Anda di halaman 1dari 9

Zalim Menurut Islam

Zalim secara bahasa mengandung pengertian "aniaya/celaka" . Zalim secara istilah mengandung
pengertian "berbuat aniaya/celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara2 bathil yang keluar
dari jalur syariat Agama Islam". Disisi lain zalim bererti "menempatkan/meletakkan sesuatu tidak
kena/sesuai dengan tempatnya".
Zalim merupakan perbuatan yang di larang oleh Allah SBT dan termasuk dari salah satu dosa2 besar.
Manusia yang berbuat zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa yang pedih di akhirat kelak.
Sebagaimana antara firman2 Allah SBT dalam Al Quran;
"Sesungguhnya dosa besar itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui
batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih". (Surah Asy-Syura : 42)
"Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang amat besar."(Surah Luqman, ayat 13)
Dalam ayat2 Al Quran yg.lain, sifat2 mereka yang zalim meliputi:
menyembah selain Allah (Al-Baqarah: 165 dan Huud:101); menurut hawa nafsu dan mengkhianati orang
lain (al-Maaidah:47); angkuh dan sombong (al-Kahfi:35); mengecam dan mencemuh orang lain (al-
Anbiyaa:13); dan sering melakukan penafian atau mengeluarkan dakwaan secara auta (al-Ankabut:46)
Kalau kita kumpulkan macam-macam perbuatan zalim menurut pengertian di atas, mungkin akan sangat
banyak kita dapatkan perbuatan tersebut pada diri kita, ataupun pada diri saudara-saudara kita yang
lainnya.

Pemimpin yang membawa azab

Syaikul Islam Imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin pernah memberikan nasihat tentang cara
berinteraksi dengan pemimpin yang zalim.
"Jangan bergaul dengan para pemimpin dan pembesar yang zalim, bahkan jangan menemuinya.
Berjumpa dan bergaul dengan mereka hanya membawa petaka. Dan sekiranya kamu terpaksa bertemu,
jangan memuji-muji mereka, kerana Allah sangat murka ketika orang fasik dan zalim dipuji. Dan
barangsiapa mendoakan mereka panjang umur, maka sesungguhnya dia suka agar Allah didurhakai di
muka bumi. "
Tidak hanya tentang pertemuan, bahkan Imam al Ghazail mengeluarkan larangan menerima pemberian
dari penguasa yang zalim.
"Jangan menerima apa-apa pemberian dari golongan pembesar, meski kamu tahu pemberian itu
berpunca dari yang halal. Sebab, sikap tamak mereka akan merosakkan agama. Pemberian itu akan
menimbulkan rasa simpati (jika diterima). Lalu kamu akan mula menjaga kepentingannya mereka dan
berdiam diri atas kezaliman yang mereka lakukan. Dan itu semua telah merosakkan agama. "
Peringatan susulan juga diungkapkan. Sekecil-kecilnya mudharat ketika seseorang menerima hadiah dari
penguasa adalah, akan muncul rasa saya terhadap mereka. "Seterusnya kami akan mendoakan mereka
kekal dan lama di atas kedudukannya. Mengharapkan orang yang zalim lama berkuasa sama seperti
mengharapkan kezaliman berpanjangan atas hamba-hamba Allah dan alam akan musnah binasa. "
Jika sudah demikian, Imam al Ghazali mengajukan soalan yang luar biasa menyeramkan. "Apalagi yang
lebih buruk dibanding dengan kerosakan agama?"
Setiap penguasa, selalu mempunyai kemungkinan untuk berbuat zalim, kecuali penguasa yang beriman
kepada Allah, berteman dan dikeliling orang-orang yang beriman pula. Mereka saling mengingatkan dan
memberi nasihat, hanya demi kebaikan, dan bukan untuk kepentingan.
Tapi ketika seorang penguasa dikelilingi orang-orang yang busuk dan jahat, maka kezaliman hanya
tinggal menunggu masa untuk dirasakan. Dan ketika semua itu terjadi, kerosakan akan bermaharajalela,
kehancuran di depan mata, menggelincirkan manusia dari jalan kebenaran dan menjadikan kesesatan
sebagai panutan. Kerana itu, pemimpin yang zalim masuk menjadi salah satu golongan yang paling
dibenci oleh Allah SWT.
Rasulullah bersabda, "Ada empat golongan yang paling Allah benci. Peniaga yang banyak bersumpah,
orang fakir yang sombong, orang tua yang berzina, dan seorang pemimpin (penguasa) yang zalim." (HR.
An-Nasai)
Bahkan, Rasulullah memberikan penegasan sanksi atas para pemimpin yang zalim. Dalam Shahih
Bukhari Muslim disebutkan, Rasulullah bersabda, "Tidaklah ada seseorang hamba yang Allah beri
kepercayaan untuk memimpin, kemudian pada saat matinya dia berada dalam (keadaan) melakukan
penipuan terhadap rakyatnya, kecuali akan diharamkan atasnya untuk masuk syurga."
Alangkah ruginya para pemimpin seperti ini. Dan alangkah malangnya umat dan rakyat yang mendapat
pemimpin seperti ini. Ketika seorang pemimpin zalim berkuasa, maka yang bertanggung jawab bukan
hanya para pelaku kekuasaan; raja, maharaja, presiden bahkan gabenor dan kepala desa. Umat dan
rakyat pun akan bertanggung jawab memikul beban penguasa yang zalim.
Ibnu Taimiyyah dalam karyanya Siyasah Syari'iyah mengutip sebuah hadis Rasulullah yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad. "Barangsiapa yang mengangkat seseorang (pemimpin) untuk mengurusi perkara
kaum Muslimin sementara dia mendapati ada seseorang yang lebih layak daripada orang yang
diangkatnya, maka dia telah berkhianat pada Allah SWT dan Rasul-Nya."
Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari sahabat Jabir ra, Rasulullah juga menegaskan bahawa mereka
yeng memilih pemimpin dengan pamrih duniawi maka Allah tidak akan menyapa orang-orang seperti ini
di akhirat nanti.
"Ada tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak dilihat dan tidak akan
disucikan, dan bagi mereka azab yang pedih. Mereka adalah; Orang yang mempunyai kelebihan air di
padang pasir namun tidak mau memberikannya kepada orang yang berada di tengah perjalanan; orang
yang menawarkan barang dagangan kepada orang lain setelah Ashar, lalu ia bersumpah dengan nama
Allah bahawa ia telah membelinya sekian dan sekian sehingga lawannya mempercayainya, padahal
sebenarnya tidaklah demikian; dan seseorang yang mengikrarkan kepatuhannya kecuali untuk
kepentingan dunia (harta), bila sang pemimpin memberinya ia akan patuh dan bila tidak memberinya ia
tidak akan mematuhinya. "
Jauh-jauh hari, sesungguhnya Allah telah melakukan perlindungan agar kita tidak mempunyai
kecenderungan hati pada orang-orang yang zalim. Sebab, kecenderungan itu akan mengantarkan kita
pada azab yang pedih.
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api
neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian
kamu tidak akan diberi pertolongan." (QS Hud [11]: 113)
Sungguh, seorang pemimpin sejatinya adalah sebuah perisai yang melindungi rakyatnya. Seperti sabda
Rasulullah, "Sesungguhnya seorang pemimpin itu merupakan perisai, rakyat akan berperang di belakang
serta berlindung dengannya. Bila ia memerintah untuk takwa kepada Allah azza wa jalla serta bertindak
adil, maka ia akan memperoleh pahala. Namun bila ia memerintah dengan selainnya, maka ia akan
mendapatkan akibatnya. "(HR Muslim)
Pemimpin dan yang dipimpin adalah mata rantai yang tidak boleh dipisahkan. Pemimpin lahir dari dan
terpilih oleh orang-orang yang akan dipimpin. Ketika seorang pemimpin bersalah, maka bersalah pula
mereka yang memilihnya. Ketika seorang pemimpin berbuat zalim, maka mereka yang memilih juga
akan menanggung akibatnya.
Sungguh bukan pekerjaan ringan untuk menjaga dan menghalang-halangi para pemimpin agar tidak
berbuat zalim. Orang-orang yang dipimpin harus menjaga para pemimpin dengan cara memastikan
bahawa ketua negara melakukan kewajiban-kewajiban besarnya. Kewajiban pemimpin negara adalah
menegakkan keadilan, memberantas kezaliman, melaksanakan undang-undang syariat, dan bahkan
kewajiban personal untuk tidak melakukan maksiat.
Umar bin Khattab ra lebih tegas lagi mengatakan, tugas seorang pemimpin adalah menjaga agama.
"Pemimpin di angkat untuk menegakkan agama Allah," kata Umar bin Khattab.
Jika kita mampu menjaga para pemimpin yang terpilih, menjadi para pemimpin yang menegakkan
agama Allah, menjaga akidah umatnya, memberantas kezaliman dan melaksanakan syariat, sungguh
negeri ini ibarat potongan syurga di dunia. Apalagi Rasulullah bersabda bahawa menasihati para
pemimpin untuk taat pada Allah, adalah salah satu perilaku yang mengundang ridha-Nya.
"Sesungguhnya Allah redha terhadap tiga perkara dan membenci tiga perkara. Dia rela apabila kalian
menyembah-Nya, berpegang tegug pada tali-Nya dan menasihati para pemimpin. Dan Allah membenci
pembicaraan sia-sia, menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya. "
Ada beberapa perkara yang membuat pemimpin tergelincir pada perilaku zalim. Yang paling berbahaya
adalah, ketika seorang pemimpin menuruti hawa nafsu dan mengejar kesenangan dunia. Kemudian,
kolusi dan nepotisme yang tidak sesuai dengan peraturan kebenaran. Para penasihat yang buruk dan
teman yang jahil, juga mampu menggelincirkan para pemimpin. Jika orang-orang yang lemah dan kaum
kuffar dijadikan sebagai pembantu, kehancuran tinggal menunggu waktu. Rela dan mudah terpengaruh
pada tekanan antarabangsa, juga menjadi penyebab pemimpin berlaku zalim.
Tugas umat, belum lagi selesai. Setelah terpilih, para pemimpin harus terjaga. Jika tidak, kita juga yang
akan merasakan azab dan akibatnya. Sebab, keadilan seorang pemimpin adalah penawar dahaga bagi
umatnya dan lebih utama dari ibadah ritual yang dilakukannya. "Keadilan seorang pemimpin walaupun
sesaat jauh lebih baik daripada tujuh puluh tahun," demikian sabda Rasulullah. (HR Thabrani)
Tapi jika yang terjadi justru sebaliknya, maka sungguh keadaan yang akan menimpa."Yang aku takuti
pada umatku adalah pemimpin-pemimpin yang menyesatkan," sabda Rasulullah. (HR Dawud)
Jika pemimpin-pemimpin sesat telah memimpin, maka manusia akan berada pada penyelasan yang
tiada tara seperti yang digambarkan Allah dalam firman-Nya. "Pada hari ketika muka mereka dibolak-
balikan dalam neraka, mereka berkata:" Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat
(pula) kepada Rasul. " (QS al Ahzab [33]: 66)
Dan ketika kita sampai pada tahap itu, penyesalan paling besar pun tidak akan bermakna. Semoga kita
adalah umat yang terbaik, dengan pemimpin-pemimpin yang soleh dan muslih. Bukan sebaliknya, umat
yang dipimpin para penguasa yang zalim dan bathil. Semoga pemimpin kita tidak seperti pepatah,
tongkat yang membawa rebah!
Bagaimana Menangani Pemimpin Yang Zalim Menurut al-
Quran dan Hadis?
Kembalilah kepada al Qur'an dan al Hadith jika terdapat perbezaaan pendapat,

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada
Allah (al-Quran) dan rasul-Nya (sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
[an Nisa:59]

Dalil al Quran mengenai pemimpin yang zalim

Dalil 1

Kaedah al Qur'an menangani pemimpin yang zalim, didahului dengan ayat yang menceritakan bagaimana
sezalim-zalim pemimpin, iaitu Fir'aun diturunkan kepada Bani Israil akibat daripada maksiat yang
dilakukan oleh orang-orang Bani Israil itu sendiri.

Dan demikianlah Kami menempatkan orang zalim sebagai wali kepada orang zalim
sepertinya, sebagai hasil kerja-kerja yang mereka lakukan.

[Surah al An`am: 129]

Tafsiran ayat ini adalah,

Apabila rakyat mahu membebaskan diri daripada kezaliman pemerintah mereka maka mereka (rakyat)
sendiri hendaklah meninggalkan kezaliman yang sedang mereka lakukan.

[Syarh al `Aqidati at Tohawiyah, juz 2, hal. 542]

Dalil 2

Kaedah dakwah yang lemah lembut dan bebas daripada caci-mencaci telah diterangkan oleh Allah untuk
Nabi Musa dan Nabi Harun ketika mereka mahu berdakwah kepada Fir'aun (sezalim-zalim pemimpin
sehingga mengaku dirinya Tuhan).

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan dia ingat atau takut.

[Toha:44]

Dalam buku tarikh dikisahkan bahwa ada seorang waizh ( pemberi nasihat ) datang kepada khalifah
Harun al rasyid. Orang itu berkata dengan cara yang sangat kasar. Maka sang khalifah berkata : Ingatlah
bahwa aku tidak lebih buruk daripada Firaun dan engkau tidak lebih baik daripada Musa as, sedangkan
Allah telah memerintahkan Nabi Musa untuk berkata kepada Firaun dengan cara yang lemah lembut.
Kemudian Harun Al Rasyid membaca surah Taha ayat 44 tersebut.

Dalil 3

Allah menyuruh kita,

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-
olah telah menjadi teman yang sangat setia.

[Fushshilat :33-34]

Tolak amal kejahatan dengan sikap yang lebih baik, seperti (menolak) kemarahan dan kejahilan dengan
kesabaran, dan membalas dendam dengan memaafkan. Dengan hal itu, mereka yang yang bermusuhan
itu akan menjadi seperti kawan baik jika kamu bertindak seperti (cara yang lebih baik) itu.

[Tafsir Al Jalalain]

Dalil 4

Kaedah berhikmah dan pelajaran yang baik,

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

[an-Nahl : 125]

Dalil 5

Kaedah agar jangan berkasar dan keras hati,

Dan kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari
kelilingmu..

[ali Imran:159]

Dalil al Hadith kaedah menasihati pemimpin Islam yang zalim

Dalil 1

Rasulullah saw bersabda,

Sesiapa yang ingin menasihati pemimpin, maka janganlah melakukannya dengan terang-terang (di
khalayak ramai di hadapan umum) dan hendaklah dia mengambil tangannya (bersemuka empat mata
sahaja). Jika pemimpin mahu mendengar maka itulah yang diinginkan dan jika tidak mahu maka dia
telah menunaikan kewajipannya.

[Bukhari]

Dalil 2

Rasulullah saw bersabda,

Akan berlaku selepas peninggalanku nanti para pemimpin yang tidak mengikut petunjukku, tidak
mengikut sunnahku dengan panduan sunnahku. Akan muncul pula di kalangan kamu orang-orang yang
hatinya adalah hati syaitan (manusia berhati syaitan). Aku (Huzaifah) bertanya: Apakah harus aku
lakukan jika aku menemuinya? Baginda bersabda: Hendaklah kamu mendengar dan taat kepada
pemimpin walaupun dia memukul punggungmu dan merampas harta-bendamu.

[HR al Bukhari dan Muslim]

Dalil 3

"Dari Wail r.a. berkata: Kami bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana pendapatmu jika kami mempunyai
pemimpin yang menahan hak kami dan mereka meminta hak mereka daripada kami? Baginda menjawab:
(Sewajarnya kamu) sentiasa mendengar dan mentaati mereka kerana hanyalah atas mereka apa yang
mereka kerjakan dan atas kamu apa yang kamu kerjakan.

[HR Muslim]

Dalil 4

Daripada Abdullah bin Masud r.a. berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya akan berlaku
selepas peninggalanku sikap pemerintah yang merampas harta kamu dan berbagai-bagai perkara yang
kamu ingkari. Para sahabat bertanya: Apakah yang engkau perintahkan pada kami wahai Rasulullah!?
Baginda bersabda: Tunaikanlah kewajipan kamu dan berdoalah kepada Allah untuk mendapatkan
hakmu.

[HR al Bukhari dan Muslim]

Dalil 5

Dengarlah dan taatilah penguasa di waktu susah dan senang, di waktu lapang dan sempit, walaupun
mereka mementingkan diri sendiri dan memakan hartamu serta memukul punggungmu, kecuali apabila
memerintahkan untuk berbuat maksiat.

[HR Ibn Hibban, sanadnya hasan]

Dalil 6

"Tidak akan mampu memperbaiki keadaan manusia kecuali penguasa, sama ada penguasa yang baik atau
yang jahat. Orang-orang bertanya kepadanya: Wahai Amirul Mukminin! Jika penguasa itu baik, ini wajar
ditaati, tetapi bagaimana dengan penguasa yang jahat? Ali berkata: Sesungguhnya Allah menjaga
keamanan suatu daerah melalui perantara penguasa walaupun dia jahat.

[Diriwayatkan oleh al Baihaqi dengan sanad yang sahih]

Dalil 7

Kata-kata Khalifah ar Rasyidin ini disokong oleh sabda Nabi s.a.w. yang berbunyi:

Sesungguhnya Allah akan mengukuhkan agama ini (Islam) dengan orang yang jahat.

[HR al Bukhari]

Rasulullah s.a.w. sudah pun mengetahui bahawa selepas kewafatan baginda, umat Islam akan dipimpin
oleh orang-orang yang tidak mengikut ajaran Islam yang sebenar. Bagaimana kita menghadapinya sudah
pun diajarkan caranya oleh baginda dalam banyak hadith-hadith sahih, iaitu dengan membaiki keadaan
ummat itu secara keseluruhannya. Daripada rakyat biasa, pertengahan dan peringat atasan.

Dalil 8

Dari Abu Musa r.a. ia berkata :

Rasulullah saw. setiap kali mengutus seorang dari sahabatnya untuk suatu urusan, beliau bersabda,
Berilah khabar gembira dan jangan membuat orang lari, permudah dan jangan mempersulit.

[Muslim]

Dalil kaedah para Sahabat menangani pemimpin Islam yang zalim

Kaedah para sahabat menangani permasalahan pemimpin yang zalim dan pembunuh sahabat, iaitu
Hajjaj bin Yusuf.

Dalam Shahih Bukhari no. 1660, 1662 dan 1663 disebutkan bahwa sahabat Abdullah bin Umar
radhiyallahuannhu pernah salat dengan bermakmum kepada al Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi. Padahal al
Hajjaj adalah seorang yang fasik dan bengis, sementara Abdullah bin Umar radhiyallahuannhu adalah
seorang sahabat yang sangat hati hati dalam menjaga dan mengikuti sunnah Nabi SAW.

Al Hajjaj adalah seorang amir yang zalim, dia menjadi amir di Irak selama 20 tahun dan dialah yang
membunuh Abdullah bin Zubair bin Awam di Makkah. Hajjaj mati tahun 95 H (Taqribut Tahdzib no.
1144 dan Tahdzibut Tahdzib II/184-186 oleh al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalany)

Demikian juga yang dilakukan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahuannhu yang juga bermakmum
kepada al Hajjaj bin Yusuf.

Dari as-Sahmi berkata: Aku mendatangi Abu Ummah, lantas dia berkata: "Janganlah kamu menghina al-
Hajjaj, kerana dia adalah penguasamu dan bukan penguasaku." (Perkataan beliau: Dia bukan
penguasaku, kerana Abu Ummah tinggal di Syam sedangkan al-Hajjaj Gabenor di wilayah Iraq.) [HR
Bukhari]

Dari Ziyad bin Kusaib al-Adawi dia berkata: Aku pernah berada di bawah mimbar Ibnu Amir bersama Abi
Bakrah, ketika itu dia berkhutbah dengan mengenakan pakaian yang sangat tipis, dengan sepontan Abu
Bilal berkata: Lihatlah penguasa kita memakai pakaian orang fasik. Maka Abu Bakrah berkata: Diamlah
engkau! Saya telah mendengar Rasulullah sallallahu alaihi wa-sallam bersabda: Barangsiapa menghina
penguasa Allah di bumi, nescaya Allah akan menghinakannya. [HR Tirmidzi]

Para-para sahabat ra yang mulia ini cuba menghalang wujudnya fitnah sesama ummat Islam lebih
daripada kepentingan diri mereka sendiri, di samping menegur dengan berhemah terhadap pemimpin
yang zalim dan bersabar menanggung ujian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai