Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

UNIVERSITAS TERBUKA
OLEH
PUPUT YULIANI
051580337
MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PRODI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN 2023
Berikut adalah soal Tugas ke-1 yang wajib Anda kerjakan. Bacalah pertanyaan dengan
cermat kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.
Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari jenis
ibadah tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta
jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-
istilah yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan
manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan
prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

Selamat mengerjakan tugas, perhatikan batas waktu pengiriman tugas, pastikan bahwa
tugas Anda sudah terkirim, dan file jawaban tugas dalam bentuk doc/docx/pdf hanya
diunggah pada tempat unggah tugas pada Tuton ini.

JAWABAN :

1. Pertama, dalam bahasa Arab, mahdhah artinya murni dan tidak tercampur dengan apa
pun. Selanjutnya, pengertian ibadah mahdhah adalah segala bentuk amalan yang
pelaksanaannya (syarat, rukun, dan tata caranya) sudah ditetapkan oleh nas Al-Quran
atau hadis, seperti salat, puasa, zakat, haji, dan sebagainya. Ibadah mahdhah
dikerjakan karena ada wahyu, berdasarkan perintah dari Allah SWT untuk
mendirikannya. Kedua, ibadah ghairu mahdhah adalah kebalikannya. "Ghairu
mahdhah" artinya yang tidak murni atau sudah tercampur dengan hal lain. Dalam
perkara ini, ibadah ghairu mahdhah tidak diatur secara spesifik pelaksanaannya,
namun bisa menjadi ibadah karena ada niat ikhlas dari muslim bersangkutan. Sebagai
misal, tidur adalah perbuatan mubah yang dilakukan manusia, tidak memperoleh dosa
atau tidak mendatangkan pahala. Akan tetapi, apabila seorang muslim tidur siang,
dengan maksud agar bersemangat untuk bangun demi mendirikan salat tahajud di
malam harinya, tidur yang pada mulanya perkara mubah, menjadi bernilai ibadah di
sisi Allah SWT. Salah seorang ulama terkenal mazhab Maliki, Ibnu Rusyd
menyatakan bahwa ibadah mahdhah adalah ibadah yang tak bisa dijangkau oleh akal
budi manusia. Sebagai misal, ibadah salat atau haji tidak akan dilakukan manusia,
kecuali karena perintah Allah SWT. Namun, ibadah ghairu mahdhah bisa dinalar
bahwa hal itu akan mendatangkan pahala, serta bernilai baik bagi diri sendiri atau
lingkungan sekitar. Membantu orang miskin yang membutuhkan, menolong orang tua,
menghijaukan lingkungan, mengikuti kerja bakti, dan sebagainya termasuk bagian
dari ibadah ghairu mahdhah karena bisa dinalar, serta termasuk dalam aktivitas mulia

Sumber : https://tirto.id/ibadah-mahdhah-dan-ghairu-mahdhah-pengertian-beserta-
contohnya-gsrn

2. Hal itu dapat dibaca pada Al-Quran surah An-Nisa: 1 berikut ini: ‫َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم‬
‫اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس َو اِحَدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثيًرا َو ِنَس اًء ۚ َو اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن ِبِه‬
‫ َو اَأْلْر َح اَم ۚ ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا‬Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-
mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak.” (QS. An-Nisa: 1). Manusia pertama diciptakan dari
tanah Manusia pertama diciptakan oleh Allah SWT dari bahan tanah (sari pati tanah)
dengan bentuk yang sebaik-baiknya, bukan dalam bentuk kera atau makhluk yang
masih akan berevolusi lagi. Demikian pula proses penciptaan manusia kedua yang
menjadi istri dari Nabi Adam ‘Alaihissalam. Merujuk buku Fikih Kedokteran
Kontemporer tulisan Endy Astiwara, dalil dari pernyataan itu dapat dilihat pada Al-
Quran surat As-Sajdah ayat 7-8: ‫ اَّلِذ ي َأْح َس َن ُك َّل َش ْي ٍء َخ َلَقُه ۖ َو َبَد َأ َخ ْلَق اِإْل ْنَس اِن ِم ْن ِط يٍن‬Artinya:
“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati
air yang hina.” (QS. As-Sajdah: 7-8). Dikutip dari IAIN Palopo, dalil mengenai bahan
penciptaan manusia pertama yang dibuat dari tanah juga dapat dijumpai dalam Al-
Quran surah Al-Mukminun: 12-14. ‫ َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِإْل ْنَس اَن ِم ْن ُس اَل َلٍة ِم ْن ِط يٍن‬Artinya: “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.” (QS. Al-Mu’minun: 12) ‫ ُثَّم َجَع ْلَناُه ُنْطَفًة ِفي َقَر اٍر َم ِكيٍن‬Artinya: “Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (QS.
Al-Mu’minun: 13) ‫ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا اْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة ِع َظاًم ا َفَك َس ْو َنا اْلِع َظاَم َلْح ًم ا ُثَّم‬
‫ َأْنَش ْأَناُه َخ ْلًقا آَخ َر ۚ َفَتَباَر َك ُهَّللا َأْح َس ُن اْلَخ اِلِقيَن‬Artinya: “Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minun : 14).
Manusia selanjutnya tercipta dari proses pembuahan sperma dan ovum Karena
melakukan perbuatan dosa saat berada di dalam surga, maka manusia pertama yakni
Nabi Adam dan istrinya pun dihukum dengan diusir oleh Allah SWT dari surga ke
bumi. Selanjutnya proses penciptaan/perkembangbiakan manusia berlangsung dengan
cara pembuahan sel sperma (pria) dengan sel ovum (wanita) dalam perkawinan,
bukan lagi penciptaan seperti pada manusia pertama. Dalil dalam Al Quran dapat
dibaca pada surah Al-Insan ayat 2 berikut ini: ‫ِإَّنا َخ َلْقَنا اِإْل ْنَس اَن ِم ْن ُنْطَفٍة َأْم َش اٍج َنْبَتِليِه َفَجَع ْلَناُه‬
‫ َسِم يًعا َبِص يًرا‬Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan: 2) Juga dapat
dilihat ada pada QS. At-Thariq ayat 6-7: ‫ ُخ ِلَق ِم ْن َم اٍء َداِفٍق‬Artinya: “Dia diciptakan dari
air yang dipancarkan." (QS. At-Thariq: 6) ‫" َيْخ ُرُج ِم ْن َبْيِن الُّص ْلِب َو الَّتَر اِئِب‬Yang keluar dari
antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.” (QS. At-Thariq: 7).
Demikian pula pada QS. Al-Mursalat: 20-23 yang artinya seperti berikut: “Bukankah
Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam
tempat yang kokoh (rahim). Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan
(bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” (QS. Al-Mursalat: 20-
23). Di dalam ayat-ayat tersebut, dijelaskan pula bahwa tempat perkembangan janin
adalah di dalam rahim (tempat yang kokoh), sampai waktunya (9 bulan) dilahirkan ke
dunia, Allah Subhanahu wata’ala yang menentukan waktunya. Juga pada QS. Al-
Qiyamah ayat 37-38 seperti berikut ini: ‫ َأَلْم َيُك ُنْطَفًة ِم ْن َم ِنٍّي ُيْم َنٰى‬Artinya: “Bukankah dia
dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)," (QS. Al-Qiyamah: 37) ‫ُثَّم‬
‫" َك اَن َع َلَقًة َفَخ َلَق َفَسَّو ٰى‬kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah
menciptakannya, dan menyempurnakannya,” (QS. Al-Qiyamah: 38). Penciptaan
manusia hanyalah sebagian kecil dari kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala yang
terlebih dahulu telah menciptakan alam semesta tempat manusia dan berbagai
makhluk lainnya hidup. Begitu luar biasanya kuasa Allah SWT sehingga manusia
selayaknya selalu bersyukur kepada Tuhan Pencipta Alam.
Sumber : https://tirto.id/ayat-al-quran-tentang-penciptaan-manusia-dan-proses-
terciptanya-glUF

3.
 Al Basyar
Al-Basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu,
berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan kehidupannya. Manusia dalam
pengertian ini terdapat dalam Al-Qur’an sebanyak sekitar 35 kali di berbagai
surah.Menurut M. Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang
bermakna penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir
kata basyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari
sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Dengan demikian,
kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka
makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang
lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses
penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.

Allah berfirman : “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan


kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia (basyar) yang
berkembang biak.” (Q.S. ar-Rum [30]: 20)

selain itu, kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia yang menjadikannya
mampu memikul tanggung jawab. Akibat kemampuan mengemban tanggung jawab
inilah, maka pantas tugas kekhalifahan dibebankan kepada manusia. Jalaluddin
mengatakan bahwa berdasarkan konsep Basyr, manusia tidak jauh berbeda dengan
makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan menusia terkait kepada keidah
dengan makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia terkait kepada
kaidah prinsip kehidupan biologis seperti berkembaing biak. Sebagaimana halnya dengan
makhluk biologis lain. Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai
makhluk biologis, ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al Quran yaitu:

1. Prenatal (sebelum lahir), proses penciptaan manusia berawal dari pembuahan


(pembuahan sel dengann sperma) di dalam rahim, pembentukan fisik (QS. 23: 12-14)

2. Pos Natal (sudah lahir) proses perkembangan dari bayi, remaja, dewasa dan usia lanjut
(QS. 40: 67)

 Al Insaan

Kata al-ins atau al-insan disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 65 kali, kata al-ins
senantiasa dipertentangkan dengan al-jinn (jin), yakni sejenis makhluk halus yang tidak
bersifat materi yang hidup diluar alam manusia, dan tidak tunduk kepada hukum alam
kehidupan manusia sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an sebagai
makhluk diciptakan dari api. Makhluk yang membangkang tatkala diperintahkan untuk
bersujud kepada Adam.
Kata al-insan bukan berarti basyar dan bukan juga dalam pengertian al-ins. Dalam
pemakaian Al-Qur’an, mengandung pengertian makhluk mukallaf (yang dibebani
tanggung jawab) mengemban amanah Allah untuk menjadi khalifah dalam rangka
memakmurkan bumi. Al-insan sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Alaq adalah
mengandung pengertian sebagai makhluk yang diciptakan dari segumpal darah, makhluk
yang mulia sebab memiliki ilmu, dan makhluk yang melampaui batas karena telah
merasa puas dengan apa yang ia miliki. Potensi manusia menurut konsep al-Insan
diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk berkreasi dan berinovasi (Jalaluddin,
2003: 23). Jelas sekali bahwa dari kreativitasnya, manusia dapat menghasilkan sejumlah
kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan), kesenian, ataupun benda-benda ciptaan.
Kemudian melalui kemampuan berinovasi, manusia mampu merekayasa temuan-temuan
baru dalam berbagai bidang. Dengan demikian manusia dapat menjadikan dirinya
makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Sementara itu, kata insan terambil dari
kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Musa Asy’arie menambahkan bahwa
kata insan berasal dari tiga kata: anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan
mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak. Menurut M. Quraish
Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat daripada pendapat yang
mengatakan bahwa kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-
yanuusu (berguncang). Dalam Al-Qur’an, kata insaan disebut sebanyak 65 kali.
Kata insaan digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh
totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa
makna kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang
membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat
kekuasaan.

 An Nas

Dalam konsep an-naas pada umumnya dihubungkan dengan fungsi manusia sebagai
makhluk sosial (Jalaluddin, 2003: 24). Tentunya sebagai makhluk sosial manusia harus
mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial artinya tidak
boleh sendiri-sendiri Karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain di
sekitarnya. Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari
pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat
dengan kata lain adanya pengakuan terhadap spesis di dunia ini, menunjukkan bahwa
manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana,
inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep an-naas.

4. Tugas manusia sebagai Khalifah Allah


Tugas hidup manusia juga sebagai khalifah Allah di muka bumi. Hal ini dapat difahami dari
firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah: 30:
”Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”
Apa yang dimaksud dengan khalifah? Kata khalifah berasal dari kata “khalf” (menggantikan,
mengganti), atau kata “khalaf” (orang yang datang kemudian) sebagai lawan dari kata “salaf”
(orang yang terdahulu). Sedangkan arti khilafah adalah menggantikan yang lain, adakalanya
karena tidak adanya (tidak hadirnya) orang yang diganti, atau karena kematian orang yang
diganti, atau karena kelemahan/tidak berfungsinya yang diganti, misalnya Abu Bakar ditunjuk
oleh umat Islam sebagai khalifah pengganti Nabi SAW, yakni penerus dari perjuangan beliau
dan pemimpin umat yang menggantikan Nabi SAW. setelah beliau wafat, atau Umar bin
Khattab sebagai pengganti dari Abu Bakar dan seterusnya; dan adakalanya karena
memuliakan (memberi penghargaan) atau mengangkat kedudukan orang yang dijadikan
pengganti. Pengertian terakhir inilah yang dimaksud dengan “Allah mengangkat manusia
sebagai khalifah di muka bumi”, sebagaimana firmanNya dalam Q.S. Fathir ayat 39, Q.S. al-
An’am ayat 165.
Manusia adalah makhluk yang termulia di antara makhluk-makhluk yang lain (Q.S. al-Isra’:
70) dan ia dijadikan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun
psikhisnya (Q.S. al-Tin: 5), serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi-
potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin
melalui proses pendidikan. Karena itulah maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas
sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain menyangkut tugas
mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S. Hud : 61), serta mewujudkan keselamatan dan
kebahagiaan hidup di muka bumi (Q.S. al-Maidah : 16), dengan cara beriman dan beramal
saleh (Q.S. al-Ra’d : 29), bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam
menegakkan kesabaran (Q.S. al-’Ashr : 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas
suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang
akan datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya
(’abdullah).
Tugas-tugas kekhalifahan tersebut menyangkut: tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri;
tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga; tugas kekhalifahan dalam masyarakat; dan
tugas kekhalifahan terhadap alam.
Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi tugas-tugas: (1) menuntut ilmu
pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43), karena manusia itu adalah makhluk yang dapat dan harus
dididik/diajar (Q.S. al-Baqarah: 31) dan yang mampu mendidik/mengajar (Q.S. Ali Imran:
187, al-An’am: 51); (2) menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan bahaya dan kesengsaraan (Q.S. al-Tahrim: 6) termasuk di dalamnya adalah
menjaga dan memelihara kesehatan fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya;
dan (3) menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata khuluq atau
khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan bentuk lahir/ jasmani.
Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas gabungan dari keduanya itu yakni
jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani tanpa rohani adalah benda mati, dan rohani tanpa
jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang tidak menghiasi diri dengan akhlak yang
mulia sama halnya dengan jasmani tanpa rohani atau disebut mayit (bangkai), yang tidak saja
membusukkan dirinya, bahkan juga membusukkan atau merusak lingkungannya.
Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga meliputi tugas membentuk rumah tangga
bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah dan mawaddah wa rahmah/cinta kasih (Q.S. ar-
Rum: 21) dengan jalan menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai suami-isteri atau ayah-
ibu dalam rumah tangga.
Tugas kekhalifahan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas : (1) mewujudkan persatuan dan
kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13, al-Anfal: 46); (2) tolong menolong dalam
kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2); (3) menegakkan keadilan dalam masyarakat
(Q.S. al-Nisa’: 135); (4) bertanggung jawab terhadap amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali
Imran: 104 dan 110); dan (5) berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah,
termasuk di dalamnya adalah para fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60, al-
Nisa’: 2), orang yang cacat tubuh (Q.S. ’Abasa: 1-11), orang yang berada di bawah
penguasaan orang lain dan lain-lain.
Sedangkan tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi tugas-tugas: (1) mengkulturkan
natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar dibudayakan, sehingga
menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia; (2)
menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasil karya manusia harus
disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup, agar
tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya; dan (3) mengIslamkan
kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap komitmen dengan nilai-
nilai Islam yang rahmatan lil-’alamin, sehingga berbudaya berarti mengerahkan segala tenaga,
cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran ajaran
Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran Ilahi.
Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk
Allah harus mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya
di muka bumi. Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai dua tugas utama, yaitu: sebagai
khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap diri
sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan terhadap
alam.

5. Prinsip prinsip nya sebagai berikut

 Kebebasan pada ruang publik: tersedianya ruang yang dapat dimanfaatkan dan digunakan
oleh masyarakat untuk menyuarakan pendapatnya secara bebas dan bertanggungjawab.
 Demokratis: terwujudnya kesantunan pada pola hubungan interaksi dalam masyarakat
dan dilakukan tanpa melihat latar belakang suku, ras, atau agama yang dimiliki individu.
 Toleransi: adanya sikap saling menghormati dan saling menghargai perbedaan dan
keragaman yang terjadi antara individu dalam masyarakat.
 Pluralisme: masyarakat tidak bersifat homogen. Maksudnya, terdapat keragaman dalam
kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk, mulai dari keragaman suku, ras, hingga
agama.
 Keadilan sosial: terwujudnya kesamaan dan keadilan pada hak dan kewajiban yang
dimiliki oleh masing-masing individu dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai