248
24 Dzulqa'dah 1443 H
24 Juni 2022 M
MENGOREKSI PENGUASA
ADALAH KEWAJIBAN, MENGAPA
DIBUNGKAM?
P
emerintah dan DPR akan mengesahkan Revisi Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dalam waktu
dekat. Namun, keduanya dinilai otoriter karena tertu-
tup dalam proses pembahasannya. Baik Pemerintah
mau-pun DPR seperti menutup hak rakyat untuk memberikan
saran atau mengkritik materi RKUHP tersebut.
Apalagi dalam RKUHP tersebut terkandung pasal yang me-
ngancam warga negara yang dianggap melakukan penghina-
an terhadap Pemerintah, Gubernur, DPR dan Polisi. Warga
yang disangka melakukan tindakan tersebut diancam huku-
man penjara. Banyak pihak menilai RKUHP ini akan membawa
negeri ini ke era lebih otoriter. Sudahlah pembahasannya
tertutup, RKUHP tersebut berisi pasal yang bisa membung-
01
kam warga yang mengkritik pemerintahnya sendiri. RKUHP
tersebut juga berpotensi menutup kewajiban mengoreksi pe-
nguasa.
02
banyak penangkapan terhadap para buzzer yang menghina
ulama, tokoh Islam dan ajaran Islam.
Hasilnya, menurut laporan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) pada tahun 2020, tingkat ketakutan
warga negara dalam penyampaian kritik dan pendapat terha-
dap Pemerintah cukup tinggi. Dalam laporan akhir tahun ter-
sebut disebutkan sebanyak 29 persen responden takut mem-
berikan pendapat dan mengkritik Pemerintah. Sebanyak 36,2
persen responden atau warga negara merasa takut menyam-
paikan pendapat dan kritik di dunia maya.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia mencatat
sedikitnya ada 29 kebijakan Pemerintah sejak 2015 yang dipim-
pin Presiden Joko Widodo yang dinilai mencerminkan tanda-
tanda otoritarianisme. Kebijakannya pun bermacam-macam;
mulai dari kebijakan ekonomi negara, kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat, kebijakan dwi fungsi pertahanan
keamanan hingga kebijakan politik yang memperlemah partai
oposisi.
Jika RKUHP ini jadi disahkan, kekuasaan Pemerintah dan
DPR makin otoriter. Keduanya makin sulit dikritik. Padahal
selama ini banyak kebijakan dan undang-undang yang dibuat
oleh Pemerintah dan DPR tidak berpihak kepada rakyat.
03
Inilah tipudaya demokrasi; mengklaim kedaulatan di tangan
rakyat, tetapi justru membungkam suara kritis rakyat terha-
dap penguasa.
04
sehingga disebut oleh Nabi saw. sebagai jihad yang paling uta-
ma. Beliau bersabda:
ٍ َﻀﻞ ا ْﳉِﻬ ِﺎد َﻛﻠِﻤﺔُ ﻋ ْﺪ ٍل ِﻋﻨْ َﺪ ﺳ ْﻠﻄ
ﺎن َﺟﺎﺋٍِﺮ ُ َ َ َ ُ َ ْأَﻓ
Jihad yang paling utama adalah menyatakan keadilan di
hadapan penguasa zalim (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu
Majah dan ad-Dailami).
05
Nabi saw. menjelaskan bahwa meninggalkan amar makruf
nahi mungkar, terutama terhadap para penguasa, akan ber-
dampak pada terhalangnya doa dan munculnya para pemim-
pin jahat. Beliau bersabda:
ِ ﻟَﺘﺄْﻣﺮ ﱠن ﺑِﺎﻟْﻤﻌﺮ
أ َْو ﻟَﻴُ َﺴﻠﱢﻄَ ﱠﻦ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ِﺷَﺮ َارُﻛ ْﻢ ﰒُﱠ،وف َوﻟَﺘَـْﻨـ َﻬ ُﻮ ﱠن َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤْﻨ َﻜ ِﺮُْ َ ُُ َ
ِ
ُ ﻟَﻴَ ْﺪﻋُ َﻮ ﱠن ﺧﻴَ ُﺎرُﻛ ْﻢ ﻓَ َﻼ ﻳُ ْﺴﺘَ َﺠ
ﺎب َﳍُ ْﻢ
Hendaklah kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau
(jika tidak) Allah akan menguasakan atas kalian orang-orang
yang paling jahat di antara kalian, lalu orang-orang baik di
antara kalian berdoa dan doa mereka tidak dikabulkan (HR al-
Bazzar).
06
publik semisal pendidikan, kesehatan, dsb juga wajib dilurus-
kan.
Menghalang-halangi amar makruf nahi mungkar adalah
kemungkaran. Ini berarti akan melanggengkan kezaliman
penguasa sekaligus bisa menyebabkan kerusakan yang sangat
besar sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah saw.:
ِ ﻣﺎ ِﻣﻦ ﻗَـﻮٍم ﻳـﻌﻤﻞ ﻓِﻴ ِﻬﻢ ﺑِﺎﻟْﻤﻌ
ﺎﺻﻲ ﰒُﱠ ﻳَـ ْﻘ ِﺪ ُرو َن َﻋﻠَﻰ أَ ْن ﻳـُﻐَﻴﱢـ ُﺮوا ﰒُﱠ َﻻ ﻳـُﻐَﻴﱢـ ُﺮوا إِﱠﻻ َ َ ْ ُ َ ُْ ْ ْ َ
ٍ ﻚ أَ ْن ﻳـﻌ ﱠﻤﻬﻢ اﷲ ِﻣْﻨﻪُ ﺑِﻌِ َﻘ
ﺎب ِ
ُ ْ ُ ُ َ ُ ﻳُﻮﺷ
Tidaklah ada suatu kaum, yang di tengah-tengah mereka
berbagai kemaksiatan dilakukan, yang mampu mereka ubah,
tetapi tidak mereka ubah, melainkan sangat mungkin Allah
meratakan atas mereka azab-Nya (HR Abu Dawud).
07
ﺎب اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ﻓُ ُﺴﻮ ٌق ِ
ُ َﺳﺒ
Mencela seorang Muslim merupakan kefasikan (HR Muttafaq
‘alayh).
Warisan Romawi
Sesungguhnya Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
berlaku di tengah-tengah umat hari ini adalah warisan dari
kaum imperialis Belanda. Sementara Belanda menggunakan
undang-undang pidana tersebut berdasarkan turunan dari
code penal Prancis, dan Prancis adalah negara yang melakukan
kodifikasi terhadap hukum Romawi.
Ironis, di tengah kriminalisasi terhadap seruan penerapan
syariah dan khilafah karena dianggap ide asing, transnasional,
justru negeri ini memberlakukan undang-undang pidana yang
berasal dari negara asing, bahkan imperialis. Hal inilah yang
telah diingatkan Nabi saw.:
08
.اﻋﺎ ﺑِ ِﺬ َر ٍاع ِ ِ ِ ِ ِ ﻻَ ﺗَـ ُﻘﻮم اﻟ ﱠﺴﺎﻋﺔُ ﺣ ﱠﱴ ﺗَﺄْﺧ َﺬ أُﱠﻣ ِﱴ ﺑِﺄ
ً ﺷْﺒـًﺮا ﺑِﺸ ٍْﱪ َوذ َر،َﺧﺬ اﻟْ ُﻘ ُﺮون ﻗَـْﺒـﻠَ َﻬﺎ
ْ ُ َ َ ُ
ﻚَ ِﱠﺎس إِﻻﱠ أُوﻟَﺌ
ُ َوَﻣ ِﻦ اﻟﻨ:ﺎل َ س َواﻟﱡﺮ ِوم؟ ﻓَـ َﻘ ِ ِ ﻳَﺎ ر ُﺳ َ ﱠ:ﻓَِﻘﻴﻞ
َ َﻛ َﻔﺎر،ﻮل اﻟﻠﻪ َ َ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan
generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah saw.,
“Apakah mereka itu mengikuti Persia dan Romawi?” Beliau
menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi.” (HR al-Bukhari).
HIKMAH:
09