Anda di halaman 1dari 12

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Tafsir Muhammad Mabrur, M.Ag

Materi
Tujuan Hidup
Oleh Kelompok 9

Atikah 210104010023
Muhammad Sholihin 210104010037

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
2022
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan
makhluk-makhluk yang lain. Manusia diciptakan Tuhan dilengkapi dengan akal untuk dapat
membedakan dengan ciptaan lainnya. Sebagai makhluk berakal, manusia memiliki kemampuan
untuk memilah dan memilih di antara perbuatan-perbuatan yang hendak dilakukannya. Dalam hal
berkehendak, manusia memiliki kebebasan disebabkan potensi diri yang dimilikinya tersebut.

Pada dasarnya manusia memiliki tujuan untuk melakukan sesuatu, namun di dalam islam
allah swt sudah memberikan bimbingan dalam firmannya(Al-qur’an) bahwa tujuan hidup dalam
islam adalah untuk beribadah kepada allah swt. Selain itu diciptakannya khalifah (manusia)
dimuka bumi ini untuk menjaga dan merawat alam semesta dengan sebaik-baiknya artinya
manusia diciptakan untuk saling menghargai dan saling tolong menolong satu sama lain. Karena
sudah diberi amanah oleh Allah swt, ketika manusia sudah diberi amanah oleh allah mereka bebas
untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan amanah tersebut, tetapi pada akhirnya manusia
dimintakan pertanggung jawaban atas perbuatan mereka di dunia.

Pada pembahasan kali ini penulis ingin membahas tentang tujuan hidup manusia yang
akan dipertanggung jawabkan di akhirat nanti dengan berlandaskan alquran pada surah al-baqarah
ayat 30, surah adzariyat ayat 56, dan surah hud ayat 60.
PEMBAHASAN

Sebelum dijadikannya Adam, atau khalifah pertama dimuka bumi. Terjadi dialog antara
Tuhan dan Malaikat. Pada surah al-baqarah ayat 30.

‫ِس‬ َ ُ‫الد َم ٰۤا َۚ َء َونَحْ ُن ن‬


ُ ‫سبِ ُح بِح َْمدِكَ َونُقَد‬ ِ ُ‫سفِك‬ ِ ‫ض َخ ِل ْيفَةً ۗ قَالُ ْْٓوا اَتَجْ عَ ُل فِ ْيهَا َمنْ يُّ ْف‬
ْ َ‫س ُد فِ ْيهَا َوي‬ َ ْ ‫َواِذْ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ٰۤل ِٕى َك ِة ِان ِْي جَا ِع ٌل فِى‬
ِ ‫اْل ْر‬
َ‫لَكَ ۗ قَا َل اِن ِْْٓي اَ ْع َل ُم َما َْل تَ ْع َل ُم ْون‬

Artinya : Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS.
Al-Baqarah ayat 30)

Dalam dialog tersebut malaikat seolah meragukan kemampan manusia dikarenakan


sifatnya yang selalu merusak dan menumpahkan darah. Namun, menusia memiliki keutamaan
atau keungulan dari makhluk lain. Manusia disebut sebgai khalifah dibumi artinya menusia
sebagai wakilatau pemimpin di bumi. tentunya tugas ini sangat berat sehingga setiap manusia
memiliki kemampuan untuk mengelola bumi sesuai dengan perintah allah swt. Dengan begitu, Al
Baqarah ayat 30 menjelaskan bahwa setiap manusia adalah khalifah yang memimpin bumi
sehingga akan ditanya pertanggung jawabannya nanti.

Menurut tafsir kemenag, pada ayat ini allah menjelaskan asal muasal manusia sehingga
menjadi kafir, yaitu kejadian pada masa nabi adam. Dan ingatlah, wahai Rasul, satu kisah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah, yakni manusia yang
akan menjadi pemimpin dan penguasa, di bumi". Khalifah itu akan terus berganti dari satu
generasi ke generasi sampai hari Kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan
melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. Para malaikat dengan
serentak mengajukan pertanyaan kepada Allah, untuk mengetahui lebih jauh tentang maksud
Allah. Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang memiliki kehendak atau
ikhtiar dalam melakukan satu pekerjaan sehingga berpotensi merusak dan menumpahkan darah di
sana dengan saling membunuh,"sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-
Mu?" Malaikat menganggap bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena
mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-
Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. Menanggapi pertanyaan malaikat tersebut, Allah
berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Penciptaan manusia adalah
rencana besar Allah di dunia ini. Allah Mahatahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif
sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari
sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar
jangan sam-pai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada
rencana besar tersebut. Menurut tafsir lengkap kemenag yang dimaksud kekhalifah adalah
kedudukannya sebagai khalifah di bumi ini, untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan
memakmurkan bumi serta memanfaatkan segala apa yang ada padanya. Menurut tafsir jalalain
yang dimaksud khalifah di muka bumi adalah “yang akan mewakili Aku dalam melaksanakan
hukum-hukum atau peraturan-peraturan-Ku padanya”. didalam Tafsir fi dzilalil qur'an dijelaskan
ketika allah swt. Berfirman kepada para malaikat, "aku hendak menjadikan khalifah dibumi."
Diartikan bahwa allah telah menyerahkan kepada manusia untuk mengendalikan bumi ini, dan
memberikan tugas yang besar kepada manusia untuk menjaga bumi ini, dan allah pun juga
memberikan banyak potensi dan juga memberikan banyak persiapan yang cukup yang telah
tersimpan didalam bumi ini seperti bahan-bahan mentah untuk manusia. Adapun didalam tafsir
ibnu katsir ayat ini menceritakan kepada nabi muhammad saw tentang firman allah swt. kepada
malaikat, ketika allah berfirman kepada rasulullah saw yaitu ketika allah swt ingin menciptakan
manusia sebagai khalifah dimuka bumi lalu malaikat bertanya "apakah engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memujimu dan
menyucikan namamu?" Pada kalimat ini bukanlah suatu penentangan malaikat kepada allah atau
kedengkian terhadap manusia anak cucu adam, akan tetapi dimaksudkan untuk meminta
penjelasan dan keterangan tentang hikmah yang terdapat didalamnya. Mereka mengatakan,
"Wahai Tuhan kami, apakah hikmah yang terkandung dalam penciptaan mereka, padahal di antara
mereka ada orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi dan mengalirkan darah?
Jikalau yang dimaksudkan agar Engkau disembah, maka kami selalu bertasbih memuji dan
menyucikan Engkau," yakni kami selalu beribadah kepada-Mu, sebagaimana yang akan
disebutkan nanti. Dengan kata lain (seakan-akan para malaikat mengatakan), "Kami tidak pernah
melakukan sesuatu pun dari hal itu (kerusakan dan mengalirkan darah), maka mengapa Engkau
tidak cukup hanya dengan kami para malaikat saja?" Allah SWT menjawab pertanyaan tersebut:
“.... Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” Dengan jawaban tersebut
seakan-akan Allah bermaksud bahwa dia mengetahui hal-hal yang tidak diketahui mengenai
kemaslahatan yang jauh lebih kuat daripada kerusakan-kerusakan. Karena sesungguhnya Aku
akan menjadikan dari kalangan mereka nabi-nabi dan rasul-rasul, di antara mereka ada para
siddiqin, para syuhada, orang-orang saleh, ahli ibadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang
bertakwa, para muqarrabin, para ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang yang khusyuk,
dan orang-orang yang cinta kepada Allah SWT lagi mengikuti jejak rasul-rasul-Nya. Sedangkan
didalam tafsir fi dzilalil qur'an pada kalimat ini seakan akan malaikat sudah mengetahui atau
memprediksi bahwa manusia ini suatu saat akan membuat kerusakan dibumi dan pertumpahan
darah. Sedangkan mereka (malaikat) dengan fitrahnya yang suci tidak tergambar olehnya
kejahatan kecuali kebaikan yang mutlak dan kepatuhan yang selalu bertasbih dan memuji allah
swt. Karena itu sajalah yang menjadi tujuan mutlak penciptaan alam ini. lalu allah pun berfirman
"sungguh, aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Yang artinya allah swt lebih mengetahui
akan dampak penciptaan manusia tersebut lebih banyak kemaslahatannya daripada kerusakan
yang para malaikat khawatirkan tersebut. Seperti halnya kisah antara allah, malaikat dan nabi
adam pada ayat ini didalam tafsir munir, ketika Allah SWT mengadakan ujian bagi para malaikat
untuk membuktikan ketidakmampuan mereka dan menggugurkan anggapan mereka bahwa
mereka lebih pantas menjadi khalifah daripada khalifah yang ditunjuk-Nya. Ujian ini diadakan
setelah Allah mengajari Adam nama benda-benda materiil (seperti tumbuhan, benda mati,
manusia, dan hewan) yang mendiami dunia ini, lalu Allah memperlihatkan benda-benda yang
punya nama itu kepada para malaikat, atau Dia memperlihatkan beberapa sampel mereka-yakni
Dia memperlihatkan individu-individunya, dengan dalil firman “‫”عرضعههم‬,sebab kata
"memperlihatkan" tidak bisa dipakai untuk menyatakan tentang nama-nama, kemudian Dia
berfirman kepada mereka, "Katakan kepada-Ku nama-nama mereka ini jika kalian benar dalam
menganggap diri kalian lebih pantas menjadi khalifah daripada selain kalian." Ternyata mereka
tak mampu. Akhirnya mereka berkata, "Wahai Tuhan kami, Mahasuci Engkau! Tidak ada yang
kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah
Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, lagi Maha Bijaksana dalam semua tindakan." Dalam hal
ini terkandung isyarat bahwa Adam lebih utama daripada malaikat dia dipilih dan diajari perkara
yang tidak diketahui para malaikat. Maka para malaikat tidak dapat membanggakan diri atas
Adam.

Dari ayat diatas tersebut, maka ulama menjadikan suatu dalil bahwa keharusan manusia
dalam mengangkat seorang pemimpin pada suatu wilayah untuk memutuskan suatu masalah yang
terjadi ditengah-tengah masyarakat, menegakkan hukum, menolong masyarakat yang terdzolimi,
mencegah perbuatan buruk dan membuat peraturan.

Seperti yang sudah dikatakan pada pembahasan sebelumnya bahwa ketika allah
menciptakan khalifah dimuka bumi, tujuannya bukan hanya sekedar untuk mengatur segala hal
yang ada di muka bumi. Tujuan dan makna kehidupan yang sebenarnya sudah tercantum dalam
alquran dan hadis, banyak dari kita yang melupakan bahkan terlena oleh kehidupan yang fana dan
hanya sementara ini. Kita harus tau tugas dan kewajiban kita untuk menjalankan ibadah kepada
Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Adz-Zariyat

ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َو‬


َ ‫اْل ْن‬
‫س ا َِّْل ِليَ ْعبُد ُْو ِن‬
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Adz-Zariyat ayat 56)

Asbabun Nuzul surat adz-Dzariyat ayat 56, yaitu Ketika para malaikat mengetahui bahwa
Allah SWT akan menciptakan khalifah di muka bumi. Allah SWT menyampaikan perintah-Nya
kepada mereka secara terperinci. Dia memberitahukan bahwa Dia akan menciptakan manusia dari
tanah. Didahulukannya penyebutan kata Jin dari kata manusia karena jin memang lebih dahulu
diciptakan Allah dari pada manusia. Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku),
karena memang penekannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang
digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memberi kesan adanya
keterlibatan selain Allah swt.

Ibadah bukan hanya sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk
ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa
sesorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ia juga merupakan dampak dari keyakinan
bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memilki kekuasaan yang tidak terjangkau arti
hakikatnya. Begitulah kurang lebih pendapat Muhammad ‘Abduh. Ibadah terdiri dari ibadah
murni (mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang
telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji.
Ibadah ghairu mahdhah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah.

Menurut Ahmad Mushtafa al-Maragi dalam tafsirnya, Al-maraghi adalah sebagai berikut,
Setelah Allah menyebutkan bahwa orang-orang musyrik itu berada dalam perkataan yang
berbeda-beda dan tidak tetap, sebagiannya tidak cocok dengan sebagian yang lain. Yakni ketika
mereka mengatakan: Pencipta langit dan bumi adalah Allah, tiba-tiba mereka menyembah patung-
patung dan berhala. Kadang-kadang mereka mengatakan Muhammad adalah tukang sihir tetapi
pada saat lain mengatakan pula dia adalah juru ramal dan lain-lain. Kemudian dilanjutkan dengan
menyebutkan bahwa kaum nabi Muhammad saw. bukanlah umat yang pertama mendustakan.
Sebagaiman kaum Quraisy itu mendustai nabi-Nya, demikain pula umat-umat sebelumnya telah
mendustakan para rasul mereka. Maka, Allah menimpakan kepada mereka bencana seperti kaum
Nuh, ‘Ad dan Tsamud. Selanjutnya Allah swt. menyatakan keheranannya terhadap ihwal orang-
orang musyrik itu, seraya mengatakan: apakah sebagian mereka berwasiat kepada sebagian yang
lainnya akan perbuatan seperti itu. Namun, kemudian Dia memfirmankan; tidak. Bahkan mereka
adalah kaum yang durhaka lagi melampaui batas Allah. Mereka tidak mematuhi perintah dan tidak
menghentikan diri dari larangan-Nya. Kemudian Allah swt. menyuruh rasuyl-Nya agar berpaling
dari berdebat dan bertengkar dengan mereka. karena beliau telah benar-benar telah menyampaikan
apa yang telah diperintahkan kepadanya dan tidak melalaikannya. Maka, beliau tidaklah tercela
atas kedustaan mereka itu. Dan agar beliau tetap memberi peringatan kepada orang yang
peringatan itu akan bermanfaat bagi baginya, sedang orang itu mempunyai kesiapan untuk
menerima petunjuk dan bimbingan. Selanjutnya Allah melanjutkan dengan menyebutkan bahwa
Dia tidaklah menciptakan jin dan manusia keculai untuk diperintahkan dan diberi beban beribadah
kepada-nya, bukan karena Dia memerlukan kepada mereka dalam memperoleh suatu rizki mapun
mendatangkan makanan. Karena Allah yang memberi rizki lagi mempunyai kekuatan. Ahmad
Mushtafa al-Maraghi, kemudian melanjutkan tafsirannya sebagi berikut “Aku tidak menciptakan
mereka (jin dan Manusia) kecuali supaya kenal kepada-Ku. Karena sekiranya Aku tidak
menciptakan mereka niscaya mereka tak akan kenal keberadaan-Ku dan keesaan-Ku”. Penafsiran
semacam ini ditunjukkan oleh apa yang dinyatakan dalam sebuah hadis qudsi “Kuntu kanzan
makhfiyyan fa aradtu an u’rafa, fa khalqtul khalqa fa bi ‘arifuni”. Aku adalah simpanan yang
tersembunyi. Lalu Aku menghendaki supaya Aku dikenal. Maka Aku-pun menciptakan makhluk.
Maka oleh karena Aku-lah mereka mengenal Aku.

Menurut tafsir lengkap kemenag Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan
jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya. Dalam kaitan ini
Allah swt berfirman yang artinya “Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada tuhan selain Dia. Mahasuci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (At-
Taubah/9: 31) Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain
berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia
kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin
atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya.
Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai
dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau
mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah. Ayat tersebut
menguatkan perintah mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia supaya melakukan ibadah
kepada Allah swt. Menurut tafsir ibnu katsir dan Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Sesungguhnya Aku menciptakan
mereka agar Aku memerintahkan mereka untuk menyembah-Ku, bukan karena Aku
membutuhkan mereka. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas R.A.:
“melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui
kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa. Demikianlah menurut apa
yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Menurut Ibnu Juraij, makna yang dimaksud ialah “melainkan supaya
mereka mengenal-Ku.” Ar-Rabi' ibnu Anas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-
Nya: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni kecuali untuk
beribadah. As-Saddi mengatakan bahwa sebagian dari pengertian ibadah ada yang bermanfaat dan
sebagian lainnya ada yang tidak bermanfaat. “Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka,
"Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Niscaya mereka akan menjawab, "Allah.” (Az-
Zumar: 38; Luqman: 25) ibadah mereka yang disertai dengan kesyirikan itu sama sekali tidak
mendatangkan manfaat bagi mereka. Adh- dhahhak mengatakan : “dan yang dimaksudkan dengan
hal itu adalah orang-orang yang beriman.” Menurut Tafsir Quraish Shihab Aku tidak menciptakan
jin dan manusia untuk suatu manfaat yang kembali kepada-Ku, tetapi mereka Aku ciptakan untuk
beribadah kepada-Ku. Dan ibadah itu sangat bermanfaat untuk mereka sendiri. Menurut tafsir al-
jalalain dari jalaluddin al-mahalli dan jalaluddin as-suyuthi (Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku) pengertian dalam ayat ini sama sekali tidak
bertentangan dengan kenyataan, bahwa orang-orang kafir tidak menyembah-Nya. Karena
sesungguhnya tujuan dari ayat ini tidaklah memastikan keberadaannya. Perihalnya sama saja
dengan pengertian yang terdapat di dalam perkataanmu, "Aku runcingkan pena ini supaya aku
dapat menulis dengannya." Dan kenyataannya terkadang kamu tidak menggunakannya.

Dari bebarapa tafsir diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan hidup adalah untuk
menjalankan ibadah kepadanya. Ibadah bukan hanya sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi
merupakan bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya karena adanya rasa
keagungan terhadap tuhannya. Ia juga merupakan dampak dari keyakinan bahwa pengabdian itu
tertuju kepada yang memiliki kekuasaan atas segalanya.

Seperti yang telah dijelaskan pada dua ayat diatas, manusia diciptakan bukan untuk
membuat kerusakan ataupun pertumpahan darah. Akan tetapi, ada tujuan Allah SWT dibalik
penciptaannya khususnya yaitu dengan beribadahh kepadanya. Oleh karena itu, Ketika kita
sebagai makhluk merasa hebat dengan apa yang kita miliki dan terus membangkang apa yang
diperintahkan Allah SWT, maka akan timbullah laknat Allah SWT kepada yang beranggapan
demikian itu, Seperti halnya diceritakan dalam alqur’an kisah kaum ‘ad dengan firman Allah SWT
kepada mereka pada surah hud ayat 60:

‫َواُتْبِعُ ْوا ف ِْي ه ِذ ِه ال ُّد ْنيَا لَ ْعنَةً َّوي َْو َم ا ْلقِي َم ِة ۗ اَ َ ْْٓل اِنَّ عَادًا َكفَ ُر ْوا َربَّ ُه ْم ۗ اَ َْل بُ ْعدًا ِلعَا ٍد قَ ْو ِم ه ُْو ٍد‬

Artinya: “Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat.
Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi
kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu.” (QS. Hud ayat 60)

Ayat diatas merupakan akhir kisah kedua dari kisah yang Allah SWT sebutkan dalam
surah ini, dan kisah ini sudah disebutkan sebelumnya dalam surah al-Araaf dengan bentuk susunan
bahasa yang berbeda. Nabi Hud adalah orang yang pertama berbicara dengan bahasa Arab dari
keturunan nabi Nuh. Di sini pemaparan kisah ini ada kemiripan dengan kisah nabi Nuh bersama
kaumnya karena dalam kisah ini disebutkan tentang penyampaian dakwah dan taklif yang
dilakukan Hud kepada kaumnya dan tanggapan mereka terhadapnya, dan akhir dari kisah ini yang
menyebutkan dengan diselamatkannya orang-orang yang beriman dan dibinasakannya orang-
orang yang kafir.

Didalam Tafsir Kemenag RI dan mereka yang dibinasakan itu pun selalu diikuti dengan
laknat, yakni dijauhkannya dari rahmat Allah selama di dunia ini dan begitu pula mereka
mendapat laknat di hari Kiamat nanti berupa siksa neraka yang sangat pedih. Ingatlah, bahwa
kaum 'Ad itu ingkar kepada Tuhan mereka dan mengingkari nikmat Allah yang telah dikaruniakan
kepada mereka. Sungguh, binasalah kaum 'Ad, umat Nabi Hud itu, dan mereka dijauhkan dari
rahmat-Nya. Allah tidak membinasakan suatu kaum, kecuali apabila mereka berbuat kerusakan
dan mengingkari nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Menurut tafsir al-jalalain Dan
mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini) dari manusia (dan begitu pula di hari kiamat)
mereka akan dikutuk di hadapan makhluk semuanya. (Ingatlah sesungguhnya kaum Ad itu kafir)
mereka ingkar (terhadap Rabb mereka. Ingatlah, sesungguhnya amat jauh) dari rahmat Allah (bagi
kaum Ad yaitu kaumnya Hud). Menurut tafsir ibnu katsir Mereka menolak mengikuti rasul mereka
yang benar, dan mereka lebih memilih mengikuti perintah penguasa yang sewenang-wenang lagi
pengingkar kebenaran. Karena itulah mereka selalu diikuti oleh laknat Allah dan hamba-hamba-
Nya yang beriman di dunia ini setiap kali mereka disebut-sebut. Di hari kiamat kelak mereka akan
dipanggil di hadapan para saksi: “Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan
mereka”. (Hud: 60), hingga akhir ayat. As-Saddi mengatakan bahwa tidak sekali-kali ada seorang
nabi yang diutus sesudah kaum 'Ad, melainkan mereka dilaknati melalui lisan nabi itu.
Dijelaskan juga didalam tafsir munir sebab dari adzab itu adalah kaum'Ad telah kafir dan
mengingkari tanda-tanda Tuhan mereka dan hujjah-hujjah-Nya, mereka durhaka kepada rasul-
Nya, dan dalam ayat ini disebutkan ar-rusulu dalam bentuk jama’, dan yang dimaksud adalah
(rasul mereka) yaitu Hud; karena sesungguhnya orang kafir dan ingkar kepada seorang nabi maka
dia telah kafir dan ingkar kepada semua nabi, dan mereka telah kafir dan ingkar kepada Hud, maka
kekafiran dan ingkar mereka adalah kekafiran dan ingkar kepada semua para nabi, mereka justru
mengikuti perintah pemimpin-pemimpin mereka yang zalim dan pembangkang. Dengan ini,
mereka pantas mendapatkan murka Allah SWT di dunia ini, dan laknat para hamba-hamba-Nya
yang Mukmin setiap kali mereka mengingatnya, dan mereka pada hari Kiamat nanti akan
dipanggil Allah SWT Ketahuilah bahwa sesungguhnya kaum'Ad telah kafir kepada Tuhan mereka
dan dengan nikmat-nikmat-Nya, mereka mengingkari ayat-ayatNya, mereka telah mendustakan
rasul-rasul-Nya, maka hilanglah dari rahmat Allah SWT bagi 'Ad kaum Hud, dan ini merupakan
doa keburukan atas mereka yaitu dengan kebinasaan, kehancuran dan jauh dari rahmatAllah SWT.

Didalam tafsir fi dzilalil qur’an pun dijelaskan tentang kisah hud dan kaum ad ini, Allah
SWT memberi karunia yang lebih kepada kaum Ad. Para pria kaum Ad memliliki postur tubuh
yang tinggi dan tegap. Mereka juga hidup dengan bermewah-mewah hingga dapat membangun
benteng dan istana yang besar. Tanah tempat tinggal mereka pun subur dengan sumber air yang
mengalir dari segala penjuru. Singkatnya, kaum Ad hidup dengan makmur dan sejahtera.
Sayangnya, nikmat yang diberikan Allah SWT itu tak lantas membuat kaum Ad bersyukur.
Mereka menjalani hidup dengan penuh kesombongan. Bukan hanya sombong, kaum Ad juga
menyembah berhala, yaitu Shadan, Shamud, dan Hira. Azab yang diterima kaum Nabi Nuh seolah
tak ampuh untuk menyadarkan mereka akan kebesaran Allah SWT. Karena itu, Allah mengutus
Nabi Hud untuk mengembalikan kaum Ad ke jalan yang benar. Meski demikian, ajakan dan
peringatan Nabi Hud tak dihiraukan. Hingga akhirnya Allah pun turun tangan dengan mengazab
dan memusnahkan kaum Ad.

Kaum ad telah melakukan pelanggaran terhadap perintah Rasul, dan mengikuti perintah
penguasa yang sewenang wenang. Sedangkan Islam adalah menaati perintah para rasul Allah dan
melanggar perintah penguasa yang sewenang wenang. Inilah persimpangan jalan antara jahiliah
dengan islam, Dengan demikian nyatalah bahwa dakwah tauhid tujuanya yang pertama adalah
untuk membebaskan manusia dari keberagaman dan ketundukan kepada selain Allah, menentang
penguasa penguasa zalim yang merampas kepribadian dan kemerdekaan. Mengikuti penguasa
penguasa yang sewenang wenang dan sombong itu adalah suatu kejahatan, syirik dan kufur, yang
mana para pelakunya layak mendapat kehancuran di dunia dan adzab di akhirat.
KESIMPULAN

Allah menciptakan makhluk di muka bumi bukan semata-mata memberi kehidupan untuk
membuat kerusakan ataupun melakukan pertumbuhan darah seperti dalam firman Allah SWT
pada surah al-baqarah ayat 30 penciptaan makhluk itu mempunyai tujuan yang khusus yang Allah
berikan kepada mereka sebagai khalifah dimuka bumi seperti yang sudah dijelaskan pada ayat
tersebut dan untuk beribadah kepada Allah SWT sebagaimana yang sudah dijelaskan pada surah
adz-zariat ayat 56 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” ayat ini menjelaskan bahwa terdapat tujuan tertentu dari keberadaan jin
dan manusia, yaitu untuk beribadah. Barang siapa yang sudah menjelaskan tugas tersebut artinya
dia sudah memposisikan dirinya sebagai hamba, penghambaan kepada Allah SWT yang
memastikan bahwa ada hamba yang beribadah dan rabb yang disembah maka kehidupan hamba
akan stabil jika berlandaskan ini. Adapun ketika seseorang yang tidak menjalankan apa yang di
perintahkan allah swt dan ingkar kepadanuya, maka allah swt akan melaknat baik di dunia ataupun
di akhirat karena Allah SWT tidak membinasakan suatu kaum kecuali apabila mereka berbuat
kerusakan dan mengingkari nikmat Allah SWT yang sudah diberikan. Seperti kisah kaum ‘ad
umat nabi hud seperti didalam surah hud ayat 60
DAFTAR PUSTAKA

Tafsir Jalalain

Tafsir Kemenag RI

Tafsir Ibnu Katsir

Tafsir Fi Dzilalil Qur’an

Anda mungkin juga menyukai