Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK


BERTUHAN

Disusun oleh :

Shah Raihan Ardhi Kartika ( 20105118_S1DKV 04 C )

Slandaya Adi Saputra ( 20105120_S1DKV 04 C )

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI DAN DESAIN

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM PURWOKERTO


2021
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia telah diciptakan oleh Allah SWT dengan memiliki segala


kesempurnaanya dan derajat yang paling tinggi diantara ciptaan lainnya dan juga
Allah SWT sebagai pencipta segalanya baik yang ada di langit, bumi, dan segala
sesuatu diantaranya telah menjadikan manusia sebagai penghuni sekaligus khalifah
di muka bumi ini.
Sebagai khalifah di bumi ini, Allah SWT telah menyertai manusia dengan
karunia agung yaitu akal untuk berpikir yang merupakan sebagai pembeda manusia
dengan hewan, sehingga manusia dapat berpikir dan membedakan mana yang
bermanfaat dan/atau tidak bermanfaat yang juga telah disempurnakannya manusia,
oleh Allah SWT dengan rupa yang seindah – indahnya dan juga raga yang sebaik –
baiknya “ahsanu taqwim” sehingga memenuhi standar dan syarat untuk bisa
menjalani kehidupannya di muka bumi ini.
Dalam konsep islam, manusia juga dilengkapi dengan struktur jasmaniah
(jasad, wujud, fisik) dan ruhaniah (jiwa, roh, akal), atau bisa disebut unsur
fisiologis dan psikologis. Unsur jasmani akan hancur dengan kematian, sedangkan
unsur rohani akan bersifat tetap/kekal.
Dengan segala keistimewaannya dan juga telah dijadikannya manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini, maka manusia tidak luput juga dengan tugas dan
tujuan keberadaannya manusia di muka bumi ini, agar manusia dapat memahami
dan mewujudkan eksistensinya yang merupakan tanda kekuasaan Allah SWT
terhadap hamba – hambanya, bahwa Dialah yang menciptakan, menghidupkan, dan
menjaga kelangsungan hidup manusia.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep manusia dalam islam

Islam telah dengan jelas menjabarkan tentang konsep dan hakikat manusia
melalui Al-quran dan hadist sehingga manusia dapat memahami eksistensinya
dan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi ini. Manusia diciptakan oleh
Allah SWT dengan memiliki segala kesempurnaannya dan derajat paling tinggi
di antara ciptaan yang lainnya untuk menjadi khalifah di muka bumi yang
terkandung pada:
o Q.S Al-Baqarah (2): 30

ُ‫وَإ ذُْ قَا لَُ رَ بُّ كَُ لِ لْ مَ لَا ئِ كَ ةُِ إ نِّ يُ جَا عِلُ فِ يُ ا لْ أَ رْضُ خَ لِي فَةُُُۖ قَال واُ أَ تَ جْ عَل‬
ُ‫فِي هَ اُ مَنُْ يُ فْ سِ دُ فِي هَ اُ وَ يَ سْ فِ كُ ال دِّ مَاءُ وَ نَ حْ نُ نُ سَ بِّ حُ ب حَ مْ دِ كَُ وَ نُ قَ دِّ س‬
َُ‫لَ كَُُُۖ قَا لَُ إ نِّ يُ أَ عْ لَ مُ مَ اُ لَ اُ تَ عْ لَ مُو ن‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".
Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".”

Dalam Al-quran setidaknya manusia telah disebutkan sebanyak 240 kali


dalam beberapa istilah seperti Al-Insan, An-Nas, Al-Basyar, dan Bani Adam
yang memiliki arti tersendiri menurut istilahnya yang mencerminkan
karakteristik dan penciptaan Allah SWT terhadap ciptaannya yaitu manusia.
Allah SWT menciptakan manusia bukan hanya berdasarkan sebagai makhluk
biologi dan psikologis, namun juga sebagai makhluk religius yang semuanya
merupakan karunia-Nya kepada manusia sebagai ciptaannya yang paling
istimewa.
Menurut islam manusia memiliki berbagai macam kelebihan dan
keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT yang telah Dia cantumkan dalam
kitab suci Al-Quran seperti pada Q.S At-Tin (95): 4, yang mengatakan bahwa
Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik – baiknya
yang berarti manusia sebagai ciptaan yang tertinggi dan terbaik di antara ciptaan
lainnya dan juga Allah SWT dalam Q.S Al-Isra (17): 70 telah mengatakan
bahwa Dia telah memuliakan anak cucu adam (manusia) dan Dia lebihkan juga
mereka (manusia) di atas banyak makhluk yang Allah SWT ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna. Terlepas dari segala kelebihan tersebut Allah SWT
juga telah memberikan tugas kepada manusia seperti yang telah tercantumkan
pada Q.S Al-An’nam (6): 165 bahwa Allah telah menunjuk manusia sebagai
khalifah-khalifah di muka bumi yang merupakan hakikat manusia sedari awal
mereka (manusia) diciptakan.

2. Proses penciptaan manusia

Manusia dengan segala keistimewaan yang diberikan kepadannya serta


merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya diantara makhluk ciptaan Allah
SWT dengan fungsinya yaitu sebagai khalifah di muka bumi ini memiliki proses
penciptaanya yang telah dijabarkan melalui Al-Quran dan Hadist, menurut Al-
Quran manusia diciptakan melalui dua tahapan yang berbeda, yaitu :

• Pertama, tahap primordial atau bisa disebut bentuk atau tingkatan


yang paling awal. Manusia pertama, Adam a.s diciptakan dari al-tin
(tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain
masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah SWT
dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan roh dari-Nya
ke dalam diri (manusia) tersebut. 1
• Proses penciptaan manusia (adam a.s) yang diciptakan oleh Allah
SWT telah tercantumkan pada beberapa surat seperti Q.S Al-
An’naam (6): 2, Q.S Al-Hijr (15): 26,28, dan 29, Al-Mu’minuun
(23):12, Al-Ruum (30): 20, Ar-Rahman (55):4, lalu penjelasan
tentang penciptaan Adam a.s. yang terkandung pada:

o Q.S Al-Hijr (15): 26

ُۖ‫سنُوْن‬
ْ َّ‫وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَا ُنَ مِنْ صَْلصَالُ مِّنْ حَمَاُ م‬
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk”.

Seperti yang telah tercantumkan Q.S Al-Hijr (15): 26, tentang penciptaan
manusia (Adam a.s.) yang oleh Allah SWT ciptakan dengan tanah liat kering dari
lumpur hitam (min hamain masnun) lalu oleh Dia beri bentuk “min hamain masnun’
itu dalam sebaik – baiknya bentuk. Lebih lanjut juga diterangkan tentang
penciptaan Adam a.s. dari tanah yang di terangkan dalam hadist nabi yang berbunyi,

“Sesungguhnya Allah SWT menciptakan Adam dari satu satu genggam


yang diambil-Nya dari seluruh tanah bumi. Kemudian anak keturunan Adam
terlahir hingga bilangannya sejumlah tanah bumi, ada yang berwarna putih, merah,
hitam, dan di antara dua warna itu; ada yang buruk, baik, senang, sedih, dan diantara
dua keadaan itu.” (HR. Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Dawud)

Berkenaan dengan penciptaan Adam a.s dan lalu juga sebagaimana


perumpamaan penciptaan manusia (Isa a.s putra maryam seperti Adam a.s) yang
tercantum pada,

1
KH. Mustholimin Al Wiyani, Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an.
(https://kicaunews.com/2017/03/16/proses-penciptaan-manusia-menurut-al-quran, Diakses
pada pada tanggal 16 Maret 2017)
o Q.S Ali ‘Imran (3): 59

‫َاب ث ُمَّ قَا ُلَ لَهۖ كنْ فَيَكوْن‬


ُ ‫اِنَّ مَثَ ُلَ عِيْسٰى عِنْ ُدَ اللُٰهِ كَمَثَلُ اٰدَ ُمَُۖ خَلَقَهۖ مِنْ ُتر‬
“Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) ‘Isa bagi Allah, seperti
(penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata
kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”.

Dari keterangan yang telah dijabarkan pada Al-quran dan Hadist, maka
sungguh Allah SWT memang telah benar – benar menciptakan manusia dari tanah
yang diberi bentuk dan raga yang sebaik - baiknya lalu dimasukkannya itu dengan
roh.

• Kedua, disebut juga dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia


selanjutnya adalah melalui proses biologis yang dapat dipahami
secara sains-empirik. Pada tahap biologis ini manusia telah
diberkahi oleh-Nya, Allah SWT seperangkat kemampuan dasar
sehingga manusia memiliki kecenderungan untuk tumbuh dan
berkembang, melahirkan keturunannya sehinggan mereka (manusia)
dapat memperbanyak jumlahnya dan membentuk peradabannya
sendiri. Proses biologis ini juga telah dengan jelas dijabarkan pada
ayat – ayat Al-quran seperti yang tercantum pada :

o Q.S Al-Mu’minun (40): 12 - 14

َّ‫وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَا ُنَ مِنْ ُس ٰللَةُ مِّنْ طِيْنُُۖ ث ُمَّ جَعَ ْلنٰهُ نُ ْطفَةُ فِيْ قَرَارُ مَّكِيْنُُۖ ث ُم‬
َ‫ضغَ ُةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا اْلعِظٰ ُم‬
ْ ‫خَلَقْنَا النُّ ْطفَُةَ عَلَقَةُ فَخَلَقْنَا اْلعَلَقَُةَ ُمضْغَةُ فَخََلقْنَا الْ ُم‬
َُۖ‫لَحْمًا ث ُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقا اٰخَ ُرَۖ فَتَبَارَ ُكَ اللٰهُ اَحْسَنُ اْلخَاُلِقِْين‬
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang
melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik”.

Dalam ayat diatas telah dijelaskan proses penciptaan manusia yang dimulai
dengan tahap sulalah (saripati makanan) kemudian nutfah (sperma) lalu terjadi
konsepsi (pembuahan) dan masuk kedalam rahim (menjadi embrio) kemudian
berkembang membentuk ‘alaqah kemudian berproses menjadi mudhghah, ‘izaman
(tumbuh tulang belulangnya) kemudian tulang-tulang itu dibungkus dengan daging.
Setelah terbentuk manusia yang utuh, kemudian Allah SWT meniupkan (nafakha)
kepadanya ruh nya kemudian jadilah ia makhluk yang unik (khalqan Akhar).
Disebut demikian karena manusia memiliki substansi psikis yang berasal dari
substansi tuhan sama sekali tidak dimiliki makhluk-makhluk lain.2

3. Istilah An-naas, Al-insan, dan Al-basyar dalam Al-quran untuk


manusia

Sebagaimana yang telah dijelaskan Al-Quran kepada manusia, dengan


segala keistimewaanya, makhluk yang derajatnya paling tinggi di antara ciptaan-
Nya yang juga telah Dia jadikan Khalifah di muka bumi ini, Al-Quran juga telah
menyebutkan beberapa istilah terhadap manusia dalam ayat – ayatnya seperti:

• An-Nas

Kata An-Nas juga sebagaimana disebutkan sebanyak 240 kali


seperti pada:

2
Oktaviani, R. (2020, November 26). Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains.
(https://doi.org/10.31219/osf.io/95d7y, Diakses pada pada tanggal 26 November 2020)
o Q.S An-Nas (144): 1

ُ‫َبِّ النَّاس‬
ُ ‫قلْ اَعُوْذ بر‬
“Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,”

Pada Al-Quran An-nas berarti “umat manusia” yang merujuk pada


arti manusia secara luas (masyarakat), bukan secara individu/perorangan
yang pada konsepnya An-Nas dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai
makhluk sosial dan berkelompok.

• Al-Insan

Kata Al-Insan yang sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Quran


sebanyak 65 kali seperti pada:

o Q.S Al-Insan (76): 1

‫هَ لْ أَ تَ ىٰ عَ لَى ا لْ إِ نْ سَا نِ حِ نيٌ مِ نَ ال دَّ هْ رِ لَ مْ يَ كُ نْ شَ يْ ئًا مَ ذْ كُو رًا‬


“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?”

Kata al-Insan menurut Ibnu Mansur, mempunyai tiga asal kata.


Pertama, berasal dari kata anasa yang berarti abara yaitu melihat, ‘alima
yaitu mengetahui dan istilah “an” yang berarti meminta izin. Kedua, berasal
dari kata nasiya yang berarti lupa. Ketiga berasal dari kata an-nus yang
berarti jinak lawan dari kata al-wakhsyah yang berarti buas. Menurut Ibnu
Zakariya, semua kata yang asalnya dari huruf Alif , nun dan sin mempunyai
makna asli jinak, harmonis dan tampak dengan jelas. Dari kedua uraian
tersebut memiliki inti yang sama bahwa manusia yang diistilahkan dengan
al-Insan tampak pada ciri-ciri khasnya yaitu jinak, tampak jelas kulitnya
juga potensial untuk memelihara atau melanggar aturan sehingga ia dapat
menjadi makhluk yang harmonis atau kacau.3

• Al-Basyar

Kata Al-basyar yang sebagaimana setidaknya telah disebutkan


dalam Al-Quran sebanyak 37 kali seperti pada:

o Q.S Ar-Rum (30): 20

َُ‫وَ مِ نُْ آ يَا تِ هُِ أَ نُْ خَ لَ قَك مُْ مِنُْ تُ رَابُ ث مَُّ إ ذَاُ أَ نْ تُ مُْ بَ شَرُ تَ نْ تَ شِ رُو ن‬
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia
menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia
yang berkembang biak.”

Secara bahasa, berarti fisik manusia. Makna ini disimpulkan dari


berbagai uraian tentang al-basyar. Menurut Abu al-Husain Ahmad Ibnu Faris
Ibn Zakariya dalam Mu’jam al-Maqayis fi al-Lugah. Ia menjelaskan bahwa
semua kata yang huruf-huruf asalnya terdiri dari ba, syin dan ra’ berarti sesuatu
yang tampak jelas dan biasanya cantik dan indah. Dengan demikian, bahwa
manusia yang dijelaskan oleh al-basyar menekankan pada gejala umum yang
melekat pada fisik manusia yang secara umum relatif sama antara semua
manusia.4

3
Rusyja Rustam, Zainal A. Harus, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi, (CV
Budi Utama, Yogyakarta: 2018). Hlm. 41.
4
Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka, Bandung: 2009) Hlm.
151-158.
4. Implikasi kebertuhanan dalam membangun pribadi mulia

Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk membangun


pribadi yang mulia dan memelihara akhlak yang terpuji dalam kehidupan
sehari – hari. Dengan akal yang telah diberikan oleh Allah SWT sebagai
pembeda antara bani adam (manusia) dengan hewan, sehingga manusia
dapat mengurus kehidupannya, membangun peradabannya sendiri, dan
membedakan mana yang bermanfaat dan tidak, dan juga agar manusia dapat
membangun akhlak terpuji. Seperti yang telah terkandung dalam

o Q.S Sad (38): 46

ُ‫إ نَّ اُ أَ خْ لَ صْ نَا هُ مُْ ب خَا لِ صَةُ ذِ كْ رَ ىُ ال دَّار‬

“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan


(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”

Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang


yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Dalam Islam, akhlak sangatlah
penting untuk dijaga terutama perbuatan yang baik dan mulia (akhlaqul
kharimah).

5. Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah di bumi

Sebagai makhluk yang paling sempurna dan istimewa, manusia mengemban


tugas dari Allah SWT sebagai khalifah dibumi ini agar manusia dapat
menaklukannya dan memperoleh manfaat di muka bumi untuk terus menjaga
kelangsungan hidupnya dan memelihara alam. Terlepas dari itu semua, sebagai
makhluk yang bertuhan dengan segala kelebihannya, manusia juga turut serta
mengemban tanggung jawab sebagai hamba Allah SWT yang telah ditujuk sebagai
khalifah di bumi ini seperti sebagai berikut :

• Manusia merupakan wakil Allah SWT (khalifah) di bumi ini untuk


turut serta menyebarkan segala kebaikan di bumi sebagaimana
dengan ajaran islam yang merupakan “rahmatan lil’alamin” atau
rahmat bagi seluruh alam semesta.
• Menjaga dan bertangungjawab atas dirinya, sesama manusia dan
alam sebagai sumber penghidupannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut perspektif islam, manusia merupakan makhluk yang paling
istimewa dan memiliki derajat yang paling tinggi dari makhluk lainnya yang telah
Allah SWT ciptakan. Allah SWT telah menciptakan manusia dari sari pati tanah,
lalu Dia bentuk dengan rupa yang seindah – indahnya dan raga yang sebaik –
baiknya yang kemudian Dia tiupkan (nafakha) kepadanya ruh nya, kemudian
jadilah ia makhluk yang unik (khalqan Akhar) dan tidak lupa juga Allah berikan
juga manusia akal untuk berpikir dan menjaga akhlaknya lalu Dia jadikan manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini.
Dengan segala kesempurnaan dan juga keistimewaan, maka manusia juga
tak luput dari tanggung jawabnya sebagai khalifah di muka bumi ini untuk
menyebarkan kebaikan dan menjaga kelestarian yang berada disekitarnya
sebagaimana dengan ajaran islam yang merupakan “rahmatan lil’alamin” atau
rahmat bagi seluruh alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Haryo Sudarmojo, Perjalanan Akbar Ras Adam, (PT Mizan Pustaka,
Bandung: 2009) Hlm. 151-158.

KH. Mustholimin Al Wiyani. Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an.


Diakses pada pada tanggal 16 Maret 2017, dari
https://kicaunews.com/2017/03/16/proses-penciptaan-manusia-menurut-al-
quran

Oktaviani, R. Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur'an dan Sains.


Diakses pada pada tanggal 26 November 2020
https://doi.org/10.31219/osf.io/95d7y

Rusyja Rustam, Zainal A. Harus, Buku Ajar Pendidikan Agama Islam di


Perguruan Tinggi, (CV Budi Utama, Yogyakarta: 2018). Hlm. 41.

Anda mungkin juga menyukai