Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1 SESI 3

AGAMA ISLAM (MKWU4101.918)

Nama: Nur alfina hidayati


Nim: 051360721
Prodi : Ilmu Komunikasi
TUGAS 1
1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.
Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari
jenis ibadah tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta
jelaskan
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-
istilah yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan
manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan
prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

JAWABAN:

1.Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.
Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari jenis
ibadah tersebut
Secara umum, ibadah terbagi menjadi ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah.
Kewajiban menunaikan ibadah tertuang dalam Al Quran surat Al Bayyinah ayat 5.
٥ - ‫َو َم ٓا ُاِم ُر ْٓو ا ِااَّل ِلَيْعُبُدوا َهّٰللا ُم ْخ ِلِص ْيَن َلُه الِّدْيَن ۙە ُحَنَفۤا َء َو ُيِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ُيْؤ ُتوا الَّز ٰك وَة َو ٰذ ِلَك ِد ْيُن اْلَقِّيَم ِۗة‬
Artinya: "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar)." (QS. Al Bayyinah: 5)
Ibadah merupakan bukti kepatuhan seorang hamba kepadaRabbnya. Ibadah mahdhah
adalah ibadah khusus sedangkan ghairu mahdhah merujuk pada ibadah umum.
Setiap muslim diwajibkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Beribadah kepada Allah SWT
berarti hanya menyembah Allah SWT semata dan tidak ada sesembahan lain selain
daripada-Nya.
Tata cara pelaksanaan ibadah mahdhah sudah baku sesuai petunjuk Rasulullah SAW seperti
ditetapkan dalam Al Quran atau As-Sunnah. Dalam surat An-Nisa ayat 64 Allah SWT
berfirman

‫َو َم ٓا َاْر َس ْلَنا ِم ْن َّرُسْو ٍل ِااَّل ِلُيَطاَع ِبِاْذ ِن ِهّٰللاۗ َو َلْو َاَّنُهْم ِاْذ َّظَلُم ْٓو ا َاْنُفَس ُهْم َج ۤا ُءْو َك َفاْسَتْغ َفُروا َهّٰللا َو اْسَتْغ َفَر َلُهُم الَّرُسْو ُل َلَو َج ُدوا َهّٰللا‬
٦٤ - ‫َتَّواًبا َّر ِح ْيًم ا‬
Artinya: "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati dengan izin Allah.
Dan sungguh, sekiranya mereka setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Muhammad),
lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk
mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." (QS An-
Nisa 64).
Sedangkan dalam hadits disebutkan Rasulullah SAW memerintahkan umatnya agar
menjalankan ibadah sebagaimana yang dia contohkan
‫َو َص ُّلوا َك َم ا َر َأْيُتُم وِنى ُأَص ِّلى‬
Artinya: "Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR Bukhari).
Ibadah jenis ini merupakan wujud penghambaan murni dan hubungan antara hamba dengan
Allah SWT secara langsung. Dalam kata lain, ibadah mahdhah adalah hubungan manusia
dengan Tuhan atau hubungan secara vertikal.
Contoh ibadah mahdhah adalah sholat, zakat, puasa, haji, dan ibadah lain yang ditetapkan
oleh hukum syara'.
Dikutip dari buku Kitab Lengkap Panduan Shalat oleh Khalilurrahman Al-Mahfani dkk, ibadah
mahdhah dapat dibedakan menjadi tiga macam.
Pertama, ibadah badaniyah mahdhah yakni ibadah jasmani seperti sholat, puasa, wudhu,
dan sebagainya.
Kedua, ibadah maliyah mahdhah yakni ibadah yang ditunaikan dengan harta benda seperti
zakat, infak, dan qurban.
Ketiga, ibadah badaniyah wa maliyah, yakni perpaduan antara ibadah badaniyah mahdhah
dab ibadah maliyah mahdhah. Ibadah ini ditunaikan dengan jiwa raga dan juga harta benda.
Contohnya adalah ibadah haji dan umrah.

-Ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum merupakan segala perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilakukan dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Ibadah ini
dilakukan antar sesama manusia (muamalah) atau hubungan horizontal yang tidak hanya
terkait dengan hubungan dengan Allah SWT saja.
Ibadah ghairu mahdhah dilakukan berdasarkan perintah, anjuran, atau tidak adanya
larangan terhadap suatu perbuatan. Ibadah ini juga bersifat rasional.
Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah,
mencari ilmu, bekerja, membangun masjid, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya.
Salah satu dalil pelaksanaan ibadah ghairu mahdhah terdapat dalam surat Al Maidah ayat 2.
Allah SWT berfirman,
‫َٰٓل‬
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنو۟ا اَل ُتِح ُّلو۟ا َش َٰٓع ِئَر ٱِهَّلل َو اَل ٱلَّش ْهَر ٱْلَحَر اَم َو اَل ٱْلَهْد َى َو اَل ٱْلَق ِئَد َو ٓاَل َء ٓاِّم يَن ٱْلَبْيَت ٱْلَحَر اَم َيْبَتُغ وَن َفْض اًل ِّم ن َّرِّبِه ْم‬
‫َو ِر ْض َٰو ًناۚ َوِإَذ ا َح َلْلُتْم َفٱْص َطاُدو۟ا ۚ َو اَل َيْج ِرَم َّنُك ْم َش َنَٔـاُن َقْو ٍم َأن َص ُّد وُك ْم َع ِن ٱْلَم ْس ِج ِد ٱْلَح َر اِم َأن َتْعَتُدو۟ا ۘ َو َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱْلِبِّر‬
‫َو ٱلَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنو۟ا َع َلى ٱِإْل ْثِم َو ٱْلُع ْد َٰو ِن ۚ َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۖ ِإَّن ٱَهَّلل َش ِد يُد ٱْلِع َقاِب‬
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang
had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah
sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu
dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-
menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya."

2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta
jelaskan
Penciptaan manusia pertama yang dikenal dengan nama Nabi Adam ‘Alaihissalam tersebut
kemudian disusul dengan penciptaan manusia kedua yang menjadi pasangan nabi Adam. Hal
itu dapat dibaca pada Al-Quran surah An-Nisa: 1 berikut ini:
‫َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس َو اِحَدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثيًرا َو ِنَس اًء ۚ َو اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي‬
‫َتَس اَء ُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم ۚ ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًبا‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan
kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS. An-
Nisa: 1).
Manusia pertama diciptakan dari tanah
Manusia pertama diciptakan oleh Allah SWT dari bahan tanah (sari pati tanah) dengan
bentuk yang sebaik-baiknya, bukan dalam bentuk kera atau makhluk yang masih akan
berevolusi lagi.
Demikian pula proses penciptaan manusia kedua yang menjadi istri dari Nabi Adam
‘Alaihissalam.
Merujuk buku Fikih Kedokteran Kontemporer tulisan Endy Astiwara, dalil dari pernyataan itu
dapat dilihat pada Al-Quran surat As-Sajdah ayat 7-8:

‫اَّلِذ ي َأْح َس َن ُك َّل َش ْي ٍء َخ َلَقُهۖ َو َبَد َأ َخ ْلَق اِإْل ْنَس اِن ِم ْن ِط يٍن‬
Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air
yang hina.” (QS. As-Sajdah: 7-8).
Dikutip dari IAIN Palopo, dalil mengenai bahan penciptaan manusia pertama yang dibuat
dari tanah juga dapat dijumpai dalam Al-Quran surah Al-Mukminun: 12-14.

‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا اِإْل ْنَس اَن ِم ْن ُس اَل َلٍة ِم ْن ِط يٍن‬


Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah.” (QS. Al-Mu’minun: 12)

‫ُثَّم َجَع ْلَناُه ُنْطَفًة ِفي َقَر اٍر َم ِكيٍن‬


Artinya: “Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim).” (QS. Al-Mu’minun: 13)
‫ُثَّم َخ َلْقَنا الُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا اْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا اْلُم ْض َغ َة ِع َظاًم ا َفَك َس ْو َنا اْلِع َظاَم َلْح ًم ا ُثَّم َأْنَش ْأَناُه َخ ْلًقا آَخ َر ۚ َفَتَباَر َك ُهَّللا َأْح َس ُن‬
‫اْلَخ اِلِقيَن‬
Artinya: “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al-Mu’minun :
14).
Manusia selanjutnya tercipta dari proses pembuahan sperma dan ovum Karena melakukan
perbuatan dosa saat berada di dalam surga, maka manusia pertama yakni Nabi Adam dan
istrinya pun dihukum dengan diusir oleh Allah SWT dari surga ke bumi.
Selanjutnya proses penciptaan/perkembangbiakan manusia berlangsung dengan cara
pembuahan sel sperma (pria) dengan sel ovum (wanita) dalam perkawinan, bukan lagi
penciptaan seperti pada manusia pertama. Dalil dalam Al Quran dapat dibaca pada surah Al-
Insan ayat 2 berikut ini:
‫ِإَّنا َخ َلْقَنا اِإْل ْنَس اَن ِم ْن ُنْطَفٍة َأْم َش اٍج َنْبَتِليِه َفَجَع ْلَناُه َسِم يًعا َبِص يًرا‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur
yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.” (QS. Al-Insan: 2)
Juga dapat dilihat ada pada QS. At-Thariq ayat 6-7:

‫ُخ ِلَق ِم ْن َم اٍء َداِفٍق‬


Artinya: “Dia diciptakan dari air yang dipancarkan." (QS. At-Thariq: 6)

‫" َيْخ ُرُج ِم ْن َبْيِن الُّص ْلِب َو الَّتَر اِئِب‬


Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.” (QS. At-Thariq: 7).
Demikian pula pada QS. Al-Mursalat: 20-23 yang artinya seperti berikut:
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam
tempat yang kokoh (rahim). Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya),
maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” (QS. Al-Mursalat: 20-23).
Di dalam ayat-ayat tersebut, dijelaskan pula bahwa tempat perkembangan janin adalah di
dalam rahim (tempat yang kokoh), sampai waktunya (9 bulan) dilahirkan ke dunia, Allah
Subhanahu wata’ala yang menentukan waktunya.
Juga pada QS. Al-Qiyamah ayat 37-38 seperti berikut ini:
‫َأَلْم َيُك ُنْطَفًة ِم ْن َم ِنٍّي ُيْم َنٰى‬
Artinya: “Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)," (QS. Al-
Qiyamah: 37)
‫ُثَّم َك اَن َع َلَقًة َفَخ َلَق َفَسَّو ٰى‬

“kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya,” (QS. Al-Qiyamah: 38).
Penciptaan manusia hanyalah sebagian kecil dari kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala yang
terlebih dahulu telah menciptakan alam semesta tempat manusia dan berbagai makhluk
lainnya hidup. Begitu luar biasanya kuasa Allah SWT sehingga manusia selayaknya selalu
bersyukur kepada Tuhan Pencipta Alam.

3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-


istilah yang digunakan tersebut!
Basyar (Manusia ada, human being)
Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan
baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia
dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan berbeda dengan kulit makhluk lain yang
tertutupi bulu. Dengan demikian istilah basyar merupakan gambaran manusia secara materi
yang dapat dilihat, memakan sesuatu, berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia dalam pengertian ini disebutkan di dalam Alquran sebanyak 35 kali
dalam berbagai surat. Diantaranya terdapat dalam surat Al-Anbiyaa: 2-3, Al-Kahfi: 110,
Ibrahim: 10, Hud: 26, Al-Mukminuun: 24 dan 33, As-Syu’araa: 93, Yassin: 15, Al-Isra: 93, dan
lain-lain.
Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being). Singkatnya, basyar adalah manusia dalam
arti fisis-biologis. Manusia dilihat sudut fisik tidaklah jauh berbeda dengan hewan. Manusia
bisa makan, minum, tidur, sakit dan mati. Begitu pula hewan. Bahkan, bila manusia dan
hewan dibandingkan dari segi perbuatan nistanya, maka manusia bisa lebih jahat dan kejam)

 Insan/An-Naas (Manusia menjadi, manusia being)


Kata insan diambil dari akar kata uns yang berarti jinak, lawan dari binatang liar; harmonis
dan tampak. Namun dari sudut pandang Alquran, barangkali lebih tepat diambil dari kata
nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming). Ia terus-menerus maju menuju ke
kesempurnaan. Karakter “menjadi” ini membedakan manusia dengan fenomena lain di
alam. Hewan tidak dapat mengubah kondisinya, sedangkan manusia bisa terus berupaya
menyempurnakan dirinya serta berevolusi dengan akal dan ilmu. Di tataran ini, manusia
sudah mulai memiliki perbedaan daripada hewan.
Alquran sering kali memperhadapkan insan dengan jin. Jin adalah makhluk halus yang tidak
tampak, sedangkan manusia memiliki ‘badan kasar’ yang nyata dan berwatak ramah
dibanding bangsa jin. Kata insan digunakan Alquran untuk menunjuk kepada manusia secara
menyeluruh dalam jiwa dan raga.
Sedangkan An-Naas adalah bentuk jamak dari insan. Alquran menyebut manusia sebagai
naas dalam statusnya sebagai makhluk sosial yang bergaul dan bermasyarakat serta dalam
berbagai contoh perilakunya terhadap Tuhan.

 Bani Adam
Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-usulnya sebagai keturunan Nabi
Adam AS. Dalam konteks, dari mana seorang manusia berasal, untuk apa dia hidup, dan
kemana dia akan kembali. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia
bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera). Manusia dalam pandangan Al-
Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu makhluk penjasadan sifat-sifat Tuhan.
Alquran menggambarkan manusia sebagai makhluk theomorfis yang memiliki sesuatu yang
agung di dalam dirinya. Di samping itu manusia dianugerahi akal yang dapat membedakan
nilai baik dan buruk, sehingga membawa ia pada kualitas tertinggi sebagai makhluk yang
bertakwa. Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk yang suci dan mulia, bukan
sebagai makhluk yang kotor dan penuh dengan dosa, sebagaimana pandangan mereka
bahwa nabi Adam dan Hawa yang diturunkan dari surga karena melanggar larangan Allah
merupakan asal mula hakikat manusia sebagai pembawa dosa bawaan (turunan).
Alquran memuliakan manusia sebagai makhluk surgawi, yang sedang dalaam perjalanan
menuju kehidupan spiritual yang suci dan abadi di akhirat kelak, meskipun ia harus melewati
rintangan dan cobaan dengan beban dosa ketika melakukan kesalahan di dalam kehidupan
dunia.

4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan


manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan tugasnya
sebagai pemimpin dan pengelola bumi dengan bijaksana sesuai dengan ajaran agama.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan manusia untuk merealisasikan peran
sebagai khalifah:
1. Merawat dan Melestarikan Alam
Manusia perlu menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan hidup. Langkah-langkah ini
mencakup pelestarian sumber daya alam, pengurangan limbah, penanaman pohon,
pengelolaan air, dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati. Tindakan-tindakan ini
akan membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan
2. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat menciptakan
inovasi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan alam. Pengembangan teknologi yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia
tanpa merusak lingkungan.
3. Mendorong Keadilan Sosial dan Ekonomi:
Sebagai khalifah, manusia harus mendorong keadilan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Hal ini mencakup distribusi yang adil dari sumber daya dan kekayaan, pemberdayaan
masyarakat yang kurang mampu, serta penghapusan kemiskinan dan ketidakadilan sosial.
4. Membangun Masyarakat yang Beradab
Manusia sebagai khalifah dituntut untuk membentuk masyarakat yang beradab dan
harmonis. Hal ini mencakup membangun hubungan yang baik antara sesama manusia,
memperkuat persaudaraan, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat. Pendidikan
nilai-nilai moral, etika, dan kesadaran sosial juga penting dalam pembentukan masyarakat
yang beradab.
5. Beribadah dan Berlaku Adil
Salah satu tugas utama manusia sebagai khalifah adalah beribadah kepada Allah dengan
penuh kesadaran dan ketulusan. Selain itu, manusia perlu mengedepankan prinsip keadilan
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hukum, ekonomi, politik, dan sosial.
Keadilan merupakan pondasi utama dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang harmonis
dan berkeadilan.

5.Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan
prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!
Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang kuat untuk menegakkan masyarakat yang beradab
dan sejahtera, yang meliputi aspek spiritual, moral, sosial, dan ekonomi.
Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang damai, adil, dan
berkeadilan.
Berikut adalah beberapa prinsip utama Islam untuk mencapai masyarakat yang beradab dan
sejahtera:
1. Keadilan
Islam mendorong keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam sistem hukum,
ekonomi, maupun sosial. Prinsip keadilan ini mengharuskan perlakuan yang sama dan adil
terhadap semua individu tanpa memandang latar belakang, agama, atau status sosial.
Keadilan menjadi dasar bagi stabilitas masyarakat yang beradab dan sejahtera.
2. Persaudaraan dan Toleransi
Islam mengajarkan nilai persaudaraan antar sesama manusia, tidak memandang perbedaan
ras, agama, atau budaya. Prinsip toleransi menghormati keberagaman dan mempromosikan
dialog antar agama dan budaya, menciptakan lingkungan yang harmonis dan beradab di
tengah masyarakat yang multikultural.
3. Kesejahteraan Sosial
Islam mendorong masyarakat untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial dan kesejahteraan
umum. Prinsip ini mendorong pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu,
pendistribusian yang adil dari sumber daya, dan penghapusan kemiskinan.
Islam menekankan pentingnya zakat dan sedekah untuk membantu mereka yang
membutuhkan dalam masyarakat.

4. Kebaikan dan Kemurahan Hati


Islam mendorong umatnya untuk berperilaku baik dan memperlihatkan kemurahan hati
terhadap sesama.
Prinsip kebaikan ini mendorong umat Muslim untuk memberikan bantuan dan dukungan
kepada orang lain tanpa pamrih, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang dan empati
terhadap orang lain.
5.Pendidikan dan Pengetahuan
Islam menganggap pendidikan dan pengetahuan sebagai hal yang penting dan wajib
diperoleh oleh setiap Muslim.
Prinsip ini mendorong pengembangan pengetahuan dan keilmuan yang holistik, yang
mencakup baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum, untuk kemajuan individu
dan masyarakat.
6.Ketaatan kepada Allah
Islam enekankan pentingnya ketaatan kepada ajaran agama dan ketundukan kepada
kehendak Allah. Prinsip ini memandu umat Muslim untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai
agama, menjalankan ibadah dengan tulus, dan mengedepankan moralitas dan etika dalam
semua aspek kehidupan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-
hari, umat Muslim dapat berkontribusi secara signifikan untuk menegakkan masyarakat yang
beradab dan Sejahtera
Sumber: https://detik.com
https://tirti.id
https://magazine.hijup.com

Anda mungkin juga menyukai