘ َ ﺪ ﱢ س ُ ﻟ َ ﻚ َ ۗ ﻗ َﺎ ل َ ا ِ ﻧ ﱢ ﻲ ْ ٓ ا َ ﻋ ْ ﻠ َ ﻢ ُ ﻣ َﺎ ﻻ َ ﺗ َ ﻌ ْ ﻠ َ ﻤ ُ ﻮ ْ ن‬

Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya


Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (al-Baqarah: 30)

Firman Allah :
ِ‫اﻟْﺠِﻦﱠ وَاﻻِْﻧْﺲَ اِﻻﱠ ﻟِﯿَﻌْﺒُﺪُوْن‬
Artinya :" Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah
kepada-Ku."
(Adz-Dzariyat : 56)

‫إِﻧﱠﺎ ﻋَﺮَﺿْﻨَﺎ ٱﻷَْﻣَﺎﻧَﺔَ ﻋَﻠَﻰ ٱﻟﺴﱠﻤَٰﻮَٰتِ وَٱﻷَْرْضِ وَٱﻟْﺠِﺒَﺎلِ ﻓَﺄَﺑَﯿْﻦَ أَن ﯾَﺤْﻤِﻠْﻨَﮭَﺎ‬
ً‫وَأَﺷْﻔَﻘْﻦَ ﻣِﻨْﮭَﺎ وَﺣَﻤَﻠَﮭَﺎ ٱﻹِْﻧﺴَٰﻦُ ۖ إِﻧﱠﮫُۥ ﻛَﺎنَ ظَﻠُﻮﻣًﺎ ﺟَﮭُﻮﻻ‬
Artinya : "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya", dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (QS. Al-Ahzab : 72)
Manusia adalah makhluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari makhluk ciptaan-
Nya yang lainnya, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia, seperti akal
manusia yang mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, kemudian
memilihnya. Allah SWT menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya cipta
(ahsanutaqwim), dan menundukkan alam semesta baginya agar dia dapat
memakmurkan dan memelihara kemudian melestarikan keberlangsungan hidup di
alam semesta ini. Dengan hatinya manusia dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan
petunjuk Robbnya, dengan raganya, diharapkan aktif untuk menciptakan karya besar
dan tindakan yang benar, hingga ia tetap pada posisi kemuliaan yang sudah diberikan
Allah kepadanya seperti ahsanu taqwim, ulul albab, rabbaniun dan lai-lain. Maka,
dengan semua sifat kemuliaan dan semua sifat insaniah yang ada dengan kekurangan
dan keterbatasan, Allah SWT menugaskan misi khusus kepada umat manusia untuk
menguji dan mengetahui mana yang jujur, beriman dan dusta dalam beragama.

TAHAPAN PENCIPTAAN MANUSIA


Nabi Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt. Karena itu,
Nabi Adam dijuluki sebagai Abu al-Basyar (nenek moyang manusia). Dalam
Al-Qur'an, Allah menjelaskan proses dan tahapan penciptaan manusia pertama itu.
Mulai dari tanah sampai wujud manusia yang bernyawa.

Tahap pertama dijelaskan bahwa Adam diciptakan dari tanah. Dalam Q.S. Ali 'Imron
[3]: 59, Ayat tersebut menjelaskan analogi Nabi Isa dengan Nabi Adam yang
sama-sama diciptakan tanpa seorang bapak. Bahkan, Nabi Adam bukan hanya tanpa
bapak, tapi juga tanpa ibu yang mengandung dan melahirkannya. Adam diciptakan
dari tanah. Al-Baidhawi menjelaskan, ayat tersebut merupakan penjelasan dalam
bentuk penganalogian diciptakannya Nabi Isa dengan Nabi Adam yang diciptakan
tanpa ayah dan ibu, keduanya sama-sama tercipta dari tanah. (liat Al-Baidhawi,
Anwar al-Tanzil wa Aswa al-Ta’wil, juz 2, hal. 20)
Dalam hadits sahih dijelaskan, Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan dari Abu
Hurairah ra. dari Rasulullah saw :
‫ و أدم ﻣﻦ ﺗﺮاب‬،‫أﻧﺘﻢ ﺑﻨﻮ أدم‬
"Kalian semua adalah anak cucu Adam, dan Adam terbuat dari tanah."

Dr. Shalah al-Khalidi memaparkan, hadis ini menjelaskan rahasia perbedaan warna
kulit manusia. Hal itu karena berbeda warna tanah saat penciptaannya. Sebagaimana
perbedaan manusia dari jiwa, karakter dan lakunya. Hal itu karena perbedaan jenis
bahan tanah penciptaannya. (lihat Al-Khalidi, al-Qashash al-Qur’ani, Juz 1, hal. 91)

Tahap Kedua Tahap berikutnya adalah dalam bentuk tanah yang dicampuri air. Dalam
al-Qur'an diistilahkan dengan kata 'Thin'. Sehingga perbedannya adalah, jika pada
tahap pertama murni tanah, maka tahap kedua ini sudah dicampuri air.
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan manusia dari tanah." (Q.S Shad [38] : 71)

Tahap Ketiga Pada tahap ketiga, Adam sudah dalam bentuk tanah liat yang kering dan
kuat. Jika sebelumnya lembek karena mengandung air, maka tahap ini sudah
mengering dan keras. Imam Raghib al-Ashfihani menjelaskan, bahwa arti kata 'Lazib'
adalah (tanah) yang sudah mengeras. Menurut Dr. Shalah al-Khalidi, ini merupakan
tahap lanjutan dari tahap sebelumnya yang berupa perubahan dari tanah yang lembek
karena berair menjadi 'tanah liat' yang kokoh dan kuat.

Tahap Keempat Pada tahap ini, berubah menjadi wujud tanah yang berwarna hitam,
berbau tidak enak, berubah bentuk dan kering.
Dr. Shalah al-Khalidi menjelaskan, ini merupakan tahap kelanjutan dari sebelumnya.
Setelah sebelumnya tanah berair yang lembek menjadi kering dan mengeras, lalu
dibiarkan sesaat, hingga menjadi berwarna hitam, berbau tidak enak, berubah pola dan
kering.

Tahap Kelima Pada tahap ini, wujudnya berupa tanah kering yang mengeluarkan
bunyi ketika diketuk.

‫ِ ﺧَﻠَﻖَ اﻻِْﻧْﺴَﺎنَ ﻣِﻦْ ﺻَﻠْﺼَﺎلٍ ﻛَﺎﻟْﻔَﺨﱠﺎر‬

Artinya, "Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar." (Q.S
Ar-Rahman [55]: 14)

Sederhananya kita bisa membayangkan tanah yang sudah diolah menjadi sebuah
tembikar: kering dan karena kerasnya akan mengeluarkan bunyi jika diketuk.Tahap
Keenam Kelima tahap di atas belum membentuk pola Adam sebagai bentuk manusia
dan belum ditiup ruh pada diri Adam. Masih perubahan tanah sesuai tahap
masing-masing. Baru pada tahap selanjutnya, tahap keenam, Adam sudah dibentuk
dalam wujud manusia dan sudah ditiupkan ruh.Dr. Shalah al-Khalidi menjelaskan, ini
merupakan fase kedua setelah fase penciptaan sebelumnya (lima tahap). Setelah
sebelumnya berupa tanah yang mengeras, kemudian dibentuk dan ditegakkan. Jadilah
bentuk patung dalam wujud manusia.

FITRAH MANUSIA
fitrah berdasarkan penafsiran ulama terhadap ayat-ayat al-Qur’an tersebut cukup
beragam. Hal ini disebabkan karena perbedaan penafsiran terhadap teks ayat
al-Qur’an tersebut. Misalnya saja Ismail Raji al-Faruqi dan Imam Al-Qurtubi
dalam Tafsir al-Qurthubi, mendefinisikan fitrah dengan mengacu pada ayat al-Qur’an
diatas adalah suci (tuhr) dalam jasmani dan rohani.
Menurut pakar ilmu tafsir Alquran setiap anak cucu Nabi Adam AS telah memberikan
kesaksian sebelum mereka dilahirkan ke dunia. Kesaksian itu pada intinya
menegaskan, Allah SWT adalah Rabb, Malik, dan Ilah-nya. Tidak ada satu zat pun
yang berhak disembah selain Allah saja.Pendapat itu, ungkap Yunahar Ilyas,
termaktub dalam kitab Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir II. Berangkat dari penjelasan
Ibnu Katsir itu, dapatlah dipahami setiap manusia memiliki fitrah bertauhid. Allah
SWT memerintahkan kepada umat manusia untuk tetap berada dalam fitrah
tersebut.Caranya dengan manusia itu mengikuti agama Allah yang lurus (Islam).Hal
itu sudah ditunjukkan oleh Sang Pencipta, melalui misalnya surah ar-Rum ayat ke-30.

َ ‫ﻓ َ ﺎ َ ﻗ ِ ﻢ ْ و َ ﺟ ْ ﮭ َ ﻚ َ ﻟ ِﻠ ﺪ ﱢ ﯾ ْ ﻦ ِ ﺣ َ ﻨ ِ ﯿ ْ ﻔ ً ﺎ ۗ ﻓ ِ ﻄ ْ ﺮ َ ت َ ﷲ ّ ٰ ِ ا ﻟ ﱠ ﺘ ِ ﻲ ْ ﻓ َ ﻄ َ ﺮ َ اﻟ ﻨ ﱠﺎ س‬
َ ‫ﻋ َ ﻠ َ ﯿ ْ ﮭ َ ﺎ ۗ ﻻ َ ﺗ َ ﺒ ْ ﺪ ِ ﯾ ْ ﻞ َ ﻟ ِ ﺨ َ ﻠ ْ ﻖ ِ ﷲ ّ ٰ ِ ۗ ذ ٰ ﻟ ِ ﻚ َ اﻟ ﺪ ﱢ ﯾ ْ ﻦ ُ ا ﻟ ْ ﻘ َ ﯿ ﱢ ﻢ ُ ۙ و َ ﻟ ٰ ﻜ ِ ﻦ ﱠ ا َ ﻛ ْ ﺜ َ ﺮ‬
ۙ َ ‫اﻟ ﻨ ﱠﺎ س ِ ﻻ َ ﯾ َ ﻌ ْ ﻠ َ ﻤ ُ ﻮ ْ ن‬
Artinya "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui."

KESIMPULAN

Fitrah dalam konteks surat al-Rûm ayat 30 berkedudukan sebagai potensi dasar yang
dimiliki oleh manusia. Fitrah manusia cenderung bersifat ganda, artinya fitrah bisa
mendorong timbulnya perbuatan baik, dan juga bisa mendorong perbuatan jelek,
karena di dalam fitrah itu sendiri terdapat potensi rohani lainnya seperti nafsu.
Kecenderungan perubahan suatu fitrah sangat bergantung kepada faktor yang
mempengaruhi dari lingkungan di luarnya. Apabila manusia sejak kecil sudah
berinteraksi dengan lingkungan yang baik, maka jaminan kehidupan yang lebih baik
akan dimiliki manusia. Namun sebaliknya, apabila manusia sejak kecil sudah
berinteraksi dengan lingkungan yang buruk, maka kepribadian dan perilaku manusia
tersebut akan menjadi buruk kelak.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 7, Mei 2016

Sumber:https://media.neliti.com/media/publications/56722-ID-none.pdf:Konsep
penciptaan manusia dalam agama islam

https://quran.kemenag.go.id/ Al-Qur'an dan terjemahnya

Imam syafae'i (2009), Manusia Ilmu dan Agama: Sebuah Pendekatan Konseptual, dan
Kontektual, Quantum Press: Jakarta.

Muhamad Abror, Pengasuh Madrasah Baca Kitab, alumnus Pondok Pesantren KHAS
Kempek Cirebon, Mahasantri Ma'had Aly Saidusshiddiqiyah Jakarta
Sumber: https://islam.nu.or.id/tafsir/penjelasan-al-qur-an-tentang-tahap-penciptaan-m
anusia-pertama-LldVp

Al-Baidhawi, Anwar al-Tanzil wa Aswa al-Ta’wil, juz 2, hal. 20

Al-Khalidi, al-Qashash al-Qurani, juz 1, hal. 92-93

Tafsir al-Baidhawi, Anwar al-Tanzil wa Aswa al-Ta’wil, juz 5, hal. 171

Sumber: https://republika.co.id/amp/pn3ymu458

https://media.neliti.com/media/publications/56722-ID-none.pdf

Anda mungkin juga menyukai