Anda di halaman 1dari 5

dakwatuna.

com

Perjalanan Hidup Manusia


Iman Santoso, Lc. MEI. dalam rubrik AqidahPada 21/02/07 | 11:11
dakwatuna.com – Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-
liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam
barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi
manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan
panjang manusia itu.

Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan
pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan
dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada
menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.

Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas membantah teori
itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah Al-Qur’an dengan
hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang
mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian
berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama
adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis
manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita,
maka lahirlah manusia.

Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa
haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir” (HR
Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang
pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-
Tirmidzi).

Alam Arwah

Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya Allah telah
menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan
manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia
diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya.

Alam Rahim

Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah,
40 hari berupa ‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging),
kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan,
maka lahirlah manusia ke dunia.

Alam Dunia

Alam Barzakh

Alam Akhirat (Hari Akhir)

Surga dan Neraka

Tujuan Hidup Menurut Islam


1. Menyembah Allah

Adapun tujuan hidup manusia yang paling utama adalah untuk menyembah dan beribadah kepada
Allah SWT. Sebagai hamba Allah, manusia wajib menjalankan segala perintah dan menjauhi
segala laranganNya. Manusia juga harus menjadikan rukun iman dan rukun islam sebagai
pedoman hidupnya. Berikut ini adalah ayat yang menyebutkan kewajiban manusia untuk
beribadah kepada Allah SWT

َ ‫ت ْال ِجنَّ َواِإْل ْن‬


ِ ‫س ِإاَّل ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
(Qs Adz zariyat : 56).

2. Menjalankan perannya sebagai khalifah

Manusia adalah khalifah di muka bumi dan setiap manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri.
Istilah khalifah disini adalah pemimpin dimana manusai bertanggung jawab menjaga
keberlangsungan hidupnya dan alam sekitarnya. Sebagai makhluk yang dikaruniai akal maka
manusia memiliki kewajiban untuk mengelola sumber daya alam dan menjaga kelestariannya.
Tidak hanya itu, manusia juga berkewajiban untuk menjaga dirinya sendiri dari perilaku yang
tidak baik karena setiap perlakuan atau perbuatan manusia di dunia kelak akan dimintai
pertanggung jawabannya. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 30 yang
bunyinya (baca hakikat manusia menurut islam)

ُ ِ‫ض خَ لِيفَةً ۖ قَالُوا َأتَجْ َع ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف‬


َ َ‫كَ ۖ ق‬Yَ‫دِّسُ ل‬Yَ‫ ِدكَ َونُق‬Y‫بِّ ُح بِ َح ْم‬Y‫ ِّد َما َء َونَحْ نُ نُ َس‬Y‫ك ال‬
‫ال‬Y ِ ْ‫اع ٌل فِي اَأْلر‬
ِ ‫ال َربُّكَ لِ ْل َماَل ِئ َك ِة ِإنِّي َج‬
َ َ‫َوِإ ْذ ق‬
َ‫ِإنِّي َأ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون‬
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.
(QS Al Baqarah :30)

3. Meneruskan Ajaran islam

Tidak hanya beribadah dan menjalankan tugasnya sebagai khalifah, manusia juga wajib menuntut
ilmu dan meneruskannya (baca hukum menuntut ilmu) pada generasi selanjutnya agar ajaran islam
tetap terjaga hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan menurut islam yang menyebutkan bahwa
ilmu pendidikan islam bukan hanya ilmu yang diajarkan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah
SWT akan tetapi juga untuk menuntun perilaku manusia dan menunjukkan perbuatan amar
ma’ruf nahi mungkar. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah surat Al imran ayat 104
yang bunyinya

َ‫َر ۚ َوُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْالخَ ي ِْر َويَْأ ُمرُونَ ِب ْال َم ْعر‬
ِ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ ع َِن ْال ُم ْنك‬

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.“(QS Al Imran : 104)

Tujuan hidup manusia tersebut hendaknya dipahami dan dilaksanakan oleh manusia karena tanpa
tercapainya tujuan hidup tersebut maka tuhas manusia di bumi ini tidaklah dapat terpenuhi.

. Berikut adalah penjelasan mengenai tujuan penciptaan manusia :

Mengabdi Kepada Allah SWT Sebagai Illah


”Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”
(QS Adzariyat : 54)

Menjadi Khalifah fil Ard dan Tidak Berbuat Kerusakan di Muka Bumi
Tugas manusia adalah menjadi khalifah di muka bumi. Khalifah sendiri bisa bermakna pemimpin
atau penggganti. Misi ini adalah hakikat manusia menurut islam yang harus dilakukan. Untuk
mengetahui apa sebetulnya makna khalifah maka perlu memahaminya lebih dalam lagi dengan
pendekatan ayat Al-Quran.

Manusia Menjadi Pemimpin-Pengelola di Muka Bumi


“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
(QS : Al Baqarah : 30)

Manusia Tidak Berbuat Kerusakan dan Melakukan Keadilan


Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan (QS. Al-Qasas [28] : 77)

Menegakkan Keadilan Antar Sesama Manusia


Sebagaimana yang disampaikan di ayat berikut, bahwa keadilan dan hak-hak manusia perlu dijaga
keadilan dan keseimbangannya oleh umat manusia. Menjadi khalifah fil ard bukan hanya
mengurus alam dan kondisi sendiri, melainkan juga memperhatikan hak-hak hidup orang lain dan
berlaku adil. Hal ini menjaga kedamaian di muka bumi serta melangsungkan keadilan adalah nilai-
nilai dasar dari ajaran islam yang Rasulullah SAW ajarkan kepada umat islam.

“Dan Syu’aib berkata: “Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan
janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat
kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”. (QS. Hud [11] : 85)

Mengejar Tujuan Akhirat


Kehidupan di dunia adalah sementara. Untuk itu, dunia bukan tujuan akhir dari kehidupan
manusia dan juga bukan tujuan dari penciptaan manusia untuk tinggal di bumi. Kehidupan sejati
adalah di Akhirat nanti. Untuk itu Allah senantiasa menyuruh melakukan kebaikan untuk
mendapatkan pahala akhirat, menyampaikan kebahagiaan surga dan penderitaan neraka, serta
memotivasi di setiap ibadah dan perilaku kebaikan dengan balasan pahala. Untuk itu Allah
menuntun manusia menuju akhirat dengan memberikan petunjuk agama. Fungsi agama adalah
untuk menuntun manusia agar tidak terlena dengan kehidupan sementara dan senantiasa mengejar
akhirat.

Allah Menyuruh untuk Berlomba-lomba Mengejar Pahala Akhirat


“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamuberada, pasti Allah akan
mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS Al
Baqarah : 148)

Dalam ayat di atas diketahui bahwasanya Allah sendiri menyuruh manusia untuk berlomba-lomba
mengejar pahala akhirat dengan kebaikan. Segala kebaikan tersebut akan diganti dengan
kehidupan yang sangat baik yaitu di Surga.

Untuk itu, pahala akhirat bukan hanya simbol belaka namun sebagai credit poin kehidupan
manusia untuk mempersiapkannya hingga akhir hidup nanti. Allah Maha Adil untuk menghitung
poin tersebut sesuai dengan perilaku manusia ketika di dunia.

Sukses Menurut Al-Qur'an

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat
nama tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan
duniawi. Sedang kehidupan akhirat lebih baik dan kekal.”(QS. A'Alaa, 87: 14 - 17)

Siapakah orang yang tak ingin meraih kesuksesan? Tentunya, setiap orang mengidam-idamkan
kesuksesan. Pada umumnya, masyarakat memahami arti kesuksesan identik dengan pencapaian
cita-cita, harapan, serta keinginan. Simpelnya - Kata sukses berarti pencapaian keberhasilan atau
keberuntungan atas wujud nyata dari apa-apa yang dicita-citakan.

Lantas bagaimana makna, “Sukses Menurut Alquran?” Dalam Alquran kata sukses terbagi
menjadi 3 (tiga); al-falaah, an-najaat, danal-fauz. Menurut tata bahasa, al-falaah berarti
kemenangan, kelestarian, kekekalan, keberuntungan, dan kebertahanan hidup. An-najaat berarti
keselamatan atau keterhindarandari bencana serta kegagalan, dan terhalaunya hambatan. Adapun
al-fauz berarti keberhasilan atau keberuntungan yang baik.

Dari ketiga kata yang bermakna sukses tersebut di atas, yang mendominasi disebut dalam Alquran
adalah Al-falaah. Ini membuktikan pengertian secara bahasa dari kata Al-falaah sudah mencakup
makna an-najaat dan al-fauz. Lebih dari 15 kali, kata Al-falaah disebutkan dalam Alquran, baik
variasi ataupun derivasinya.

Beragam ayat dalam Alquran yang berkaitan dengan al-falaah, hampir rata-rata berisikan
implementasi dan merefleksikan 5 hal tersebut di bawah ini.

Bebas dari hal-hal yang membuat rugi, sakit, dan memperburuk keadaan diri (An-
najaat),Mendapatkan dan meraih keadaan dan kondisi yang layak, baik dan sentosa (Al-
falaah),Tercapainya harapan serta cita-cita (Al-fauz),Menang dan berhasil menaklukkan berbagai
rintangan (Al-fauz wa an-najaat),Menggapai 'keabadian' hidup (al-falaah), keberadaannya
dikenang secara positif sepanjang sejarah, mendapatkan kehidupan damai (kekal) di dunia dan
kehidupan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai