Anda di halaman 1dari 9

Nama : Gisa Pratiwi

NIM : 856338485
Jurusan : PGSD
Fakultas : FKIP

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.
Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari jenis
ibadah tersebut.

Jawaban:

- Pertama ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah sejak asal
penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut tidaklah bernilai
kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan
ibadah). Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan terlarangnya
ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam kemusyrikan.
Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan yang
lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
Contoh ibadah mahdlah adalah shalat.

- Ibadah yang tidak murni ibadah memiliki pengertian yang berkebalikan dari tiga ciri di atas.
Sehingga ibadah ghairu mahdhah dicirikan dengan:]
Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah ibadah. Akan
tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya.
Kedua, maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau kebutuhan
yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada wahyu dari
para rasul.
Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas makan

2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta
jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
Nabi Adam merupakan manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt. Karena itu,
Nabi Adam dijuluki sebagai Abu al-Basyar (nenek moyang manusia). Dalam Al-Qur'an,
Allah menjelaskan proses dan tahapan penciptaan manusia pertama itu. Mulai dari tanah
sampai wujud manusia yang bernyawa. Semua proses itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

1) Tahap Pertama
Pada tahap pertama, dijelaskan bahwa Adam diciptakan dari tanah. Dalam Q.S.
Ali 'Imron [3]: 59, Allah berfirman, ‫ِاَّن َم َثَل ِع ْيٰس ى ِع ْنَد ِهّٰللا َك َم َثِل ٰا َد َۗم َخ َلَقٗه ِم ْن ُتَر اٍب ُثَّم َقاَل َلٗه ُك ْن َفَيُك ْو ُن‬
Artinya, "Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)
Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
"Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia." (Q.S Ali 'Imran [3] : 59) Ayat tersebut
menjelaskan analogi Nabi Isa dengan Nabi Adam yang sama-sama diciptakan tanpa
seorang bapak. Bahkan, Nabi Adam bukan hanya tanpa bapak, tapi juga tanpa ibu yang
mengandung dan melahirkannya. Adam diciptakan dari tanah.
Al-Baidhawi menjelaskan, ayat tersebut merupakan penjelasan dalam bentuk
penganalogian diciptakannya Nabi Isa dengan Nabi Adam yang diciptakan tanpa ayah
dan ibu, keduanya sama-sama tercipta dari tanah. (liat Al-Baidhawi, Anwar al-Tanzil wa
Aswa al-Ta’wil, juz 2, hal. 20) Dalam hadits sahih dijelaskan, Abu Dawud dan Tirmidzi
meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. dari Rasulullah saw, ‫ و أدم من تراب‬،‫ أنتم بنو أدم‬Artinya,
"Kalian semua adalah anak cucu Adam, dan Adam terbuat dari tanah." Dalam hadits
sahih yang lain juga dijelaskan, ‫ فجاء بنو أدم على قدر‬.‫ قبضها من جميع األرض‬.‫إن هللا خلق أدم من قبضة‬
‫ و الخ|بيث و الطيب‬،‫ و السهل و الح|زن‬.‫ و األبيض و األس|ود و بين ذلك‬،‫ فجاء منهم األحمر‬.‫األرض‬. Artinya,
"Sesungguhnya Allah Swt. menciptakan Adam dari segenggam (tanah). Digenggamnya
dari semua (jenis) tanah. Sehingga rupa anak cucu adam sebagaimana dari tanah
diambilnya. Sehingga dari mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, antara putih dan
hitam.
Ada yang berbahagia, bersedih, buruk, baik, dan antara keduanya." Dr. Shalah
al-Khalidi memaparkan, hadis ini menjelaskan rahasia perbedaan warna kulit manusia.
Hal itu karena berbeda warna tanah saat penciptaannya. Sebagaimana perbedaan manusia
dari jiwa, karakter dan lakunya. Hal itu karena perbedaan jenis bahan tanah
penciptaannya. (lihat Al-Khalidi, al-Qashash al-Qur’ani, Juz 1, hal. 91)
2) Tahap Kedua
Tahap berikutnya adalah dalam bentuk tanah yang dicampuri air. Dalam al-Qur'an
diistilahkan dengan kata 'Thin'. Sehingga perbedannya adalah, jika pada tahap pertama
murni tanah, maka tahap kedua ini sudah dicampuri air. (lihat AL-Khalidi, al-Qashash al-
‫ٰۤل‬
Qurani, Juz 1, hal. 91). Dalam Q.S al-Qur’an Allah swt berfirman, ‫ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِة ِاِّنْي َخ اِلٌۢق‬
‫ َبَش ًرا ِّم ْن ِط ْيٍن‬Artinya, “(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,
"Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah." (Q.S Shad [38] : 71)
3) Tahap Ketiga
Pada tahap ketiga, Adam sudah dalam bentuk tanah liat yang kering dan kuat. Jika
sebelumnya lembek karena mengandung air, maka tahap ini sudah mengering dan keras.
Sebuah tahap lanjutan dari proses sebelumnya. Allah berfirman, ‫َفاْسَتْفِتِهْم َاُهْم َاَشُّد َخ ْلًقا َاْم َّم ْن‬
‫ َخ َلْقَنۗا ِاَّنا َخ َلْقٰن ُهْم ِّم ْن ِط ْيٍن اَّل ِز ٍب‬Artinya, “Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah),
"Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa yang telah Kami ciptakan
itu?" Sesungguhnya Kami telah menciptakan mereka dari tanah liat.” (Q.S Ash-Shaffat
[37] : 11) Imam Raghib al-Ashfihani menjelaskan, bahwa arti kata 'Lazib' adalah (tanah)
yang sudah mengeras. Menurut Dr. Shalah al-Khalidi, ini merupakan tahap lanjutan dari
tahap sebelumnya yang berupa perubahan dari tanah yang lembek karena berair menjadi
'tanah liat' yang kokoh dan kuat. (lihat Al-Khalidi, al-Qashash al-Qurani, juz 1, hal. 92)
4) Tahap Keempat
Pada tahap ini, berubah menjadi wujud tanah yang berwarna hitam, berbau tidak
enak, berubah bentuk dan kering. (lihat Al-Khalidi, al-Qashash al-Qurani, juz 1, hal. 93)
‫ٰۤل‬
Allah swt berfirman, ‫ َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِة ِاِّنْي َخ اِلٌۢق َبَش ًرا ِّم ْن َص ْلَص اٍل ِّم ْن َح َم ٍا َّم ْس ُنْو ٍۚن‬Artinya, “Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk." (Q.S Al-Hijr [15] : 28) Dr. Shalah al-Khalidi menjelaskan, ini
merupakan tahap kelanjutan dari sebelumnya. Setelah sebelumnya tanah berair yang
lembek menjadi kering dan mengeras, lalu dibiarkan sesaat, hingga menjadi berwarna
hitam, berbau tidak enak, berubah pola dan kering. (lihat Al-Khalidi, al-Qashash al-
Qurani Juz 1, hal. 93
5) Tahap Kelima
Pada tahap ini, wujudnya berupa tanah kering yang mengeluarkan bunyi ketika
diketuk. ‫ َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َص ْلَص اٍل َك اْلَفَّخ اِر‬Artinya, "Dia menciptakan manusia dari tanah kering
seperti tembikar." (Q.S Ar-Rahman [55]: 14) Imam al-Baidhawi menjelaskan, kata
'Shalsal' memiliki arti tanah kering yang memiliki suara. (Tafsir al-Baidhawi, Anwar al-
Tanzil wa Aswa al-Ta’wil, juz 5, hal. 171) Senada dengan al-Baidhawi, Dr. Shalah al-
Khalidi juga menjelaskan bahwa 'Shalshal' berarti tanah kering. Dinamakan demikian
karena mengeluarkan bunyi jika diketuk. (lihat Al-Khalidi, al-Qashash al-Qur’ani, juz 1,
hal. 94) Sederhananya kita bisa membayangkan tanah yang sudah diolah menjadi sebuah
tembikar: kering dan karena kerasnya akan mengeluarkan bunyi jika diketuk.
6) Tahap Keenam
Kelima tahap di atas belum membentuk pola Adam sebagai bentuk manusia dan
belum ditiup ruh pada diri Adam. Masih perubahan tanah sesuai tahap masing-masing.
Baru pada tahap selanjutnya, tahap keenam, Adam sudah dibentuk dalam wujud manusia
dan sudah ditiupkan ruh. Dalam al-Qur’an Allah swt berfirman, ‫َو َلَقْد َخ َلْقٰن ُك ْم ُثَّم َص َّو ْر ٰن ُك ْم ُثَّم ُقْلَنا‬
‫ٰۤل‬
‫ ِلْلَم ِٕىَك ِة اْس ُج ُد ْو ا ٰاِل َد َم َفَس َج ُد ْٓو ا ِآاَّل ِاْبِلْيَۗس َلْم َيُك ْن ِّم َن الّٰس ِج ِد ْيَن‬Artinya, "Sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada
para malaikat, "Bersujudlah kamu kepada Adam," maka mereka pun bersujud kecuali
Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud." (Q.S Al-A'raf [7]: 11)
Dr. Shalah al-Khalidi menjelaskan, ini merupakan fase kedua setelah fase
penciptaan sebelumnya (lima tahap). Setelah sebelumnya berupa tanah yang mengeras,
kemudian dibentuk dan ditegakkan. Jadilah bentuk patung dalam wujud manusia. Ini
sebelum ditiup ruh. (lihat Al-Khalidi, al-Qashash al-Qurani, juz 1, hal. 95) Berikutnya,
barulah ruh ditiupkan pada Adam. Allah memerintahkan malaikat dan jin untuk sujud
pada Adam. Hanya saja jin terlalu angkuh untuk mematuhi perintah Tuhannya dan sujud
‫ٰۤل‬
pada makhluk yang berbahan baku tanah itu. Allah berfirman, ‫َو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِة ِاِّنْي َخ اِلٌۢق َبَش ًرا‬
)٢٩( ‫) َف ِاَذ ا َس َّو ْيُتٗه َو َنَفْخ ُت ِفْي ِه ِم ْن ُّر ْو ِح ْي َفَقُع ْو ا َل ٗه ٰس ِج ِد ْيَن‬٢٨( ‫ ِّم ْن َص ْلَص اٍل ِّم ْن َح َم ٍا َّم ْس ُنْو ٍۚن‬Artinya, “Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam
yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah
meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.” (Q.S Al-Hijr [15]: 28-29) Tahap keenam ini merupakan 'finalisasi' wujud
Adam dalam sosok manusia pertama yang diciptakan oleh Allah swt

3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-


istilah yang digunakan tersebut!

Pengertian Manusia: Pembahasan tentang manusia, sangat luas cakupannya, mulai


dari aspek biologis, psikologis, antropologis hingga metafisisnya. Akan tetapi, manusia
dalam pembahasan ini diarahkan pada konteks relasionalnya, baik antar sesama manusia
maupun sesama lingkungannya.

Al-Qur’an menyebut manusia menggunakan beberapa istilah, di antaranya


adalah basyar, insan dan nas. M. Quraish Shihab menggolongkan terminologi manusia
dalam al-Qur’an menjadi tiga: Pertama, term yang berasal dari akar huruf alif-
nun dan sin seperti insan, ins, nas dan unas. Kedua, term basyar. Ketiga, term bani
Adam atau zurriyyah Adam

1. basyar. Kata ini terdiri atas huruf ba‘, syin dan ra‘ berarti sesuatu yang tampak baik dan
indah. Manusia disebut basyar karena yang tampak adalah kulitnya yang indah yang
berbeda dengan binatang. Kata basyar di dalam al-Qur’an memberi referensi pada
manusia bahwa ia adalah makhluk biologis yang sering dikaitkan dengan rutinitasnya,
seperti makan, minum, seks, dan usaha pemenuhan kebutuhan biologisnya.
2. insan. Kata ini di dalam al-Qur’an dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
kata insan yang dikontekskan dengan kata khalifah (pemikul amanah) yang diberi ilmu,
diajari dengan pena, al-Qur’an dan al-bayan. Ketika manusia telah mengetahui sesuatu, ia
wajib menggunakan inisiatif moral insaninya untuk menciptakan tatanan yang baik;
kata insan yang dikaitkan dengan predisposisi negatif, bahwa manusia cenderung lalim
(zalam), ingkar (kufr), tergesa-gesa (‘ajul), bakhil (qatur), bodoh (jahul), membantah
(jadal), gelisah dan enggan menolong, tidak berterimakasih (kanud), melampaui batas
(tagha) dan mengingkari hari akhir; kata insan yang dikaitkan dengan proses
penciptaannya, bahwa manusia diciptakan dari tanah liat, saripati tanah dan tanah. Dalam
term ini, al-Qur’an menjelaskan proses kejadian manusia sama dengan term basyar, di
dalamnya terpadu antara unsur basyari dan insani yang seimbang dan proporsional.
Secara umum, kata insan menunjuk sifat pasikologis dan spiritual manusia.
3. al-nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial. Bentuk pengertian manusia ini
penunjukannya dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: menunjuk karakter kelompok
sosial, seperti kelompok mukmin, musyrik dan lain-lain. Dalam konteks ini, kata al-
Nas sering dikaitkan dengan ungkapan wa min al-nas menunjuk kualitas kelompok
sosial, seperti rendah, baik dari segi ilmu, keimanan maupun rasa syukur serta lengah.
Dalam konteks ini, kata al-Nas sering dikaitkan dengan ungkapan aksar al-nas
menegaskan bahwa petunjuk al-Qur’an tidak hanya untuk manusia secara individu, tetapi
juga secara sosial. Dalam konteks ini, kata al-Nas sering dihubungkan dengan petunjuk
atau al-Kitab. (Al-Nisa: 170, Ibrahim: 1, al-Nur: 35, al-Hadid: 25.)

4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang dilakukan


manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!

1. Iman dan Taqwa


Memiliki keyakinan yang kuat pada Allah dan ajaran Islam. Mempraktikkan taqwa, yaitu
kesadaran dan ketakutan kepada Allah dalam setiap tindakan dan perkataan.
2. Memahami Ajaran Islam Belajar dan memahami Al-Quran, Hadis, dan prinsip-prinsip
Islam. Memahami nilai-nilai Islam, etika, dan moralitas yang diamanatkan oleh agama.
3. Kepemimpinan yang Adil Bertindak sebagai pemimpin yang adil dalam semua aspek
kehidupan, termasuk dalam keluarga, masyarakat, dan pekerjaan. Memastikan bahwa
keputusan dan tindakan didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan.
4. Perilaku Etis ,Menjalani kehidupan dengan etika yang tinggi, termasuk jujur, amanah,
dan menghindari perilaku yang melanggar prinsip-prinsip Islam.
5. Pendidikan dan Pengembangan Diri Terus menerus belajar dan mengembangkan diri
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pengetahuan agama, ilmu pengetahuan, dan
keterampilan praktis.
6. Kepedulian Sosial Membantu mereka yang membutuhkan dan berkontribusi pada
kesejahteraan masyarakat. Mengambil bagian dalam kegiatan amal, sosial, dan kegiatan
kemanusiaan.
7. Pelestarian Alam Menjaga lingkungan dan alam semesta sebagai amanah dari Allah.
Berperan aktif dalam pelestarian alam dan sumber daya alam.
8. Berdialog dan Berkomunikasi Membangun dialog antarumat beragama dan
berkomunikasi dengan baik dalam masyarakat. Membangun pemahaman yang baik
antara umat Islam dan non-Muslim.
9. Keselarasan dengan Hukum Menghormati dan mematuhi hukum dan peraturan negara,
selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Berpartisipasi dalam proses
demokrasi dan pembangunan masyarakat.
10. Doa dan Ibadah Melaksanakan ibadah secara teratur dan konsisten, seperti shalat, puasa,
zakat, dan haji. selalu berdoa dan memohon petunjuk Allah dalam menjalani peran
sebagai khalifah.

Dalam Islam, setiap individu dianggap sebagai khalifah Allah di bumi, dan tanggung
jawab ini harus dijalani dengan penuh kesadaran, kepatuhan pada ajaran Islam, dan dedikasi
untuk menciptakan kebaikan dalam masyarakat dan lingkungan sekitar.

https://www.kitahebat.co.id/jelaskan-langkah-langkah-yang-dilakukan-manusia-untuk-
merealisasikan-peran-sebagai-khalifah/

5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan
prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

1. Keadilan Sosial: Prinsip ini menekankan pentingnya menghilangkan ketidaksetaraan


sosial dan ekonomi. Keadilan sosial melibatkan distribusi yang adil dari sumber daya,
peluang, dan manfaat dalam masyarakat. Ini mencakup perlindungan hak asasi manusia,
hak atas pendidikan, kesehatan, pekerjaan, serta akses yang sama terhadap peluang.
2. Keterlibatan Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan dan pelaksanaan kebijakan adalah prinsip penting untuk membangun
masyarakat yang beradab dan sejahtera. Partisipasi aktif masyarakat membantu
memastikan bahwa kebijakan dan program yang diterapkan memenuhi kebutuhan dan
aspirasi mereka.
3. Pembangunan Berkelanjutan: Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan untuk
memastikan bahwa tindakan yang diambil saat ini tidak merusak kemampuan generasi
masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Ini mencakup pengelolaan lingkungan
yang berkelanjutan, penggunaan sumber daya alam yang bijaksana, dan pemeliharaan
ekosistem.
4. Pendidikan dan Pengetahuan: Investasi dalam pendidikan dan peningkatan
pengetahuan merupakan prinsip penting untuk mencapai masyarakat yang beradab dan
sejahtera. Dengan meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas, individu dapat
mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka
5. Kesehatan dan Kesejahteraan: Prinsip ini mencakup akses yang adil terhadap layanan
kesehatan yang berkualitas dan dukungan bagi kesejahteraan fisik dan mental
masyarakat. Masyarakat yang sehat memiliki produktivitas yang lebih baik dan mampu
berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial dan ekonomi.
6. Hak Asasi Manusia: Menghormati dan melindungi hak asasi manusia adalah prinsip
fundamental dalam masyarakat yang beradab dan sejahtera. Ini mencakup hak atas
kebebasan berpendapat, kebebasan berekspresi, kebebasan dari diskriminasi, dan
perlindungan dari perlakuan yang tidak manusiawi.
7. Etika dan Moral: Etika dan moral adalah prinsip yang mendasari perilaku dalam
masyarakat yang beradab. Ini mencakup etika dalam bisnis, hubungan antarindividu, dan
tanggung jawab sosial.
8. Perencanaan dan Pengelolaan yang Baik: Pengelolaan yang efisien dan transparan
dalam berbagai sektor seperti pemerintahan, ekonomi, dan lingkungan adalah penting
untuk mencapai masyarakat yang beradab dan sejahtera.
9. Kerjasama dan Solidaritas: Mendorong kerjasama dan solidaritas antara individu,
kelompok, dan negara-negara adalah prinsip penting untuk memecahkan masalah global
dan mencapai tujuan kesejahteraan bersama.

Sumber referensi:

https://muslim.or.id/46004-perbedaan-antara-ibadah-mahdhah-dan-ibadah-ghairu-mahdhah-
bag-1.html

https://islam.nu.or.id/tafsir/penjelasan-al-qur-an-tentang-tahap-penciptaan-manusia-pertama-
LldVp
https://www.kitahebat.co.id/prinsip-prinsip-untuk-menegakkan-masyarakat-yang-beradab-dan-
sejahtera/

Anda mungkin juga menyukai