Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

248
24 Dzulqa'dah 1443 H
24 Juni 2022 M

MENGOREKSI PENGUASA
ADALAH KEWAJIBAN, MENGAPA
DIBUNGKAM?

P
emerintah dan DPR akan mengesahkan Revisi Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP) dalam waktu
dekat. Namun, keduanya dinilai otoriter karena tertu-
tup dalam proses pembahasannya. Baik Pemerintah
mau-pun DPR seperti menutup hak rakyat untuk memberikan
saran atau mengkritik materi RKUHP tersebut.
Apalagi dalam RKUHP tersebut terkandung pasal yang me-
ngancam warga negara yang dianggap melakukan penghina-
an terhadap Pemerintah, Gubernur, DPR dan Polisi. Warga
yang disangka melakukan tindakan tersebut diancam huku-
man penjara. Banyak pihak menilai RKUHP ini akan membawa
negeri ini ke era lebih otoriter. Sudahlah pembahasannya
tertutup, RKUHP tersebut berisi pasal yang bisa membung-

01
kam warga yang mengkritik pemerintahnya sendiri. RKUHP
tersebut juga berpotensi menutup kewajiban mengoreksi pe-
nguasa.

Bahaya Pasal Karet


Pasal-pasal yang berisi ancaman terhadap warga yang
dituduh melakukan penghinaan dikhawatirkan akan menjadi
pasal karet. Artinya, penafsirannya mudah ditarik kesana-
kemari secara sepihak oleh penguasa. Bisa saja orang yang
mengkritik Pemerintah ditafsirkan sebagai menghina sehing-
ga pelakunya dapat dijebloskan ke dalam penjara.
Padahal selama ini rakyat Indonesia sudah merasakan
kejamnya pasal-pasal karet dalam UU ITE yang banyak
menelan korban. Southeast Asia Freedom of Expression Net-
work (SAFEnet) melaporkan bahwa sepanjang tahun 2008-
2018 ada sekitar 35,92% pejabat negara (seperti menteri,
kepala daerah, kepala instansi dan aparat keamanan) mela-
porkan warga dengan memanfaatkan UU ITE. Banyak ulama,
tokoh Islam ataupun oposisi yang masuk tahanan dengan
tuduhan menghina pejabat atau berencana melakukan makar.
Anehnya, hukum justru berlaku tajam ke bawah, tetapi
tumpul ke atas. Sejumlah orang ditangkap karena sikap kritis
terhadap kekuasaan dan para pendukungnya. Namun, tidak

02
banyak penangkapan terhadap para buzzer yang menghina
ulama, tokoh Islam dan ajaran Islam.
Hasilnya, menurut laporan Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) pada tahun 2020, tingkat ketakutan
warga negara dalam penyampaian kritik dan pendapat terha-
dap Pemerintah cukup tinggi. Dalam laporan akhir tahun ter-
sebut disebutkan sebanyak 29 persen responden takut mem-
berikan pendapat dan mengkritik Pemerintah. Sebanyak 36,2
persen responden atau warga negara merasa takut menyam-
paikan pendapat dan kritik di dunia maya.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia mencatat
sedikitnya ada 29 kebijakan Pemerintah sejak 2015 yang dipim-
pin Presiden Joko Widodo yang dinilai mencerminkan tanda-
tanda otoritarianisme. Kebijakannya pun bermacam-macam;
mulai dari kebijakan ekonomi negara, kebebasan berpikir dan
mengeluarkan pendapat, kebijakan dwi fungsi pertahanan
keamanan hingga kebijakan politik yang memperlemah partai
oposisi.
Jika RKUHP ini jadi disahkan, kekuasaan Pemerintah dan
DPR makin otoriter. Keduanya makin sulit dikritik. Padahal
selama ini banyak kebijakan dan undang-undang yang dibuat
oleh Pemerintah dan DPR tidak berpihak kepada rakyat.

03
Inilah tipudaya demokrasi; mengklaim kedaulatan di tangan
rakyat, tetapi justru membungkam suara kritis rakyat terha-
dap penguasa.

Wajib Mengoreksi Penguasa!


Di dalam Islam sudah diajarkan aktivitas muhâsabah
(mengoreksi kesalahan) sesama Muslim yang pahalanya besar
di sisi Allah SWT. Itulah amar makruf nahi mungkar yang
menjadikan umat ini mendapat gelar umat terbaik dari Allah
SWT. Allah SWT berfirman:
ِ ‫ﱠﺎس ﺗَﺄﻣﺮو َن ﺑِﭑﳌ‬
ِ ُ‫ف وﺗَﻨﻬﻮ َن ﻋ ِﻦ ٱﳌْﻨ َﻜ ِﺮ وﺗ‬ ِ ‫ُﻛﻨﺘﻢ ﺧﲑ أُﱠﻣ ٍﺔ أُﺧ ِﺮﺟ‬
‫ﺆﻣﻨُـ ْﻮ َن‬ َ ُ َ ْ َ َ ‫ﻌﺮْو‬ َُ ُ ُ ِ ‫ﺖ ﻟﻠﻨ‬ْ َ َ َ ُْ
‫ﺑِﭑﻟﻠﱠ ِﻪ‬
Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
melakukan amar makruf nahi mungkar, dan mengimani Allah
(TQS Ali Imran [3]: 110).

Umat Muslim berbeda dengan kaum Bani Israil yang


dilaknat oleh Nabi Dawud as. dan Nabi Isa as. karena
senantiasa mendiamkan kemungkaran (Lihat: QS al-Maidah
[5]: 78-79).
Amar makruf nahi mungkar yang terbesar adalah yang
ditujukan kepada penguasa, yakni mengoreksi kezaliman yang
mereka lakukan terhadap rakyat. Begitu mulianya amal ini

04
sehingga disebut oleh Nabi saw. sebagai jihad yang paling uta-
ma. Beliau bersabda:
ٍ َ‫ﻀﻞ ا ْﳉِﻬ ِﺎد َﻛﻠِﻤﺔُ ﻋ ْﺪ ٍل ِﻋﻨْ َﺪ ﺳ ْﻠﻄ‬
‫ﺎن َﺟﺎﺋٍِﺮ‬ ُ َ َ َ ُ َ ْ‫أَﻓ‬
Jihad yang paling utama adalah menyatakan keadilan di
hadapan penguasa zalim (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu
Majah dan ad-Dailami).

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. menyebutkan orang yang


beramar makruf nahi mungkar di hadapan pemimpin zalim
akan mendapatkan kedudukan sebagai pimpinan para syuha-
da di akhirat. Beliau bersabda:
ِ ِ‫ﱡﻬ َﺪ ِاء َﲪَْﺰةُ ﺑْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟْﻤﻄﱠﻠ‬
،ُ‫ َوَر ُﺟﻞٌ ﻗَ َﺎم َإﱃ َإﻣ ٍﺎم َﺟﺎﺋٍِﺮ ﻓَﺄ ََﻣَﺮﻩُ َوﻧَـ َﻬﺎﻩ‬،‫ﺐ‬ َ ‫َﺳﻴﱢ ُﺪ اﻟﺸ‬
ُ ُ
ُ‫ﻓَـ َﻘﺘَـﻠَﻪ‬
Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muththalib
dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim,
lalu ia memerintah (dengan kemakrufan) dan melarang (dari ke-
mungkaran) penguasa tersebut, kemudian penguasa itu mem-
bunuh dirinya (HR al-Hakim dan ath-Thabarani).

Sering orang mendiamkan kemungkaran penguasa dengan


dalih menaati ulil amri atau menyebut hal itu sebagai amal
menutupi aib sesama Muslim. Padahal mendiamkan
kemungkaran penguasa adalah kemungkaran yang besar.

05
Nabi saw. menjelaskan bahwa meninggalkan amar makruf
nahi mungkar, terutama terhadap para penguasa, akan ber-
dampak pada terhalangnya doa dan munculnya para pemim-
pin jahat. Beliau bersabda:
ِ ‫ﻟَﺘﺄْﻣﺮ ﱠن ﺑِﺎﻟْﻤﻌﺮ‬
‫ أ َْو ﻟَﻴُ َﺴﻠﱢﻄَ ﱠﻦ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ ِﺷَﺮ َارُﻛ ْﻢ ﰒُﱠ‬،‫وف َوﻟَﺘَـْﻨـ َﻬ ُﻮ ﱠن َﻋ ِﻦ اﻟْ ُﻤْﻨ َﻜ ِﺮ‬ُْ َ ُُ َ
ِ
ُ ‫ﻟَﻴَ ْﺪﻋُ َﻮ ﱠن ﺧﻴَ ُﺎرُﻛ ْﻢ ﻓَ َﻼ ﻳُ ْﺴﺘَ َﺠ‬
‫ﺎب َﳍُ ْﻢ‬
Hendaklah kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau
(jika tidak) Allah akan menguasakan atas kalian orang-orang
yang paling jahat di antara kalian, lalu orang-orang baik di
antara kalian berdoa dan doa mereka tidak dikabulkan (HR al-
Bazzar).

Mengoreksi penguasa bukanlah penghinaan atau


pelecehan, juga bukan membuka aib sesama Muslim. Pasal-
nya, obyeknya adalah kebijakan mereka yang zalim pada rak-
yat, bukan pribadi mereka. Kebijakan zalim tersebut seperti
memperjualbelikan kepemilikan umum (BBM, gas, air, listrik,
dll) kepada rakyat, padahal itu adalah hak mereka; menye-
rahkan kepemilikan SDA kepada pihak asing-aseng; mengkri-
minalisasi ajaran Islam seperti jihad dan khilafah; mencurigai
dakwah sebagai aktivitas terorisme; dsb. Semua ini tentu wa-
jib dikritik dan dikoreksi. Begitu pula kelicikan penguasa seper-
ti mencari keuntungan pribadi atau oligarki dari jasa layanan

06
publik semisal pendidikan, kesehatan, dsb juga wajib dilurus-
kan.
Menghalang-halangi amar makruf nahi mungkar adalah
kemungkaran. Ini berarti akan melanggengkan kezaliman
penguasa sekaligus bisa menyebabkan kerusakan yang sangat
besar sebagaimana diingatkan oleh Rasulullah saw.:
ِ ‫ﻣﺎ ِﻣﻦ ﻗَـﻮٍم ﻳـﻌﻤﻞ ﻓِﻴ ِﻬﻢ ﺑِﺎﻟْﻤﻌ‬
‫ﺎﺻﻲ ﰒُﱠ ﻳَـ ْﻘ ِﺪ ُرو َن َﻋﻠَﻰ أَ ْن ﻳـُﻐَﻴﱢـ ُﺮوا ﰒُﱠ َﻻ ﻳـُﻐَﻴﱢـ ُﺮوا إِﱠﻻ‬ َ َ ْ ُ َ ُْ ْ ْ َ
ٍ ‫ﻚ أَ ْن ﻳـﻌ ﱠﻤﻬﻢ اﷲ ِﻣْﻨﻪُ ﺑِﻌِ َﻘ‬
‫ﺎب‬ ِ
ُ ْ ُ ُ َ ُ ‫ﻳُﻮﺷ‬
Tidaklah ada suatu kaum, yang di tengah-tengah mereka
berbagai kemaksiatan dilakukan, yang mampu mereka ubah,
tetapi tidak mereka ubah, melainkan sangat mungkin Allah
meratakan atas mereka azab-Nya (HR Abu Dawud).

Jika mendiamkan kemungkaran di depan mata bisa menda-


tangkan siksa Allah SWT, apalagi jika dibuat undang-undang
yang menghalang-halangi aktivitas amar makruf nahi mung-
kar? Jelas lebih besar lagi kemungkarannya.
Adapun menghina pribadi seseorang, termasuk penguasa,
maka ada dua kategori: Pertama, mencela seorang Muslim
dengan mengungkap aib yang ada pada dirinya. Kedua, men-
cela Muslim tanpa mempedulikan apakah aib itu ada pada
saudaranya ataukah tidak. Kedua hal ini haram. Nabi saw.
bersabda:

07
‫ﺎب اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ ِﻢ ﻓُ ُﺴﻮ ٌق‬ ِ
ُ َ‫ﺳﺒ‬
Mencela seorang Muslim merupakan kefasikan (HR Muttafaq
‘alayh).

Terhadap aib-aib pribadi siapapun, termasuk aib penguasa,


ada perintah untuk menutupinya dan larangan menyebar-
kannya. Rasulullah saw. bersabda:
ِ‫ َﺳﺘَـﺮﻩُ اﻟﻠﱠﻪُ ِﰲ اَﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ و ْاﻵ ِﺧﺮة‬،‫َﻣ ْﻦ َﺳﺘَـﺮ ُﻣﺴﻠِﻤﺎ‬
َ َ َ ً ْ َ
Siapa saja yang menutupi aib seorang, Allah akan menutupi
aibnya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)

Warisan Romawi
Sesungguhnya Kitab Undang Hukum Pidana (KUHP) yang
berlaku di tengah-tengah umat hari ini adalah warisan dari
kaum imperialis Belanda. Sementara Belanda menggunakan
undang-undang pidana tersebut berdasarkan turunan dari
code penal Prancis, dan Prancis adalah negara yang melakukan
kodifikasi terhadap hukum Romawi.
Ironis, di tengah kriminalisasi terhadap seruan penerapan
syariah dan khilafah karena dianggap ide asing, transnasional,
justru negeri ini memberlakukan undang-undang pidana yang
berasal dari negara asing, bahkan imperialis. Hal inilah yang
telah diingatkan Nabi saw.:

08
.‫اﻋﺎ ﺑِ ِﺬ َر ٍاع‬ ِ ِ ِ ِ ِ ‫ﻻَ ﺗَـ ُﻘﻮم اﻟ ﱠﺴﺎﻋﺔُ ﺣ ﱠﱴ ﺗَﺄْﺧ َﺬ أُﱠﻣ ِﱴ ﺑِﺄ‬
ً ‫ ﺷْﺒـًﺮا ﺑِﺸ ٍْﱪ َوذ َر‬،‫َﺧﺬ اﻟْ ُﻘ ُﺮون ﻗَـْﺒـﻠَ َﻬﺎ‬
ْ ُ َ َ ُ
‫ﻚ‬َ ِ‫ﱠﺎس إِﻻﱠ أُوﻟَﺌ‬
ُ ‫ َوَﻣ ِﻦ اﻟﻨ‬:‫ﺎل‬ َ ‫س َواﻟﱡﺮ ِوم؟ ﻓَـ َﻘ‬ ِ ِ ‫ ﻳَﺎ ر ُﺳ َ ﱠ‬:‫ﻓَِﻘﻴﻞ‬
َ ‫ َﻛ َﻔﺎر‬،‫ﻮل اﻟﻠﻪ‬ َ َ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan
generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi
sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah saw.,
“Apakah mereka itu mengikuti Persia dan Romawi?” Beliau
menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi.” (HR al-Bukhari).

Padahal Allah SWT telah menunjukkan kepada umat ini


syariah-Nya yang pasti memberikan kebaikan dan membuka
banyak keberkahan. Sudah seharusnya umat kembali pada
syariah Islam sebagai bukti keimanan dan ketaatan mereka
kepada Allah SWT. Mereka wajib meyakini bahwa tidak ada
aturan terbaik selain syariah-Nya.
WalLâhu a’lam bi ash-shawwâb. []

HIKMAH:

Allah SWT berfirman:


‫ﻜﻤﺎ ﻟَِﻘ ِﻮم ﻳُﻮﻗِﻨُﻮ َن‬ ِ ِ
ً ‫َﺣﺴ ُﻦ ﻣ َﻦ ٱﻟﻠﱠﻪ ُﺣ‬
ۚ ِ ِ ِ ٰ ‫أَﻓَﺤﻜﻢ‬
َ ‫ٱﳉَﻬﻠﻴﱠﺔ ﻳَﺒﻐُﻮ َن◌ َوَﻣ ْﻦ أ‬ َ ُ
Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum)
siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-
orang yang yakin? (TQS al-Maidah [5]: 50). []

09

Anda mungkin juga menyukai