Anda di halaman 1dari 4

َ‫َو َمنْ لَ ْم َي ْح ُك ْم ِب َما َأ ْن َز َل هَّللا ُ فَُأولَِئ َك ُه ُم الظَّالِ ُمون‬

“Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah [5] : 45)

Kalimat zalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak
berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan,
melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan
banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada
dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan
akhlak dan fitrah manusia.

Demikian pula apabila kezaliman itu dilakukan oleh seorang pemimpin. Contoh;
Presiden yang menetap kebijakan yang membuat rakyat menderita, seperti menaikkan
harga BBM mengakibatkan berbagai kebutuhan hidup melonjak, sehingga
menyengsarakan rakyat. Dalam tinggat daerah seperti Gubernur dan Bupati,
maraknya korupsi, dan penyalahgunaan kekuasan sering terjadi sebagai bentuk
kezdoliman, dalam tingkat yang lebih kecil lagi, camat, kepala desa, bahkan kepala
instansi sekalipun seperti kepala sekolah bahkan sampai pada pemimpin setingkat
organisasi dalam sekolah tersebut dan lain sebagainya, masih sering terjadi
kedzoliman. Para pemimpin dzolim adalah mereka yang menduduki jabatannya
dengan melakukan berbagai cara yang tidak sesuai dengan kaidah dan ajaran Islam.

Ancaman Pemimpin Zalim

Telah banyak contoh kisah pemimpin yang zalim kepada kepada masyarakat yang
dipimpinnya dan Allah tidak mengingkari janjiNya untuk membinasakan para
pemimpin zalim.Pemimpin yang durhaka kepada Rabbnya dan bertindak zalim
kepada rakyatnya menjadi sebab dihancurannya suatu negeri. Allah Ta’ala berfirman,

‫ق َعلَ ْي َها ا ْلقَ ْو ُل فَ َد َّم ْرنَاهَا تَ ْد ِمي ًرا‬ َ َ‫َوِإ َذا َأ َر ْدنَا َأنْ نُ ْهلِكَ قَ ْريَةً َأ َم ْرنَا ُم ْت َرفِي َها فَف‬
َّ ‫سقُوا فِي َها فَ َح‬

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada
orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Allah) tetapi mereka
melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku
terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu
sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra’: 16)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang makna ayat di atas, “Kami beri kuasa orang-
orang buruknya, lalu mereka bertindak durhaka di dalamnya. Maka apabila mereka
telah bertindak seperti itu, aku hancurkan mereka dengan adzab.”

“Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang terbesar
agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu.” (QS. Al-An’am: 123).

Allah telah menyiapkan adzab yang pedih bagi pemimpin zalim yang
menyengsarakan rakyatnya. Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat dhalim kepada manusia dan
melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat ‘adzab yang pedih”
[QS. Asy-Syuuraa : 42].
Dalam hadits ditegaskan bahwa para pemimpin zalim yang menipu rakyat dengan
janji-janji palsunya, diharamkan baginya surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:

“Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia


tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya surga”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim]. Dalam lafadh yang lain disebutkan : ”Ia
mati dimana ketika matinya itu ia dalam keadaan menipu rakyatnya, maka Allah
haramkan baginya surga”

Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan turunnya kesusahan bagi


para pemimpin zalim penindas rakyat.

.ِ‫اش فُ ْق َعلَ ْي ه‬
ْ ‫ش َّق َعلَ ْي َه ا َف‬
َ ْ‫ َو َمن‬.ِ‫ارفُ ْق ِب ه‬ َ ‫اللَّ ُه َّم َمنْ َول َِي مِنْ َأ ْم ِر َه ِذ ِه ُأ َّمتِي‬
ْ ‫ َف‬،‫ش ْيئا ً َف َر َف َق ِب ِه ْم‬
‫رواه مسلم‬.
“Ya Allah, siapa saja yang mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia
menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka,
maka susahkanlah ia” [Diriwayatkan oleh Muslim].

Mentaati Pemimpin Zalim?

Pemimpin zalim yang masih menegakkan syariat Islam dalam mengelola negara;
Daulah atau Khilafah maka wajib bagi kaum Muslimin untuk mentaatinya.

“Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak mengikuti petunjukku, tidak
menjalani sunnahku, dan akan berada pada mereka orang-orang yang hati mereka
adalah hati-hati setan yang berada dalam jasad manusia.” (Hudzaifah berkata),
“Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat jika aku menemui mereka?” Beliau
menjawab, “Engkau dengar dan engkau taati walaupun punggungmu dicambuk dan
hartamu diambil.” (HR. Muslim).

Namun sebaliknya, harus bersikap kritis melakukan amar ma’ruf nahi munkar
terhadap pemimpin zalim melalui nasehat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

“Pemimpin para syuhada di sisi Allah, kelak di hari Kiamat adalah Hamzah bin
‘Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di depan penguasa dzalim atau
fasiq, kemudian ia memerintah dan melarangnya, lalu penguasa itu membunuhnya”.
[HR. Imam Al Hakim dan Thabaraniy]

Di sisi lain, apabila sang pemimpin zalim itu tidak mau menerapkan hukum Allah
atau menegakkan syariat Islam yang mengatur negaranya, maka itu adalah pemimpin
thaghut yang wajib diingkari.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:

Allah telah mengutus semua Rasul kepada setiap umat mulai Nabi Nuh sampai
kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka memerintahkan agar
manusia menyembah Allah saja dan melarang menyembah thaghut berdasarkan
firman Allah, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu’.” (An-
Nahl:36).

Allah mewajibkan kepada tiap-tiap hambaNya untuk mengingkari thaghut dan hanya
beriman kepada Allah. Ibnu Qayyim Rahimahullah berkata, “Thaghut ialah segala
yang diperlakukan seorang hamba secara melampaui batas, baik berupa sesuatu yang
disembah, diikuti atau yang ditaati.”

Dan Thaghut-Thaghut sangat banyak macamnya dan pembesarnya ada lima; (1) Iblis
yang terlaknat, (2) orang yang rela disembah, (3) orang yang mengajak manusia untuk
menyembah kepada dirinya, (4) orang yang mengaku mengetahui sesuatu hal yang
ghaib, dan (5) orang yang berhukum kepada selain hukum Allah.

Dengan demikian para pemimpin zalim termasuk pemimpin thaghut harus dijauhi,
bukan malah dibela (ansharut thaghut) dengan berbagai alasan. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang berbuat kedustaan dan
kezhaliman. Barangsiapa mendatangi mereka kemudian membenarkan kebohongan
mereka, atau membantu mereka dalam kezhalimannya, maka ia bukan golonganku
dan aku bukan golongannya. Serta ia tidak akan minum dari telagaku. Dan
barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka
dalam berbuat shalim, maka ia adalah golonganku dan aku adalah golongannya. Dan
kelak ia akan minum dari telagaku.” [HR. Ahmad].

Bahkan, bersikap tegas terhadap para pemimpin thaghut telah dicontohkan oleh ulama
salaf. Ibnu Taimiyyah dan ulama-ulama lainnya pernah menfatwakan untuk
memerangi kaum Tartar, padahal mereka shalat dan puasa, hanya karena masih
berhukum kepada kitab Yasiq buatan raja mereka, Jenghis Khan, sampai mereka
berhukum kepada syari’at Islam dalam segala perkara.

Yasiq, sebagaimana kata Ibnu Katsir, merupakan kitab yang berisi campuran undang-
undang yang bersumber dari berbagai macam agama: kristen, Yahudi, Islam, dan lain
sebagainya, dan ada juga yang berasal dari pikiran pembuatnya sendiri, Jengish Khan.
Kalau kita perhatikan, undang-undang yang berlaku di hampir seluruh negara di dunia
ini sangat serupa dengan Yasiq!

Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah mengatakan:

Maka barangsiapa yang meninggalkan sya’riat yang muhkam (syari’at Islam) yang
diturunkan atas Muhammad bin Abdillah, penutup sekalian nabi, dan ia berhukum
kepada selainnya, yaitu syari’at-syari’at yang dimansukh (syari’at-syari’at terdahulu),
ia kafir. Maka, bagaimanakah dengan orang yang berhukum kepada Yasa (Yasiq) dan
mendahulukannya atasnya (syari’at Islam)? Barangsiapa yang berbuat demikian ia
kafir menurut kesepakatan kaum muslimin

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir berbicara tentang berhukum kepada Yasiq, lantas
mengatakan:
Maka barangsiapa yang berbuat demikian (berhukum kepada Yasiq) dari kalangan
mereka, maka dia kafir wajib diperangi sampai ia kembali kepada hukum Allah dan
Rasul-Nya, lalu tidak berhukum kepada selainnya, sedikit atau banyak.

Doa Berlindung dari Pemimpin Zalim

Menghadapi fitnah (ujian) yang menimpa kaum Muslimin di negeri-negeri mereka


karena dikuasi pemimpin yang zalim, menindas dan menyengsarakan rakyat, bukan
hal yang mudah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

ِ ‫ِإنَّ َما َأ َخافُ َعلَى ُأ َّمتِي اَأْلِئ َّمةَ ا ْل ُم‬


َ‫ضلِّين‬

“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin
yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi)

Umat Islam tak boleh diam, bagi mereka yang memiliki kemampuan maka selayaknya
ia menggunakan kemampuannya dalam merubah kemunkaran, baik itu dengan tangan
ataupun lisan.

“ Barangsiapa diantara kamu yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia


merubahnya dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lidahnya, jika tidak
mampu maka dengan hatinya dan itulah (dengan hati) selemah-lemah iman “
(HR.Muslim).

Apabila dalam kondisi lemah, tentu hanya kepada Allah kaum Muslim berharap,
yakni dengan memanjatkan doa. Semoga dengan doa rakyat yang terzalimi menjadi
senjata agar Allah melindungi hambanya dari penguasa zalim.

“Ya Allah, Tuhan langit dan bumi, Tuhan ‘Arasy yang agung, jadilah pendampingku
dari fulan bin fulan dan kelompoknya dari makhluk-Mu, (agar) tidak ada seorangpun
dari mereka berlaku sewenang-wenang terhadapku atau melampaui batas, pembelaan-
Mu amatlah besar, pujian terhadap-Mu amatlah agung, dan tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Engkau“. (HR Bukhari dalam Adab Al Mufrad, no. 707)

Dalam riwayat yang lain:

“Allah Maha besar, Allah lebih mulia dari seluruh makhluk-Nya, Allah lebih mulia
dari apa yang aku takuti, aku berindung kepada Allah yang tiada Tuhan yang berhak
disembah selain Dia, Yang mengendalikan tujuh langit hingga tidak runtuh ke bumi
kecuali denga izin-Nya dari kejahatan hamba-Mu fulan dan bala tentaranya serta
pendukung-pendukungnya dari golongan jin dan manusia. Ya Allah, jadilah
pendampingku terjauhkan dari keburukan mereka, pujian terhadap-Mu amatlah
agung, perlindungan-Mu amatlah besar, Maha suci nama-Mu dan tiada Tuhan yang
berhak disembah selain diri-Mu“.(HR Bukhori dan Al Adabul Mufrod, no.
708). Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai