Anda di halaman 1dari 5

Zalim, Ghoror dan Riba

Zalim
Devinisi Zalim
Dzol berasal dari Bahasa Arab yang berarti menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Dalam Bahasa Indonesia biasa diterjemahkan dengan berbuat zalim. Menurut istilah zalim berarti
mengerjakan larangan serta meninggalkan perintah Allah.
Lawan kata Dzon adalah Adl, dalam Bahasa Indonesia berarti berbuat adil
Kedua zalim dalam muamalat
Semua syarariat samawi menghaharamkan kezaliman serta mewajibkan keadilan
Allah telah mengutus para Rasul serta membekali mereka dengan kitab-kitab agar mereka
menegakkan keadilan terhadap hak-hak Allah dan hak-hak Manusia. Allah berfirman :

‫َاب َو ْال ِمي َزانَ لِيَقُو َم النَّاسُ بِ ْالقِ ْس ِط‬


َ ‫زَلنَا َم َعهُ ُم ْال ِكت‬
ْ ‫ت َوَأ ْن‬
ِ ‫لَقَ ْد َأرْ َس ْلنَا ُر ُسلَنَا بِ ْالبَيِّنَا‬
“Sesungguhnya telah kami mengutus Rasul-Rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata
dan telah kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca keadilan supaya Manusia dapat
melaksanakan keadilan”. (Surat Al Hadid : 25).
Untuk lebih menegaskan bahwa kedzaliman diharamkanmakan, Allah mengharamkan kezaliman
atas diri-Nya. Dalam hadist kudsi Allah berifirman :

‫الظ ْل َم َعلَى نَ ْف ِسى َو َج َع ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما فَالَ تَظَالَ ُمو‬
ُّ ‫ت‬ُ ‫يَا ِعبَا ِدى ِإنِّى َح َّر ْم‬
“Wahai hamba-hamba-Ku sesunghuhnya Aku telah mengharamkan berbuat zalim atas diri-Ku dan
juga telah Aku haramkan kezaliman sesama kalian, maka janganlah kalian berbuat zalim”. (Hadist
Riwayat Muslim).
Oleh karena itu haram hukumnya seseorang menzalimi orang lain, sekalipun orang yang dizallimi
non muslim. Allah berfirman :
۟ ُ‫وا ٱ ْع ِدل‬
‫وا هُ َو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو‬ ۟ ُ‫ان قَوْ ٍم َعلَ ٰ ٓى َأاَّل تَ ْع ِدل‬
ُ َٔ‫َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَـ‬
“Dan janganlang sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil, berlaku adillah karena berlaku adil itu lebih dekat kepada takwa”. (Surat Al-Maidah ayat
8).
Diriwayatkan bahwa seorang yahudi menagih hutangnya kepada Nabi Shalallahu’alahiwassalam
berupa seokor unta yang pernah dipinjam Nabi Shalallahu’alahiwassalam, ia menagih dengan cara
yang sangat kasar sehingga Sebagian sahabat Nabi Shalallahu’alahiwassalam ingin memukulnya.
Melihat gelagat para sahabatnya Nabi Shalallahu’alahiwassalam bersabda : “Biarkan dia,
sesungguhnya pemilik hak memiliki alasan untuk berbuat demikian. Lalu Nabi
Shalallahu’alahiwassalam memerintahkan Sebagian sahabat membeli unta untuk membayar hutang
Beliau, setelah berusaha mencari unta yang sama umurnya dengan unta yang dipinjam namun tidak
mendapatkannya meraka melaporannya kepada Nabi Shalallahu’alahiwassalam bahwa yang ada
adalah unta yang lebih bagus umurnya dari yang dipinjam. Lalu Nabi Shalallahu’alahiwassalam
“Belilah unta yang lebih bagus itu dan bayarkanlah, sesungguhnya orang yang baik adalah orang
yang membayar hutang dengan yang lebih baik.”. (Hadits Riwayat Bukhori dan Muslim).
Hadits diatas memberikan pelajaran bahwa Islam menjunjung tinggi keadilan sekalipun pemilik
hutang adalah seorang yahudi yang merupakan musuh umat Islam, lagi berlaku kasar kepada Nabi
Shalallahu’alahiwassalam dihadapan para sahabatnya. Akan tetapi Nabi tidak menzaliminya bahkan
sebaliknya beliau membayar hutangnya dengan pembayaran yang lebih bagus dari yang diambil.
Akhlak mulia Rasulullah telah dipuji dalam Firman-Nya :

‫َظ ٍيم‬ ٍ ُ‫َوِإنَّكَ لَ َعلَ ٰى ُخل‬


ِ ‫قع‬
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”. (Surat Al Qalam ayat 4)
DR. Khalid Assyaya’ berkisah, seorang syi’ah yang sangat benci dengan kelompok Sunni berubah
menjadi penganut Sunni saat menyaksikan tanya jawab dengan narasumber Syaikh Ibn Baz
rahimahullah. Syaikh ditanya bagaimana hukumnya saya sebagai pejabat menghadapi dua orang
yang menghadapi tes masuk kepegawaian, yang satu berasal dari berasal kelompok non Sunni
(syi’ah) nilainya lebih bagus dari yang berasal daru kelompok Sunni, apakah saya boleh
mendahulukan yang Sunni. Syaikh menjawab tidak boleh engkau lakukan. Allah berfirman :
۟ ُ‫وا ۚ ٱ ْع ِدل‬
‫وا‬ ۟ ُ‫ان قَوْ ٍم َعلَ ٰ ٓى َأاَّل تَ ْع ِدل‬ ۟ ُ‫وا ُكون‬
ِ ‫وا قَ ٰ َّو ِمينَ هَّلِل ِ ُشهَدَٓا َء بِ ْٱلقِس‬
ُ َٔ‫ْط ۖ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَـ‬ ۟ ُ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ
‫هُ َو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى‬
“Dan janganlah sekalia-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk tidak adil,
berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (Surat Al-Maidah ayat 8).
Melihat keadilan yang terpancar dalam fatwa syaikh tersebut, seorang syi’ah yang semula benci
terhadap kaum Sunni meninggalkan ajarannya dan berpindah ke Sunni yang murni mengikuti Al-
Qur’an dan Hadist.
Mengingat Muamalat adalah lahan subur untuk orang-orang yang lemah imannya melakukan
kezaliman dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil, maka sangat penting mengetahui
Muamalat yang mengandung unsur kezaliman
Mengingat Muamalat adalah lahan subur untuk orang-orang yang lemah imannya melakukan
kezaliman dan memakan harta orang lain dengan cara yang batil, maka sangat penting mengetahui
Muamalat yang mengandung unsur kezaliman

Karena banyak Muamalat yang terbebas dari riba dan ghoror akan tetapi memiliki unsur kezaliman.
Muamalat ini tetap diharamkan dan harta yang dihasilkan merupakan harta haram. Di antara
bentuk muamalah yang diharamkan karena mengandung unsur kezaliman :
1. Menjual najis
2. Menjual barang-barang dan jasa yang diharamkan
3. Monopoli
4. Korupsi
5. Kolusi
6. Penipuan pemalsuan merek dagang
7. Dan lain sebagainya
Dalam pemaparan Muamalat yang mengandung unsur kezaliman dibagi kepada :
1. Kedzaliman terhadap Allah
2. Kedzaliman terhadap orang tertentu dan
3. Kezaliman terhadap orang banyak

Ketiga kezaliman terhadap Hak-hak Allah.


Di antara harta haram adalah harta yang bercampur dengan hak Allah yang tidak dibayarkan
seperti zakat yang tidak ditunaikan. Tindakan ini adalah sebuah kesalahan iman terhadap Allah dan
harta tersebut terhitung harta haram yang harus secepatnya dikeluarkan.
3.1 Harta haram, zakat yang tidak ditunaikan
Allah telah menciptakan seluruh makhluk dan juga telah menjamin Rizki mereka seluruhnya

ِ ْ‫َو َما ِم ْن دَابَّ ٍة فِي اَأْلر‬


‫ض ِإاَّل َعلَى هَّللا ِ ِر ْزقُهَا‬
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya”.
(Surat Hud Ayat 6)
‫َو َكَأي ِّْن ِم ْن دَابَّ ٍة اَل تَحْ ِم ُل ِر ْزقَهَا هَّللا ُ يَرْ ُزقُهَا َوِإيَّا ُك ْم‬
“Dan berapa banyak binatang yang tidak dapat membawa mengurus rizkinya sendir,i Allah lah yang
memberi rezeki kepadanya dan kepadamu”. (Surat Al-Ankabut Ayat 60)
Sebagian manusia memperoleh rezekinya dari pengguna jasa mereka dalam bentuk upah, mereka
adalah Kaum Buruh, pegawai dan orang upahan. Dan sebagian manusia mendapatkan rezekinya
dari Dari harga barang yang mereka hasilkan mereka adalah kaum produsen dan petani. Dan ada
sebagian manusia yang mendapat Rizkinya dari keuntungan selisih harga barang yang mereka beli
dengan harga barang yang mereka jual, mereka adalah kaum pedagang. Dan juga ada sebagian
manusia mereka bukan karena barang atau jasa yang mereka berikan kepada pihak kedua akan
tetapi karena status mereka sebagai kaum fakir dan miskin, rezeki mereka berada di tangan orang-
orang yang wajib zakat.
Ini tidak berarti Islam menganjurkan orang miskin untuk bermalas-malasan, berpangku tangan
dengan alasan rezeki mereka sudah ditentukan Allah dalam harta orang-orang yang wajib zakat.
Karena yang dimaksud di sini orang yang sudah berusaha mencari rezeki akan tetapi Allah
menakdirkan rezeki mereka tidak mencukupi kebutuhan mereka, sebagaimana dijelaskan dalam
sebuah hadist : Ketika dua orang datang meminta harta zakat dan Nabi melihat mereka berbadan
kuat, Beliau bersabda “Tidak diperuntukkan bagi orang kaya orang yang kuat dan mampu
berusaha” hadis riwayat Abu Dawud dishahihkan oleh Al Albani.
Allah berfirman :

ِ ‫ق َّم ْعلُو ٌم لِّلسَّٓاِئ ِل َو ْٱل َمحْ ر‬


‫ُوم‬ ٌّ ‫َوٱلَّ ِذينَ فِ ٓى َأ ْم ٰ َولِ ِه ْم َح‬
“Dan orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang miskin yang meminta dan
orang yang tidak mempunyai apa-apa yang tidak mau meminta”. (Surat Al Ma'arij ayat 24-25)
Ayat di atas menjelaskan bahwa zakat yang merupakan rezeki para kaum lemah telah ditentukan
Allah persentasenya pada harta orang kaya, maka tidak cukup jika dikeluarkan sekehendak pemilik
harta. Bilamana diketahui bahwa zakat bagi fakir miskin sama artinya dengan upah bagi seorang
pekerja dan sama dengan harga barang yang diberikan pembeli kepada penjual, maka sebagaimana
Allah mencela orang yang telah menggunakan jasa buruk namun menunda-nunda upahnya atau
sama sekali tidak diberikan maka Allah juga mencela orang-orang yang menahan rezeki kaum
duafa. Pencelaan terhadap orang yang menahan upah buruh dapat dicerna oleh logika dan naluri
manusiawi. Akan tetapi pencelaan terhadap orang-orang yang menahan rezeki fakir miskin tidak
demikian halnya. Oleh karena itu Islam datang mewajibkan kepada orang-orang yang telah
memenuhi syarat untuk menunaikan zakat dan menjadikan kewajiban zakat sebagai salah satu
rukun Islam, serta mengancam dengan siksaan yang berat bagi orang yang tidak menunaikannya
dikarenakan orang yang menahan zakat telah menzalimi pihak kaum duafa yang tidak berani
mengambil rezeki mereka yang berada di genggaman orang-orang yang kaya. Sungguh kezholiman
yang besar jika terakhir tersebut tidur dengan perut lapar dan badan tidak terbalut kain sedangkan
mereka telah ditentukan Allah pada harta orang-orang kaya di sekeliling mereka.
Cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka namun orang-orang kaya tersebut tidak
memberikannya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda
‫ َأاَل‬, ‫ َولَ ْن تُجْ هَ َد ْالفُقَ َرا ُء ِإاَّل ِإ َذا َجاعُوا َوعُرُّ وا ِم َّما يَصْ نَ ُع َأ ْغنِيَاُؤ هُ ْم‬, ‫ض َعلَى َأ ْغنِيَا ِء ْال ُم ْسلِ ِمينَ فِي َأ ْم َوالِ ِه ْم قَ ْد َر الَّ ِذي يَ َس ُع فُقَ َرا َءهُ ْم‬َ ‫ِإ َّن هَّللا َ فَ َر‬
ْ ُ َ ِّ َ ْ
‫ َو ُم َعذبُهُ ْم َعذابًا نكرًا‬, ‫اسبُهُ ْـم يَوْ َم القِيَا َم ِة ِح َسابًا ش ِديدًا‬ ِ ‫َوِإ َّن هَّللا َ ُم َح‬
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan pada setiap harta orang-orang muslim yang kaya (zakat)
yang mencukupi untuk menutupi kebutuhan orang-orang Muslim yang fakir. Dan tidaklah mereka
kelaparan dan tubuh mereka tidak berbalut pakaian melainkan karena orang-orang kaya tidak
mengeluarkan zakat. Ketahuilah! Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung-jawaban mereka
(orang kaya yang tidak berzakat) dan akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih." (HR
Tabrani, disahihkan Al Haitamy).
Demi menjaga martabat dan harga diri kaum dhuafa. Allah tidak memerintahkan mereka untuk
datang meminta-minta atau dengan cara paksa mengambil hak mereka yang berada di tangan
orang yang wajib zakat, akan tetapi Allah memerintahkan pihak yang berkuasa (pemerintah) untuk
mengambil hak para kaum dhuafa dari harta orang kaya dan menyerahkannya kepada mereka
Allah berfirman :

َ ‫ُخ ْذ ِم ْن َأ ْم َوالِ ِه ْم‬


‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُزَ ِّكي ِه ْم بِهَا‬
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka”. (Surat At-Taubah Ayat 103)
Perintah untuk menarik zakat dalam ayat diatas ditunjukkan kepada Nabi Shallallahu alaihi
wasallam yang juga pemimpin pemerintahan Islam kala itu, bila orang yang wajib zakat menunda
menaikkan rezeki fakir miskin ini, maka Islam menjatuhkan sanksi kepadanya dengan
memerintahkan pihak berwenang untuk menarik zakat dan menyita setengah hartanya. Penerapan
sanksi dengan menyita setengah harta orang yang enggan membayar zakat merupakan qoul Qodim
Imam Syafi'i dan mazhab Hambali sedangkan jumhur ulama tidak menerapkan sanksi ini. Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
‫ومن منعها فإنا آخذوها منه وشطر إبله عزمة من عزمات ربنا جل وعز ال يحل آلل محمد منها شيء‬
“Barang siapa yang enggan menunaikannya (zakat), maka akan kami tarik zakatnya dan menyita
setengah hartanya. Hal ini merupakan ketetapan Rabb kami”. (Hadits riwayat Abu Dawud sanad
hadits ini Hasan).
Jika orang-orang yang enggan menunaikan zakat berjumlah banyak dan membentuk sebuah
kekuatan, maka darah pun boleh ditumpahkan dengan cara pemerintah memerangi mereka demi
memperjuangkan hak fakir miskin. sebagaimana dahulu Abu Bakar As Siddiq memerangi orang-
orang yang tidak membayar zakat.
Dari keterangan diatas sangat jelas bahwa zakat yang tidak ditunaikan merupakan harta haram,
karena harta zakat itu telah ditentukan Allah sebagai hak fakir miskin. Dan harta haram ini akan
mengotori bahkan memusnahkan harta yang bercampur dengan zakat yang tidak ditunaikan.
Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :

َ ‫ فَقَ ْد َذه‬، ‫َم ْن َأ َّدى َزكَاةَ َمالِ ِه‬


ُ‫َب َع ْنهُ شَرُّ ه‬
“Barang siapa yang telah menunaikan zakatnya, niscaya hilang kotoran dari hartanya”. (Hadits
riwayat Thabrani sanad Hasan).

Barakallahu fiikum

Anda mungkin juga menyukai