Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL ONLINE 1

MATA KULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

OLEH
DIDIT PRIAMBODO
048829479

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA JAKARTA
2023
1. Pengertian dan Contoh Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah?
• Ibadah Mahdhah
Secara lughawi, mahdhah berarti "murni" atau tidak bercampur. Merupakan segala bentuk aktivitas
yang cara, waktu, atau kadarnya telah ditetapkan Allah SWT dan Rasulullah SAW
Contoh
shalat, zakat, puasa, dan haji, yaitu ibadah yang tatacaranya, waktunya, dan bahkan tempatnya sudah
ditentukan aturan pelaksanaannya. Ini tergolong ibadah pardhu atau wajib. Artinya kalau dilaksanakan
atau diamalkan akan membawa-mendatangkan pahala, kalau ditinggalkan akan membawa-
mendatangkan dosa
• Ibadah Ghairu Mahdhah
ghairu mahdhah berarti "tidak murni" atau bercampur dengan yang lain. Merupakan semua bentuk
amal kegiatan yang tujuannya untuk mendekati Allah. Namun, tempat dan waktunya tidak diatur
secara terperinci oleh Allah
Contoh
menuntut ilmu dengan niat ibadah (mengabdi mencari ilmu dengan ridha Allah), pegawai yang
berniat supaya pengabdiannya atau pekerjaannya bernilai ibadah, petani yang mengolah sawah-
ladangnya dengan niat ibadah supaya produktif untuk kesejahteraan memenuhi kebutuhan bahan
pokok manusia, dan kegiatan lainnya yang tergolong sunnah hasanah

2. Ayat tentang penciptaan manusia

• Surat Al- Mu’minum ayat 12-14

• Al-Insan ayat 2

• Ar-Rahman Ayat 14
Tahap pencipataan menurut Al-Qur’an
A. Fase Pertama (Tanah)
Allah SWT dalam QS Shad ayat 71 berfirman “Sesungguhnya Aku menciptakan manusia dari tanah.”
Hakikat tanah di sini adalah zat yang berasal dari bahan makanan di mana bahan makanan manusia
maupun hewan semuanya berasal dari tanah. Dari makanan itulah yang kemudian diproses menjadi
darah. Selanjutnya, air mani atau sperma diproduksi.
B. Fase Nutfah (Air Mani)
Yang dimaksud dengan nutfah adalah nutfah laki-laki atau sperma dan nutfah perempuan atau sel
telur. Nutfah dalam hal penciptaan manusia juga bisa diartikan sebagai campuran keduanya. Dalam
QS Fathir ayat 11 dijelaskan, “Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani,
kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan).”
C. Fase ‘Alaqah (Segumpal Darah)
Setelah fase Nutfah, selanjutnya dari penciptaan manusia menurut Al Qur’an adalah fase
pembentukan organ tubuh atau disebut fase ‘Alaqah. Fase ‘Alaqah memiliki sifat aluq atau
bergantung. Kenapa disebut bergantung? Karena di masa inilah persiapan pembentukan organ-organ
janin bergantung di dinding Rahim. Pada QS Al-‘Alaq ayat dua, Allah SWT berfirman, “Dia telah
menciptakan manusia dari alaq (segumpal darah).”
D. Fase Mudhgah (Segumpal Daging)
Dalam fase Mudhgah, segumpal daging dan lempengan bernama plasenta akan membawa oksigen
dan nutrisi yang dibawa dari aliran darah ibu menembus plasenta dan diberikan kepada sang bayi.
Fase ini berakhir pada hari ke 120 di mana Allah SWT akan mengutus malaikat dan meniupkan ruh
pada sang bayi.
E. Fase ‘Idzam (Tulang)
Setelah ditiupkannya ruh, selanjutnya akan muncul jaringan-jaringan yang membentuk semua
struktur tulang dalam tubuh. Dari hadits Hudzaifah bin Usaid sesuai yang diriwayatkan Imam Muslim,
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah
mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya,
dagingnya, dan tulangnya.”
F. Fase Kisa al-‘idzam bil-lahm (Pembungkus Daging)
Setelah sel-sel tulang tercipta, yang terbentuk setelahnya adalah sel-sel daging yang membungkus
tulang. Fase ini dimulai akhir minggu ketujuh dan berlangsung hingga minggu kedelapan.
G. Fase ‘Insya (Pembentukan Manusia)
Dibandingkan fase-fase lain di atas, fase pembentukan manusia ini berjalan lebih cepat. Organ-organ
tubuh seperti badan, bentuk kepala, dan organ-organ lain mulai berkembang dan bekerja sesuai
fungsinya.

3. Istilah manusia didlm Al-Qur’an


a. Al Basyar: yaitu penggambaran manusia secara sifat materi seperti berjalan, makan, memiiki
anak, minum.
b. Al Insan: yaitu penyebutan terhadap asal muasal manusia dan dibebankannya tanggung
jawab kepada manusia.
c. An Nas: yaitu penyebutan manusia dalam situasi manusia sebagai makhluk sosial yang
berhubungan dengan lainnya.
d. Bani Adam : yaitu penyebutan manusia dari mana seorang manusia berasal, untuk apa dia
hidu, dan kemana dia akan kembali
4. Jelaskan langkah manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah
• Tugas kekhalifahan terhadap diri sendiri meliputi tugas-tugas:
a. Menuntut ilmu pengetahuan (Q.S.al-Nahl: 43), karena manusia itu adalah makhluk yang
dapat dan harus dididik/diajar (Q.S. al-Baqarah: 31) dan yang mampu mendi-
dik/mengajar (Q.S. Ali Imran: 187, al-An’am: 51);
b. Menjaga dan memelihara diri dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan bahaya dan
kesengsaraan (Q.S. al-Tahrim: 6) termasuk di dalamnya adalah menjaga dan memelihara
kesehatan fisiknya, memakan makanan yang halal dan sebagainya; dan
c. menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Kata akhlaq berasal dari kata khuluq atau
khalq. Khuluq merupakan bentuk batin/rohani, dan khalq merupakan bentuk lahir/
jasmani. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan manusia terdiri atas gabungan dari
keduanya itu yakni jasmani (lahir) dan rohani (batin). Jasmani tanpa rohani adalah benda
mati, dan rohani tanpa jasmani adalah malaikat. Karena itu orang yang tidak menghiasi
diri dengan akhlak yang mulia sama halnya dengan jasmani tanpa rohani atau disebut
mayit (bangkai), yang tidak saja membusukkan dirinya, bahkan juga membusukkan atau
merusak lingkungannya.

• Tugas kekhalifahan dalam keluarga/rumah tangga


a. meliputi tugas membentuk rumah tangga bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah
dan mawaddah wa rahmah/cinta kasih (Q.S. ar-Rum: 21) dengan jalan menyadari akan
hak dan kewajibannya sebagai suami-isteri atau ayah-ibu dalam rumah tangga.

• Tugas kekhalifahan dalam masyarakat meliputi tugas-tugas


a. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat (Q.S. al-Hujurat: 10 dan 13, al-Anfal:
46);
b. Tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan (Q.S. al-Maidah: 2);
c. Menegakkan keadilan dalam masyarakat (Q.S. al-Nisa’: 135);
d. Bertanggung jawab terhadap amar ma^ruf nahi munkar (Q.S. Ali Imran: 104 dan
110); dan
e. Berlaku baik terhadap golongan masyarakat yang lemah, termasuk di dalamnya
adalah para fakir dan miskin serta anak yatim (Q.S. al-Taubah: 60, al-Nisa’: 2), orang
yang cacat tubuh (Q.S. ’Abasa: 1-11), orang yang berada di bawah penguasaan orang
lain dan lain-lain.
• tugas kekhalifahan terhadap alam (natur) meliputi tugas-tugas:
a. Mengkulturkan natur (membudayakan alam), yakni alam yang tersedia ini agar
dibudayakan, sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan
hidup manusia;
b. Menaturkan kultur (mengalamkan budaya), yakni budaya atau hasil karya manusia harus
disesuaikan dengan kondisi alam, jangan sampai merusak alam atau lingkungan hidup,
agar tidak menimbulkan malapetaka bagi manusia dan lingkungannya; dan
c. MengIslamkan kultur (mengIslamkan budaya), yakni dalam berbudaya harus tetap
komitmen dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil-’alamin, sehingga berbudaya berarti
mengerahkan segala tenaga, cipta, rasa dan karsa, serta bakat manusia untuk mencari
dan menemukan kebenaran ajaran Islam atau kebenaran ayat-ayat serta keagungan dan
kebesaran Ilahi.
Dari berbagai uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai makhluk Allah harus
mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas-tugas hidupnya di muka bumi.
Manusia sebagai makhluk Allah mempunyai dua tugas utama, yaitu:
a. sebagai ’abdullah, yakni hamba Allah yang harus tunduk dan taat terhadap segala aturan dan
KehendakNya serta mengabdi hanya kepadaNya; dan
b. sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang meliputi pelaksanaan tugas kekhalifahan terhadap
diri sendiri, dalam keluarga/rumah tangga, dalam masyarakat, dan tugas kekhalifahan
terhadap alam.

5. Jelaskan prinsip – prinsip untuk menegakan masyarakat yang beradab


dan sejahtera
a. Keadilan
Islam mendorong keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam sistem hukum, ekonomi,
maupun sosial. Prinsip keadilan ini mengharuskan perlakuan yang sama dan adil terhadap semua
individu tanpa memandang latar belakang, agama, atau status sosial. Keadilan menjadi dasar bagi
stabilitas masyarakat yang beradab dan sejahtera.
b. Persaudaraan dan Toleransi
Islam mengajarkan nilai persaudaraan antar sesama manusia, tidak memandang perbedaan ras,
agama, atau budaya. Prisnsip toleransi menghormati keberagaman dan mempromosikan dialog antar
agama dan budaya, menciptakan lingkungan yang harmonis dan beradab di tengah masyarakat yang
multikultural.
c. Kesejahteraan Sosial
Islam mendorong masyarakat untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial dan kesejahteraan umum.
Prinsip ini mendorong pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu, pendistribusian yang adil dari
sumber daya, dan penghapusan kemiskinan. Islam menekankan pentingnya zakat dan sedekah untuk
membantu mereka yang membutuhkan dalam masyarakat.
d. Kebaikan dan Kemurahan Hati
Islam mendorong umatnya untuk berperilaku baik dan memperlihatkan kemurahan hati terhadap
sesama. Prinsip kebaikan ini mendorong umat Muslim untuk memberikan bantuan dan dukungan
kepada orang lain tanpa pamrih, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang dan empati terhadap
orang lain.
e. Pendidikan dan Pengetahuan
Islam menganggap pendidikan dan pengetahuan sebagai hal yang penting dan wajib diperoleh oleh
setiap Muslim. Prinsip ini mendorong pengembangan pengetahuan dan keilmuan yang holistik, yang
mencakup baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum, untuk kemajuan individu dan
masyarakat.
f. Ketaatan kepada Allah
Islam menekankan pentingnya ketaatan kepada ajaran agama dan ketundukan kepada kehendak
Allah. Prinsip ini memandu umat Muslim untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai agama, menjalankan
ibadah dengan tulus, dan mengedepankan moralitas dan etika dalam semua aspek kehidupan.

Anda mungkin juga menyukai