Disusun Oleh:
Fitri Nuraeni Sholihah (20322013)
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah Subhanahu wa ta’ala yang
telah memberikan rahmat dan berkat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Risalah Al-Insan”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas evaluasi akhir semester mata
kuliah Teknik Pengantar Karya Tulis Ilmiah.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan masukan dari
berbagai pihak, terutama dosen pengajar yang telah memberikan kesempatan pada
kami untuk bisa belajar menulis karya tulis sederhana dan memberikan masukan
demi perbaikan makalah ini sehingga dapat menambah wawasan kami serta untuk
teman-teman yang telah ikut membantu dalam pembuatan makalah ini. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang
telah memberikan support, dosen pengajar mata kuliah Pendidikan Agama dan
teman-teman yang dengan caranya masing-masing turut serta memberi masukan
guna memperkaya isi makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dalam susunan maupun isinya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kebaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa SI Teknik Industri khususya.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................................3
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................IV
II
BAB 1 PENDAHULUAN
Artinya: Dan sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik, dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempuma atas kebanyakan
makhluk yang Kami ciptakan.'
Kemuliaan ini, semakin mantap lagi dengan diberikannya gelar khalifah
Tuhan di muka bumi
Posisi khalifah disini, menghantarkan manusia diberi kewenangan untuk
mengatur dan memimpin kehidupan dunia seisinya. Semua kekayaan alam, baik
yang di darat, laut, perut bumi, maupun udara dipersiapkan untuk manusia.
Meskipun demikian, tatkala para malaikat mendengar firman Tuhan tersebut,
segera melancarkan aksi protes:
ٰۤ
ُ ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ نQك ال ِ ْك لِ ْل َمل ِٕى َك ِة ِانِّ ْي َجا ِع ٌل فِى ااْل َر
ُ ِفQض خَ لِ ْيفَةً ۗ قَالُ ْٓوا اَتَجْ َع ُل فِ ْيهَا َم ْن يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْس َ َُّواِ ْذ قَا َل َرب
َك َونُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُموْ ن َ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Al-Baqarah : 30 )
Protes inipun langsung dijawab Tuhan qâla inni a’lamu mâ lâ ta’lamun
(Tuhan berfirman “sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tidak kamu
ketahui )
Dialog Tuhan dengan para malaikat di atas memberikan suatu indikasi bahwa
makhluk mulia yang bemama manusia itu sebenamya memiliki suatu potensi
konflik yang luar biasa. Sungguh-pun sudah diberi gelar khalifah dun menjadi
makhluk mulia, ia rawan untuk melakukan ifsad (pengrusakan, penjarahan,
pembakaran, huni-hara, dan sejenisnya), juga tega melakukan ifsakuddima
(pertumpahan darah, pembunuhan, penyiksaan, penculikan, perkosaan, dan lain
sebagainya). Sekalipun telah diprogramkan menjadi pengatur dunia sekaligus
1
dimuliakan di antara makhluk lain, manusia juga berbakat menjadi penjahat
dan pengobrak-abrik aturan yang potensinya juga melebihi makhluk lain.
Makna dari pengertian khalifah adalah sebagai pengganti. Jadi khalifah Allah
berarti pengganti Allah. Pengertian itu menurut Dawam Rahardjo dalam buku
ensiklopedi al-Quran mempunyai tiga makna. Pertama Khalifah Allah adalah
Adam. Oleh karena Adam merupakan simbul bagi seluruh manusia, maka dapat
dikatakan bahwa manusia adalah khalifah. Kedua, khalifah Allah adalah suatu
generasi penerus atau pengganti, dalam arti kedudukan khalifah diemban secara
kolektif oleh suatu generasi. Ketiga, khalifah Allah
2
BAB 2 PEMBAHASAN
Dalam surat Shaad ayat 26 juaga, Allah telah menjadikan nabi Daud sebagai
raja Bani Isra’il, kepadanya diperintahkan agar menggunakan kekuasaanya
untuk memerintah umatnya secara adil (dalam ayat disebut bi al-Haqq). Di sini
kita dapat mengambil suatu makna bahwa asas pertama kekuasaan adalah
keadilan, sebuah kekuasaan, pemerintahan, atau kepemimpinan harus
3
didasarkan atas keadilan, dijalankan secara adil dan berfungsi untuk
menegakkan keadilan.
Dari ayat-ayat tersebut dapat diketahui bahwa kata khalifah dalam bentuk
tunggal terulang dua kali dalam al-Quran, yaitu dalam surah al-Baqarah ayat 30
dan surah Shaad ayat 26. Sedangkan bentuk pluralnya ada dua macam yaitu
khalaif dan khulafa’.
4
pengangkatan tersebut.
Ini berati bahwa Daud dan semua khalifah (pemimpin) yang melibatkan
masyarakat dalam pengangkatannya, harus menyadari bahwa jabatan yang
mereka sandang adalah amanat yang harus dijaga dan dipelihara, dan mereka
dituntut untuk memperhatikan kehendak masyarakat tersebut dan bertanggung
jawab kepada mereka, karena mereka ketika itu termasuk pula sebagai
mustakhlif (yang mengangkat/menjadikan khalifah),
Hubungan antara manusia dan alam atau hubungan manusia dan sesamanya,
bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan, atau antara
tuan dan hambanya, melakukan hubungan kebersamaan dalam ketundukkan dan
pengabdian kepada Allah SWT. karena itu, kalaupun manusia mampu
mengelola (menguasai), hal tersebut bukan akibat kekuatan yang dimilikinya,
tetapi akibat Tuhan menundukannya untuk manusia, hal ini bergambar dalam al-
Quran antara lain :
1. Surah Ibrahim ayat 32 :
5
Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan?, Kami
telah menurunkan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain (agar mereka dapat saling mempergunakan), Dan
rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Mungkin kurang tepat dalam hal memahami arti kata sukhriya sebagai
menundukkan. Melakukan, hubungan satu sama lainya adalah hubunga
al- TasWir, dalam arti semua dalam kedudukan yang sama dan yang
membedakan mereka hanyalah partisipasi dan kemampuan masing-
masing. Adalah logisapabila yang kuat lebih mampu untuk memperoleh
bagian yang melebihi perolehan yang lemah.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa keistimewaan tidak dimonopoli
oleh suatu lapisan masyarakat tertentu, atau bahwa ada lapisan
masyarakat yang ditundukkan oleh lapisan masyarakat yang lain, karena,
jika demikian maknanya, maka ayat tersebut di atas tidak akan
menyatakan “agar mereka dapat saling mempergunakan”.
Dari sini kemudian beralih untuk melihat lebih jauh apa saja sifat-sifat
khalifah yang terpuji dan apa pula ruang lingkup tugas-tugas mereka.
al-Furqñn ayat 74 :
6
َوالَّ ِذ ْينَ يَقُوْ لُوْ نَ َربَّنَا هَبْ لَنَا ِم ْن اَ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّر ٰيّتِنَا قُ َّرةَ اَ ْعيُ ٍن َّواجْ َع ْلنَا لِ ْل ُمتَّقِ ْينَ اِ َما ًما
Artinya: (Ingatlah) suatu hari Kami panggil trap umat dengan imamnya,
dan barangsiapa yang diberikan kitab amaIann Xa di tangan kanannya
maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak di aniaya
sedikitpiin.
َ ْاِنَّا نَحْ نُ نُحْ ِي ْال َموْ ٰتى َونَ ْكتُبُ َما قَ َّد ُموْ ا َو ٰاثَا َرهُ ۗ ْم َو ُك َّل َش ْي ٍء اَح
صي ْٰنهُ فِ ْٓي اِ َم ٍام ُّمبِ ْي ٍن
ٰۤ ُ ً ۗ
َول ِٕىكَ يُْؤ ِمنُوْ ن اَفَ َم ْن َكانَ ع َٰلى بَيِّنَ ٍة ِّم ْن َّرب ِّٖه َويَ ْتلُوْ هُ َشا ِه ٌد ِّم ْنهُ َو ِم ْن قَ ْبلِ ٖه ِك ٰتبُ ُموْ ٰس ٓى اِ َما ًما َّو َرحْ َمة ا
ك َو ٰل ِك َّن اَ ْكثَ َر ُّ ك فِ ْي ِمرْ يَ ٍة ِّم ْنهُ اِنَّهُ ْال َح
َ ِّق ِم ْن َّرب ُ َب فَالنَّا ُر َموْ ِعد ُٗه فَاَل ت ِ بِ ٖه ۗ َو َم ْن يَّ ْكفُرْ بِ ٖه ِمنَ ااْل َحْ َزا
ِ َّالن
َاس اَل يُْؤ ِمنُوْ ن
“Maka apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang yang sudah
mempunyai bukti yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhannya, dan diikuti oleh
saksi dari-Nya dan sebelumnya sudah ada pula Kitab Musa yang menjadi
pedoman dan rahmat? Mereka beriman kepadanya (Al-Qur'an).
Barangsiapa mengingkarinya (Al-Qur'an) di antara kelompok-kelompok
(orang Quraisy), maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya,
karena itu janganlah engkau ragu terhadap Al-Qur'an. Sungguh, Al-
Qur'an itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak
beriman.”
a1-AhQaf ayat 12 :
7
ق لِّ َسانًا َع َربِيًّا لِّيُ ْن ِذ َر الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُموْ ا َ َو ِم ْن قَ ْبلِ ٖه ِك ٰتبُ ُموْ ٰ ٓسى اِ َما ًما َّو َرحْ َمةً ۗ َو ٰه َذا ِك ٰتبٌ ُّم
ٌ ص ِّد
ََۖوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُمحْ ِسنِ ْين
“Dan sebelum (Al-Qur'an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk
dan rahmat. Dan (Al-Qur'an) ini adalah Kitab yang membenarkannya
dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang
yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang
berbuat baik.”
Jalan yang jelas, yaitu pada surah al-Hijr ayat 79.
فَا ْنتَقَ ْمنَا ِم ْنهُ ۘ ْم َواِنَّهُ َما لَبِا ِ َم ٍام ُّمبِ ْي ۗ ٍن
Dari makna di atas terlihat bahwa hanya dua ayat yang dapat dijadikan
nijukan dalam persoalan yang sedang dicari jawabannya, yaitu surah al-
Baqarah ayat 124 yang berbunyi : qâla inni jâ’iluka linnâsi imâmâ qâla
wa min dzurriyatt qâla lâ yanâlu ’ahdi“ al-dhâlimi“n dan surah al-
Furqan ayat 74 : waj’alnâlilmuattaqina imâmâ. Ayat yang terakhir ini,
sebagaimana terlibat, hanya mengandung permohonan untuk dijadikan
imam (teladan) bagi orang-orang yang bertaqwa, sehingga tinggal ayat
al-Baqarah yang diharapkan dapat memberikan informasi.
8
BAB 3 PENAFSIRAN AYAT KHALIFAZ DALAM AL-QURAN
Para Ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surat-surat mat dan madani.
Mereka melihat al-Quran ayat demi ayat dan surat demi surat, untuk disusun
sesuai dengan nuzulnya, serta memperhatikan waktu, tempat, dan pola
kalimatnya. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan
kepada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiyah tentang
ilmu makki dan madani. Dan itu pula sikap ulama dalam melakukan
pembahasan- pembahasan dalam aspek kajian al-Quran lainnya.
9
al-Anbiyaa’ (21): 28.
al-Furqaan (25): 62. 14. as-Syu’araa’ (26): 49. 15. an-Naml (27): 62, 76. 16.
ar-Ruum (30): 6, 22.
dsb.
al-Baqarah (2): 30, 66, 80, 110. 113, 175, 213, 153, 255.
al-Hadiid (57): 7.
10
- kata khalâ’if yang merupakan bentuk plural (jamak) dan mempunyai arti
“para penguasa”. Kata ini terdapat di dalam 4 ayat dalam 3 surat, yaitu:
Yñnus (10): 14, 73.
Fâlhir (33): 39.
al-An’aam (6): 165.
- kata khulafâ , berbentuk plural dari kata khalifah, dun mempunyai arti
“orang-orang yang menggantikan”. Kata ini dijumpai di 3 ayat dalam 2
surat, yaitu:
al-a’raf(7): 69, 74.
an-Naml (27): 62.
- kata Khalf yang memiliki arti “generasi penerus”, kata ini dijumpai di 2
ayat dalam 2 surat, yaitu:
al-a’raf(7): 169.
Maryam (19): 59.
Dari penjelasan al-Quran seputar kekhalifahan Adam dan Daud, serta
persamaan keduanya di banyak hal, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- kata khali“fah digunakan dalam al-Quran untuk siapa saja yang diberi kekuasaan
mengelola wilayah, baik luas maupun terbatas. Dalam hal ini, Nabi Daud a.s.
(947-1000 S.M.) mengelola wilayah Palestine, sedangkan Nabi Adam a.s. secara
potential diberi tugas mengelola bumi keseluruhannya pada awal masa sejarah
umat manusia.
- Bahwa seorang khallfah berpotensi, bahkan secara faktual dapat melakukan
kekelinian dan kesalahan akibat mengikuti hawa nafsu. Karena itu, baik Nabi
Adam as. maupun Nabi Daud a.s. diberi peringatan agar tidak mengikuti hawa
nafsu, sebagaimana firman
11
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kata Khalfiah, ternyata memiliki arti bahwa ia adalah orang yang diberi
kekuasaan untuk mengelola suatu wilayah, baik luas maupun terbatas.
Artinya secara potensial ia diberi tugas mengelola burnt keseluruhannya.
Posisi khal ah disini, menghantarkan manusia diberi kewenangan untuk
mengatur dan rnemimpin kehidupan dunia seisinya. Semua kekayaan alani,
baik yang di laut, darat, perut burnt, maupun udara dipersiapkan untuk
manusia. Dan karena diberi kedudiikan oleh Allah untuk mengelola bumi,
maka manusia berkewajiban untuk rnenciptakan suatu masyarakat yang
hubungannya dengan Allah bait kehidupan rnasyarakatnya harmonis, dan
agama, akal, serta budayanya terpelih
2. Tugas-tugas dan tanggungjawab manusia sebagai Malifah adalah .- menjaga
dan melindungi agama, rnenegakkan supremasi hukum, nlenciptakan dan
meningkatkan stabilitas keamanan/ekonomi/politik, rnenjaga wilayah/daerah
teretorial kekuasaannya, rnengalokasikan dana negara tepat waktu dan tepat
sasaran, dan hal-hal lain yang terkait dengan kesejahteran dan kemakmuran
masyarakat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Hakim, Atang, 2004. Metodologi Studi Islam, Bndung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ali, H. Zainuddin. 2007. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
al-Anshari, ibn Hisyam,.Jama1 al-Din. t.t. Mughni al-Labib, Jakarta: Nur al-Tsaqafah
al-Islamiyah.
Hawari, H. Dadang. 1997. al-Quran Ilmu Kedolaeran Jiwa dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: Dana Bhakti Prima.
Ibn Katsir, Al-Hafidz, 2006. tafsir al-Quran al-’Adziim, Beirut: dar al-Fikri. Khaldun,
Ibnu. (t.t.) Muqaddimah, Beirut: Dar al-Fikir.
Al-Mawardi. 1971. al-Ahakam al-Sulthaniyah wa al-Wilayah al-Diniyah, Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiyah.
Nasaruddin, M. dkk, 1994. Konsep Agama Islam tentang Bersih dan Implikasinya
dalam Eehidupan Masyarakat, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Nasution, Harun. 1995. Islam Nasional: tsagasan dan Pemikiran, Bandung: Mizan.
Nawawi, Hadari, 1998. KepemimRinan Menurut Islam, Yogyakarta:
Gajah Mada
IV