Anda di halaman 1dari 5

Nama Mahasiswa Dewi Ratih Purwaningrum

NIM 02207000033
Judul UTS Susulan
Mapel Pendidikan Agama Islam
Tanggal 28 Mei 2022
1. Proses Penciptaan Manusia menurut Al-Qur’an.

Dalam setiap penciptaan makhluk hidup telah dibekali dengan berbagai potensi yang
memudahkan untuk berkembang setelah masa kelahirannya, seperti halnya yang terjadi
pada hewan juga memiliki potensi yang berupa naluri. Namun apa yang dimiliki manusia
tidak dimiliki oleh hewan. Hal ini di jelaskan dalam QS Al-Baqarah ayat 30 yang artinya :
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan
khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?" Seperti yang dijelaskan bahwa malaikat tahu bahwa manusia yang
akan diciptakan oleh Allah SWT tersebut akan membuat kerusakan di muka bumi. Namun
Allah SWT menjawab keresahan malaikat dengan kalimat “sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui”. Dari sini kita bisa melihat bahwa Allah SWT lah sang
pencipta segalanya, dan sang maha mengetahui penciptanya, ada sesuatu dibalik skenario
yang dibuat oleh Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh
Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-
baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi
hidup. Hal ini ditegaskan dalam QS. As-Sajdah 32 Ayat 7 yang artinya :
"yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah,"
QS. Al-Hijr 15: ayat 26 yang artinya :
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur
hitam yang diberi bentuk."
Dan juga Allah SWT telah menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu
ada dalam Quran Surat Al Hijr ayat 28 yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sungguh, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk."
"Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh
(ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.

Didalam Al-Qur’an proses terciptanya manusia secara biologis dijelaskan secara terperinci
melalui firman-Nya dalam Quran Surat Al-Mu’minun ayat 12-14 yang artinya :
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh
(rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang
melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami
menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling
baik. Yang dimaksud di dalam Al-Qur’an dengan “berasal dari sari pati tanah” sebagai
substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita makan yang
semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses metabolisme yang ada
di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormone (sperma), kemudian hasil dari
pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran antara sperma (lelaki) dan
Ovum (sel telur Wanita) di dalam Rahim kemudian berproses hingga terbentuk manusia
yang sempurna.
2. Hakekat manusia dan fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi
ini
Hakekat manusia ialah makhluk yang diciptakan oleh Allah yang memiliki potensi untuk
tumbuh dan berkembang menuju kepada kesempurnaan.

Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi antara lain mewujudkan kemakmuran di
muka bumi serta mewujudkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di muka bumi dengan cara
beriman dan beramal saleh, bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama
dalam menegakkan kesabaran. Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci dan
amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia pada akhir zaman yang akan
datang, am.

Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri diantaranya menuntut ilmu pengetahuan karena
manusia itu adalah makhluk yang dapat dan harus dididik/diajar dan yang mampu mendi-
dik/mengajar, menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan
bahaya dan kesengsaraan termasuk di dalamnya adalah menjaga dan memelihara kesehatan
fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya dan menghiasi diri dengan akhlak
yang mulia..
Tugas kekhalifahan dalam masyarakat diantaranya mewujudkan persatuan dan kesatuan
umat, tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, menegakkan keadilan dalam
masyarakat, bertanggung jawab terhadap amar ma^ruf nahi munkar berlaku baik terhadap
golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya adalah para fakir dan miskin serta
anak yatim orang yang cacat tubuh, orang yang berada di bawah penguasaan orang lain dan
lain-lain.

Tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) diantaranya mengkulturkan natur yakni alam yang
tersedia ini agar dibudayakan sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi
kemaslahatan hidup manusia, menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau
hasil karya manusia harus disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam
atau lingkungan hidup, agar tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya
dan mengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya) yakni dalam berbudaya harus tetap
komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-’alamin sehingga berbudaya berarti
mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan kebesaran
Ilahi. Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai
makhluk Allah harus mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas
hidupnya di muka bumi.
3. Al-Qur’an dan Hadist sangat relevan dijaman modern (masa kini)
Karena Al-Qur’an dan Hadist memiliki sumber yang sama yaitu dari Allah dan tidak bisa
dirubah isinya walaupun zaman berubah, adapun Allah melakukan penyempurnaan terhadap
kitab-kitab terdahulu, itu adalah hak Allah Yang Maha Tahu. Karena semuanya itu
ajaranNya. Ada pun jika Rasulullah menasikh (menghapus) suatu ketentuan yang pernah
diajarkan, dan menggantikannya dengan ketentuan baru, itu tentu beliau lakukan dengan
bimbingan wahyu. Allah berfirman "Dan tidaklah yang diucapkannya itu menurut hawa
nafsunya. Itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan"(QS:53:3-4). Dengan tidak adanya
nabi lagi yang bisa menerima bimbingan wahyu, maka berarti ajaran Islam yang tergabung
dalam Al-Qur'an dan As Sunnah sudah sempurna. Artinya tidak ada seorangpun yang berhak
untuk menghapus atau merevisi ketentuan yang tertera dalam Al-Qur'an, apapun alasannya.
Karena ketentuan wahyu harus diubah dengan ketentuan wahyu pula.

4. Pandangan tentang banyaknya yang mengaku Nabi (palsu)


Sangat miris bahwa di akhir zaman seperti ini semakin banyak manusia yang tidak lagi
berpedoman pada aqidah dan syariat. Disitulah pentingnya kita berpegang teguh pada Quran
dan hadits. Maraknya orang-orang yang mengaku sebagai nabi akhir-akhir ini ternyata telah
diprediksi Rasulullah SAW. Meski dalam Alquran dan hadis telah disebutkan bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah nabi terakhir dan penutup, namun di setiap zaman dan waktu, terus
bermunculan orang-orang yang mengaku sebagai nabi. Prediksi akan munculnya orang-orang
yang mengaku sebagai nabi diungkapkan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Abu Dawud. '' Sesungguhnya akan ada tiga puluh orang pendusta di tengah
umatku. Mereka semua mengaku nabi. Padahal, aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi
sesudahku.”

5. Cara membangun keluarga yang Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah


menurut islam.

Keluarga Sakinah
Dalam Bahasa arab, kata Sakinah memiliki kandungan arti tenang, terhormat, aman, merasa
dilindungi, penuh kasih saying, mantap dan memperoleh pembelaan. Menurut kaidah
Bahasa Indonesia, Sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan,
kebahagiaan. Jadi keluarga Sakinah mengandung makna keluarga yang meliputi rasa damai,
tentram, keberkahan, terhormat, dan dirahmati oleh Allah SWT yang terbentuk berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah untuk menciptakan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kelurarga Mawaddah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Mawaddah bermakna kasih saying. Kata
mawaddah juga berasal dari bahasa Arab. mawaddah adalah jenis cinta membara, perasaan
cinta dan kasih sayang yang menggebu kepada pasnagan jenisnya. Mawaddah adalah
perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu kepada pasangan jenisnya, atau muncul
karena adanya sebab-sebab yang bercorak fisik. Seperti cinta muncul karena kecantikan,
ketampanan, kemolekan dan kemulusan fisik atau muncul karena harta benda, kedudukan,
pangkat, dan lain sebagainya.

Keluarga Warrahmah
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kara rahmah atau harmat bermakna baleas kasih ;
kerahiman ; karunia (Allah); dan berkah (Allah). Rahmah berasal darib ahasa Arab. Yang
berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, juga rejeki. Rahmah merupakan
jenis cinta dan kasih saying yang lembut, terpancar dari kedalaman hati yang tulus, siap
berkorban, siap melindungi yang dicintai, tanpa pamrih “sebab”. Rahmah adalah perasaan
cinta dan kasih saying yang sudah berada di luar batas – batas sebab yang bercorak fisik.

Pandangan mengenai realita artis yang bergonta ganti pasangan


(kawin cerai)
Dalam islam sendiri perceraian di perbolehkan namun dibenci oleh Allah, tapi dalam
kehidupan apa bila pernikahan sudah tidak lagi bisa dipertahankan dan sudah tidak Sakinah,
Mawaddah, dan Warrahmah lagi, perpisahan (perceraian) menjadi jalan terakhir yang
diambil karena tidak memiliki titik temu yang menjadi akar permasalahan dalam rumah
tangga. Terjadinya fenomena gonta ganti pasangan (kawin cerai) dalam kehidupan artis
yaitu kehidupan pribadi yang sering dijadikan sorotan masyarakat, hal ini menjadi tantangan
tersendiri untuk para artis yang sudah berumah tangga. Ada beberapa aspek yang bisa
memicu pasangan artis berpisah yang pertama dari aspek masing – masing individu yakni
seberapa siap matang dan siap secara usia dan psikologis untuk menjalani pernikahan juga
isu-isu personal lainnya. Selain itu, bagaimana suatu pasangan mampu untuk bekerja sama
sebagai partner hidup, berkompromi menerima satu sama lain, dan menjalani komitmen
dalam pernikahan. Kedua, dilihat dari faktor kehidupan lain yang berpengaruh dalam
pernikahan, seperti faktor ekonomi dan pekerjaan, faktor relasi dengan keluarga, dan faktor
pengaruh keluarga besar, faktor agama dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai