Anda di halaman 1dari 16

RISALATUL INSAN (MISI MANUSIA)

Disusun Oleh:
Fitri Nuraeni Sholihah (20322013)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS TEKNOLOGI DIGITAL
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah Subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Risalah Al-Insan”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas evaluasi akhir semester mata
kuliah Teknik Pengantar Karya Tulis Ilmiah.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan masukan dari
berbagai pihak, terutama dosen pengajar yang telah memberikan kesempatan pada
kami untuk bisa belajar menulis karya tulis sederhana dan memberikan masukan
demi perbaikan makalah ini sehingga dapat menambah wawasan kami serta untuk
teman-teman yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang
telah memberikan support, dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Agama dan
teman-teman yang dengan caranya masing-masing turut serta memberi masukan
guna memperkaya isi makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dalam susunan maupun isinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kebaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa SI Teknik Industri khususya.

Bandung, 26 Januari 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................I

DAFTAR ISI..........................................................................................................................II

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................3

2.1 Makna Khalifah.......................................................................................................3

2.2 Arti Kekhalifahan di Bumi......................................................................................4

2.3 Sifat-sifat Terpuji Seorang Khilafah........................................................................6

BAB 3 PENAFSIRAN AYAT KHALIFAZ DALAM AL-QURAN.......................................9

3.1 Penyajian Media’i Ayat Khalifah................................................................................9

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................IV

II
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran manusia di bumi ini semenjak awal telah dikaruniai kemuliaan
{karâmah) oleh Tuhan, dibandingkan makhluk lain. Firman Allah:

Artinya: Dan sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempuma atas kebanyakan
makhluk yang Kami ciptakan.'
Kemuliaan ini, semakin mantap lagi dengan diberikannya gelar khalifah
Tuhan di muka bumi
Posisi khalifah disini, menghantarkan manusia diberi kewenangan untuk
mengatur dan memimpin kehidupan dunia seisinya. Semua kekayaan alam, baik
yang di darat, laut, perut bumi, maupun udara dipersiapkan untuk manusia.
Meskipun demikian, tatkala para malaikat mendengar firman Tuhan tersebut,
segera melancarkan aksi protes:
ٰۤ
ُ‫ ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ ن‬Q‫ك ال‬ ِ ْ‫ك لِ ْل َمل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر‬
ُ ِ‫ف‬Q‫ض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْس‬ َ ُّ‫َواِ ْذ قَا َل َرب‬
َ‫ك َونُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن‬ َ ‫نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah : 30 )
Protes inipun langsung dijawab Tuhan qâla inni a’lamu mâ lâ ta’lamun
(Tuhan berfirman “sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tidak kamu
ketahui )
Dialog Tuhan dengan para malaikat di atas memberikan suatu indikasi bahwa
makhluk mulia yang bemama manusia itu sebenamya memiliki suatu potensi
konflik yang luar biasa. Sungguh-pun sudah diberi gelar khalifah dun menjadi
makhluk mulia, ia rawan untuk melakukan ifsad (pengrusakan, penjarahan,
pembakaran, huni-hara, dan sejenisnya), juga tega melakukan ifsakuddima
(pertumpahan darah, pembunuhan, penyiksaan, penculikan, perkosaan, dan lain
sebagainya). Sekalipun telah diprogramkan menjadi pengatur dunia sekaligus

1
dimuliakan di antara makhluk lain, manusia juga berbakat menjadi penjahat
dan pengobrak-abrik aturan yang potensinya juga melebihi makhluk lain.

Makna dari pengertian khalifah adalah sebagai pengganti. Jadi khalifah Allah
berarti pengganti Allah. Pengertian itu menurut Dawam Rahardjo dalam buku
ensiklopedi al-Quran mempunyai tiga makna. Pertama Khalifah Allah adalah
Adam. Oleh karena Adam merupakan simbul bagi seluruh manusia, maka dapat
dikatakan bahwa manusia adalah khalifah. Kedua, khalifah Allah adalah suatu
generasi penerus atau pengganti, dalam arti kedudukan khalifah diemban secara
kolektif oleh suatu generasi. Ketiga, khalifah Allah

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas, maka munculah beberapa pertanyaan :
1.1 Apa sebenamya makna khallfah dalam al-Quran?
1.2 Apa tugas-tugas khalifah?
1.3 Tujuan Penelitian.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :
1.3.3 Ingin memahami makna khalifah dalam al-Quran.
1.3.4 Ingin memahami tugas-tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi

2
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Makna Khalifah

Muncul sejumlah pandangan yang keliru yang menyatakan bahwa


kekhalifahan semata-mata merupakan institusi keagamaan. Pandangan
semacam itu kemungkinan merupakan hasil dari analogi salah kaprah terhadap
kekuasaan imperium suci romawi dan pembedaan kristen modem antara
kekuasaan duniawi dan kekuasaan keagamaan. Padahal, dalam pemerintahan
Islam, isrilah ami“r al- mu’minin (pemimpin kaum beriman) meniscayakan
bahwa penguasa memiliki kekuasaan militer yang penuh, dan penanggung
jawab kebijakan politik dalam dan luar negeri.

Menurut pandangan Imam Taqiyyuddin An-Nabhani dalam bukunya


Nidhom al-Huloni fi al-Islam, menyatakan bahwa khallfah adalah pemimpin
umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum
syariat Islam dan mengembangkan risalah Islam ke seluruh dunia, ia berperan
sebagai kepala umat baik urusan negara maupun urusan agama, dan ia
mempunyai otoritas untuk memutuskan beberapa hal yang tidak tercantum
dalam Al-Qur’an.

Sedangkan menurut Ibn Khaldun, khalifah diartikan sebagai kepala negara


dalam pemerintah dan kerajaan Islam masa lalu, yang dalam konteks kerajaan
pengertiannya sama dengan kata sulthân. Di lain pihak, khalifah juga berarti
dua macam. Pertama, diwujudkan dalam jabatan sulth0n atau kepala negara.
Kedua, fungsi manusia itu sendiri di muka bumi sebagai ciptaan Allah yang
sempuma.

Membahas mengenai perbandingan arti khalifah dalam konteks al- Quran,


berikut ini diturunkan beberapa ayat dari surat al-A’raaf. Kata ini disebut
sebanyak 7 kali. Sebagai contoh pada ayat 69 terdapat istilah khalifah dalan
ayat wadzkurñ idz ja’alakum khulafâ’a min ba’di qawmi nñh (ingatlah di waktu
Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah
lenyapnya kaum Nuh). Kata Malifah dalam ayat ini diteqemahkan sebagai
pengganti, yakni generasi yang menggantikan generasi sebelumnya. Generasi
itu adalam kaum Hud, yaitu bangsa ‘Ad yang terkenal perkasa sebagai
pengganti generasi Nuh.

Dalam surat Shaad ayat 26 juaga, Allah telah menjadikan nabi Daud sebagai
raja Bani Isra’il, kepadanya diperintahkan agar menggunakan kekuasaanya
untuk memerintah umatnya secara adil (dalam ayat disebut bi al-Haqq). Di sini
kita dapat mengambil suatu makna bahwa asas pertama kekuasaan adalah
keadilan, sebuah kekuasaan, pemerintahan, atau kepemimpinan harus

3
didasarkan atas keadilan, dijalankan secara adil dan berfungsi untuk
menegakkan keadilan.

Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa kata khalifah dalam bentuk
tunggal terulang dua kali dalam al-Quran, yaitu dalam surah al-Baqarah ayat 30
dan surah Shaad ayat 26. Sedangkan bentuk pluralnya ada dua macam yaitu
khalaif dan khulafa’.

2.2 Arti Kekhalifahan di Bumi


Muhammad Baqir al-Shadr dalam bukunya al-Sunan al-Tarikhiyah fi al-
Quran, yang antara lain mengulas ayat 30 surah al-Baqarah dengan
menggunakan metode maudlu’i (tematik), dia mengemukakan bahwa
kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling terkait, kemudian
ditambahkannya unsur ke empat yang berada di luar, namun amat menentukan
arti kekhalifahan dalam pandangan al-Qur’an.
Ketiga unsur tersebut adalah :
a. Manusia, yang dalam hal ini disebut khalifah.
b. Alam raya, yang ditunjuk oleh ayat 30 surah al-Baqarah sebagai al-ardl.
c. Hubungan antara manusia dan alam serta segala isinya, termasuk dengan
manusia yang lain.
Hubungan ini, walaupun tidak disebutkan secara tersurat dalam ayat di atas,
namun tersirat, karena penunjukan sebagai Walifah tidak akan ada artinya jika
tidak disertai dengan penugasan atau istikhlâf. tulah ketiga unsur yang saling
terkait, sedangkan unsur ke empat yang berada di luar adalah yang digambarkan
oleh ayat tersebut dengan kalimat inni ja’il fi al-ardli khalifah yaitu yang
menugaskan, yakni Allah SWT. Dialah yang memberi penugasan itu, dan
dengan demikian yang ditugasi harus memperhatikan kehendak yang
menugasinya.
Menarik untuk diperbandingkan bahwa pengangkatan Adam sebagai
khali“fah dijelaskan oleh Allah dalam bentuk mufrad (tunggal) yakni inni
(sesungguhnya aku) dan dengan kata ja’il yang berarti akan mengangkat.
Sedangkan pengangkatan Daud dijelaskan dengan menggunakan kata innñ
(sesungguhnya kami) dun ft’il madli (bentuk kata keJa masa lampau) ja’alnâka
(Kami telah menjadikan kamu).
Kalau kita dapat menerima kaidah yang menyatakan bahwa penggunaan
bentuk plural nama ) untuk menunjuk kepada Allah mengandung makna
keterlibatan pihak lain bersama Allah dalam pekerjaan yang ditunjuk-Nya, maka
ini berarti bahwa dalam pengangkatan Daud sebagai khalifah terdapat
keterlibatan pihak lain selain Allah, yakni masyarakat (pengikut-pengikumya).
Adapun Adam, maka disini wajar apabila pengangkatannya dilukiskan dalam
bentuk tunggal, bukan saja disebabkan ketika itu kekhalifahan yang dimaksud
baru berupa rencana (Aku akan mengangkat), tetapi juga karena ketika itu
peristiwa ini teqadi tidak ada pihak lain bersama Allah yang terlibat dalam

4
pengangkatan tersebut.
Ini berati bahwa Daud dan semua khalifah (pemimpin) yang melibatkan
masyarakat dalam pengangkatannya, harus menyadari bahwa jabatan yang
mereka sandang adalah amanat yang harus dijaga dan dipelihara, dan mereka
dituntut untuk memperhatikan kehendak masyarakat tersebut dan bertanggung
jawab kepada mereka, karena mereka ketika itu termasuk pula sebagai
mustakhlif (yang mengangkat/menjadikan khalifah),
Hubungan antara manusia dan alam atau hubungan manusia dan sesamanya,
bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara
tuan dan hambanya, melakukan hubungan kebersamaan dalam ketundukkan dan
pengabdian kepada Allah SWT. karena itu, kalaupun manusia mampu
mengelola (menguasai), hal tersebut bukan akibat kekuatan yang dimilikinya,
tetapi akibat Tuhan menundukannya untuk manusia, hal ini bergambar dalam al-
Quran antara lain :
1. Surah Ibrahim ayat 32 :

Artinya : Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan


menurunkan air hujan dari langit, kemudia Dia mengeluarkan dengan air
hujan itu berbagai buah- buahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan
dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan pula bagimu sungai-
sungai

2. Surah at-Zukhruf ayat 12-13 :

Artinya : 12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan


dan menjadikan untukmu kapal dan binatang temak yang kamu
tunggangi. 13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu
ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya, dan supaya
kamu mengucapkan “maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua
ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya”

3. Surah al-Zukhruf ayat 32 ditegaskan :

5
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan?, Kami
telah menurunkan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain (agar mereka dapat saling mempergunakan), Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Mungkin kurang tepat dalam hal memahami arti kata sukhriya sebagai
menundukkan. Melakukan, hubungan satu sama lainya adalah hubunga
al- TasWir, dalam arti semua dalam kedudukan yang sama dan yang
membedakan mereka hanyalah partisipasi dan kemampuan masing-
masing. Adalah logisapabila yang kuat lebih mampu untuk memperoleh
bagian yang melebihi perolehan yang lemah.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa keistimewaan tidak dimonopoli
oleh suatu lapisan masyarakat tertentu, atau bahwa ada lapisan
masyarakat yang ditundukkan oleh lapisan masyarakat yang lain, karena,
jika demikian maknanya, maka ayat tersebut di atas tidak akan
menyatakan “agar mereka dapat saling mempergunakan”.
Dari sini kemudian beralih untuk melihat lebih jauh apa saja sifat-sifat
khalifah yang terpuji dan apa pula ruang lingkup tugas-tugas mereka.

2.3 Sifat-sifat Terpuji Seorang Khilafah


Ibnu Khaldun di dalam kitabnya Muqaddimah, mengemukakan bahwa
kata imam mempunyai makna yang sama dengan khalifah. Hanya saja kata
imam digunakan untuk keteladanan sebagaimana imam dalam shalat, karena
ia diambil dari kata yang mengandung arti depan, berbeda dengan khalifah
yang diambil dari kata yang mengandung arti be1akang. Int berarti bahwa
agar dapat memperoleh informasi tentang sifat-sifat terpuji dari seorang
khalifah, harus menelusuri ayat- ayat yang menggunakan kata imam.
Dalam al-Quran, kata imam terulang sebanyak tujuh kali dengan makna
yang berbeda-beda. Namun, kesemuanya bermuara pada arti sesuatu yang
dituju dan atau diteladani. Arti-arti tersebut antara lain:
a. Pemimpin dalam kebajikan, yaitu pada surah:
 al-Baqarah ayat 124 :

َ‫ت لِ ْل ٰكفِ ِر ْين‬


ْ ‫فَا ِ ْن لَّ ْم تَ ْف َعلُوْ ا َولَ ْن تَ ْف َعلُوْ ا فَاتَّقُوا النَّا َر الَّتِ ْي َوقُوْ ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َجا َرةُ ۖ اُ ِع َّد‬

“Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan


mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya
manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

 al-Furqñn ayat 74 :

6
‫َوالَّ ِذ ْينَ يَقُوْ لُوْ نَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن اَ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّر ٰيّتِنَا قُ َّرةَ اَ ْعيُ ٍن َّواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِ ْينَ اِ َما ًما‬

“Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah


kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang
hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang
bertakwa.”

2. Kitab amalan manusia. Yaitu pada surah al-Isra’ ayat 71 :

Artinya: (Ingatlah) suatu hari Kami panggil trap umat dengan imamnya,
dan barangsiapa yang diberikan kitab amaIann Xa di tangan kanannya
maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak di aniaya
sedikitpiin.

3. al-Lauh al-Mah_fuzh„ yaitu pada surah Yasin ayat 12 :

َ ْ‫اِنَّا نَحْ نُ نُحْ ِي ْال َموْ ٰتى َونَ ْكتُبُ َما قَ َّد ُموْ ا َو ٰاثَا َرهُ ۗ ْم َو ُك َّل َش ْي ٍء اَح‬
‫صي ْٰنهُ فِ ْٓي اِ َم ٍام ُّمبِ ْي ٍن‬

“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan


Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas
yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam
Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).”

4. Taurat, yaitu pada surah :


 Hud ayat 17 :

ٰۤ ُ ً ۗ
َ‫ول ِٕىكَ يُْؤ ِمنُوْ ن‬ ‫اَفَ َم ْن َكانَ ع َٰلى بَيِّنَ ٍة ِّم ْن َّرب ِّٖه َويَ ْتلُوْ هُ َشا ِه ٌد ِّم ْنهُ َو ِم ْن قَ ْبلِ ٖه ِك ٰتبُ ُموْ ٰس ٓى اِ َما ًما َّو َرحْ َمة ا‬
‫ك َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر‬ ُّ ‫ك فِ ْي ِمرْ يَ ٍة ِّم ْنهُ اِنَّهُ ْال َح‬
َ ِّ‫ق ِم ْن َّرب‬ ُ َ‫ب فَالنَّا ُر َموْ ِعد ُٗه فَاَل ت‬ ِ ‫بِ ٖه ۗ َو َم ْن يَّ ْكفُرْ بِ ٖه ِمنَ ااْل َحْ َزا‬
ِ َّ‫الن‬
َ‫اس اَل يُْؤ ِمنُوْ ن‬

“Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang yang sudah
mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti oleh
saksi dari-Nya dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi
pedoman dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an).
Barangsiapa mengingkarinya (Al-Qur'an) di antara kelompok-kelompok
(orang Quraisy), maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya,
karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur'an. Sungguh, Al-
Qur'an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak
beriman.”

 a1-AhQaf ayat 12 :

7
‫ق لِّ َسانًا َع َربِيًّا لِّيُ ْن ِذ َر الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُموْ ا‬ َ ‫َو ِم ْن قَ ْبلِ ٖه ِك ٰتبُ ُموْ ٰ ٓسى اِ َما ًما َّو َرحْ َمةً ۗ َو ٰه َذا ِك ٰتبٌ ُّم‬
ٌ ‫ص ِّد‬
َ‫َۖوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُمحْ ِسنِ ْين‬

“Dan sebelum (Al-Qur'an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk
dan rahmat. Dan (Al-Qur'an) ini adalah Kitab yang membenarkannya
dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang
yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik.”
 Jalan yang jelas, yaitu pada surah al-Hijr ayat 79.

‫فَا ْنتَقَ ْمنَا ِم ْنهُ ۘ ْم َواِنَّهُ َما لَبِا ِ َم ٍام ُّمبِ ْي ۗ ٍن‬

“maka Kami membinasakan mereka. Dan sesungguhnya kedua


(negeri) itu terletak di satu jalur jalan raya.

Dari makna di atas terlihat bahwa hanya dua ayat yang dapat dijadikan
nijukan dalam persoalan yang sedang dicari jawabannya, yaitu surah al-
Baqarah ayat 124 yang berbunyi : qâla inni jâ’iluka linnâsi imâmâ qâla
wa min dzurriyatt qâla lâ yanâlu ’ahdi“ al-dhâlimi“n dan surah al-
Furqan ayat 74 : waj’alnâlilmuattaqina imâmâ. Ayat yang terakhir ini,
sebagaimana terlibat, hanya mengandung permohonan untuk dijadikan
imam (teladan) bagi orang-orang yang bertaqwa, sehingga tinggal ayat
al-Baqarah yang diharapkan dapat memberikan informasi.

8
BAB 3 PENAFSIRAN AYAT KHALIFAZ DALAM AL-QURAN

3.1 Penyajian Media’i Ayat Khalifah

3.1.1 Klasifikasi Ayat-ayat makkiyah dan madaniyah

Para Ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surat-surat mat dan madani.
Mereka melihat al-Quran ayat demi ayat dan surat demi surat, untuk disusun
sesuai dengan nuzulnya, serta memperhatikan waktu, tempat, dan pola
kalimatnya. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan
kepada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiyah tentang
ilmu makki dan madani. Dan itu pula sikap ulama dalam melakukan
pembahasan- pembahasan dalam aspek kajian al-Quran lainnya.

Pada pembahasan tentang khalifah, agar diperoleh makna yang mendekati


kebenaran, diperlukan penelusuran terhadap kata-kata dalam al- Quran yang
seakar dengan kata khalifah tersebut. Dan ternyata kata-kata itu disebut
sebanyak 125 kali dalam 14 kata jadian dengan beragam makna serta tersebar
di 40 surat yang terdiri dari 31 surat makkiyah dan 9 surat madaniya.

Surat-surat makkiyah yang memuat kata-kata tersebut antara lain:

al-An’aam (6): 141, 164, 165.

al-a’raf(7): 16, 69. 73, 128, 142, 150, 168, 169.

Yuunus (10): 6, 19, 88, 92, 93, 97.

Huud (11): 57, 88, 110, 119.

Ibrahiim (12): 22, 47.

ar-Ra’d (13): 11, 31.

al-Nahl (16): 13, 39, 64, 69, 92, 124.

al-Israa’ (17): 76.

Maryam (19): 37, 59, 64.

Thaahaa (20): 20, 58, 71, 86, 87, 97.

9
al-Anbiyaa’ (21): 28.

al-Mu’minuun (23): 80.

al-Furqaan (25): 62. 14. as-Syu’araa’ (26): 49. 15. an-Naml (27): 62, 76. 16.
ar-Ruum (30): 6, 22.

as-Sajdah (32): 25.

Saba’ (34): 9, 39.

Faathir (35): 27, 28, 39.

Yaasiin (36): 9, 45.

Shaad (38), 26.

dsb.

Sedangkan yang ada di surat madaniyah antara lain:

al-Baqarah (2): 30, 66, 80, 110. 113, 175, 213, 153, 255.

Ali Imraan (3): 9, 19, 55, 105, 170, 190, 194.

an-Nisaa’ (4): 9, 82, 157.

al-Maa’idah (5): 33, 48.

al-Anfaa1 (8): 42, 58.

at-Taubah (9): 77, 81, 83, 87, 93, 118, 120.

al-Hajj (22): 47, 69, 76.

an-Nuur (24): 55, 63.

al-Hadiid (57): 7.

3.1.2 Klasifikasi turunan kata khalifah.


Memiliki makna yang beragam itu, antara lain:
- kata khali“fah itu sendiri yang memiliki makna “pengganti”, kata ini
dijumpai di dalam surat:
al-Baqarah (2): 30.
Shaad (38): 26.

10
- kata khalâ’if yang merupakan bentuk plural (jamak) dan mempunyai arti
“para penguasa”. Kata ini terdapat di dalam 4 ayat dalam 3 surat, yaitu:
Yñnus (10): 14, 73.
Fâlhir (33): 39.
al-An’aam (6): 165.
- kata khulafâ , berbentuk plural dari kata khalifah, dun mempunyai arti
“orang-orang yang menggantikan”. Kata ini dijumpai di 3 ayat dalam 2
surat, yaitu:
al-a’raf(7): 69, 74.
an-Naml (27): 62.
- kata Khalf yang memiliki arti “generasi penerus”, kata ini dijumpai di 2
ayat dalam 2 surat, yaitu:
al-a’raf(7): 169.
Maryam (19): 59.
Dari penjelasan al-Quran seputar kekhalifahan Adam dan Daud, serta
persamaan keduanya di banyak hal, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

- kata khali“fah digunakan dalam al-Quran untuk siapa saja yang diberi kekuasaan
mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. Dalam hal ini, Nabi Daud a.s.
(947-1000 S.M.) mengelola wilayah Palestine, sedangkan Nabi Adam a.s. secara
potential diberi tugas mengelola bumi keseluruhannya pada awal masa sejarah
umat manusia.
- Bahwa seorang khallfah berpotensi, bahkan secara faktual dapat melakukan
kekelinian dan kesalahan akibat mengikuti hawa nafsu. Karena itu, baik Nabi
Adam as. maupun Nabi Daud a.s. diberi peringatan agar tidak mengikuti hawa
nafsu, sebagaimana firman

11
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kata Khalfiah, ternyata memiliki arti bahwa ia adalah orang yang diberi
kekuasaan untuk mengelola suatu wilayah, baik luas maupun terbatas.
Artinya secara potensial ia diberi tugas mengelola burnt keseluruhannya.
Posisi khal ah disini, menghantarkan manusia diberi kewenangan untuk
mengatur dan rnemimpin kehidupan dunia seisinya. Semua kekayaan alani,
baik yang di laut, darat, perut burnt, maupun udara dipersiapkan untuk
manusia. Dan karena diberi kedudiikan oleh Allah untuk mengelola bumi,
maka manusia berkewajiban untuk rnenciptakan suatu masyarakat yang
hubungannya dengan Allah bait kehidupan rnasyarakatnya harmonis, dan
agama, akal, serta budayanya terpelih
2. Tugas-tugas dan tanggungjawab manusia sebagai Malifah adalah .- menjaga
dan melindungi agama, rnenegakkan supremasi hukum, nlenciptakan dan
meningkatkan stabilitas keamanan/ekonomi/politik, rnenjaga wilayah/daerah
teretorial kekuasaannya, rnengalokasikan dana negara tepat waktu dan tepat
sasaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan kesejahteran dan kemakmuran
masyarakat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Hakim, Atang, 2004. Metodologi Studi Islam, Bndung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ali, H. Zainuddin. 2007. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
al-Anshari, ibn Hisyam,.Jama1 al-Din. t.t. Mughni al-Labib, Jakarta: Nur al-Tsaqafah
al-Islamiyah.

Baidan, nashruddin, 1998. Mrtodologi Penafsiran Al-Quran, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Hasbi Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad, 2000. Tafsir, Al-Qurarlul-Majid An-Nur,


Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Hawari, H. Dadang. 1997. al-Quran Ilmu Kedolaeran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima.

Ibn Katsir, Al-Hafidz, 2006. tafsir al-Quran al-’Adziim, Beirut: dar al-Fikri. Khaldun,
Ibnu. (t.t.) Muqaddimah, Beirut: Dar al-Fikir.
Al-Mawardi. 1971. al-Ahakam al-Sulthaniyah wa al-Wilayah al-Diniyah, Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah.

Muthahari, Murtadha. 1992. Perspektif Al-Quran tentang Manusia dan Agama,


Bandung: Mizan.

Nasaruddin, M. dkk, 1994. Konsep Agama Islam tentang Bersih dan Implikasinya
dalam Eehidupan Masyarakat, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Nasution, Harun. 1995. Islam Nasional: tsagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan.
Nawawi, Hadari, 1998. KepemimRinan Menurut Islam, Yogyakarta:
Gajah Mada

IV

Anda mungkin juga menyukai