Pembahasan pertama (pemahaman imamah, hukum imamamah dan hukum taat kepada imam)
1.devinisi imamah secara bahasa dan istilah
*imamah secara bahasa اإلمامهdiambil dari fi’il َأ َممyang dinisbatkan kepada اإلم ام, imam adalah ketua atau pemimpin yang diikuti. menurut azzabidi اإلمامdengan dibaca kasroh adalah setiap orang yang diikuti oleh kaum berupa peimpin dan lainnya, baik mereka (pemimpin) itu berada dalam jalan yang lurus atau dholim. menurut aljauhari imam adalah orang yang diikuti. Menurut alfairuz zabbadi تقدمهم: بهم-( أمهم وdia memimpin kepada mereka dan dia mengepalai kepada mereka) اإلمامadalah اإلمامه, imam adalah orang yang diikuti berupa pemimpin atau yang lainnya. Jadi imamah secara bahasa ma’nanya adalah kehormatan dan kepemimpinan dalam urusan agama dan urusan dunia. *imamah secara istilah Apabila membahas orang yang disandarkan sultan kepadanya dinegara islam maka dia disebut waliyul amri, kholiifah, imam, atau amir (pemimpin). Lafad tersebut merupakan lafad murodif yang mana maksudnya adalah sultan, dan dengan ini imamah yang tinggi untuk Negara islam adalah seseorang yang memiliki otoritas yang umum pada agama dan dunia bagi orang islam, paling utamanya devinisi tentang imamah adalah devinisi dari ibnu kholdun yakni “mengarahkan semua manusia yang dikehendaki pemikiran syar’inya tentang maslahat yang bersifat akhirat dan dunia yang mana maslahatnya kembali kepada mereka, karena disisi syari’ semua keadaan dunia kembali kepada keadaan yang didalamnya terdapat maslahat akhirat, maka imamah pada hakikatnya adalah perwakilan dari shohibussyari’ (allah) dalam menjaga agama dan mengatur dunia.” Dari ini bisa diketahui bahwa kehormatan Negara adalah sultan yang dipilih oleh ummat agar ia menyempurnakan keinginan ummat yang memikirkan tentang maslahat dan mengatur keinginan ummat. Rakyat mewakilkan kepada hakim tentang pentingnya kepemimpinan. dan dengan taat kepada hakim maka menjadi wajib menjadikannya sebagai taklif syar’I, dan hakim menegakkan dengan menjaga maslahat. 2.hukum imamah Ahlil ilmi sepakat bahwa wajib mengangkat hakim untuk Negara, dan wajib tunduknya ummat kepada hakim yang adil yang mana hakim tersebut menegakkan hukum hukum syar’I dan meletakkan hukum syar’I pada aturannya. Menurut ibnu hazm “ semua ahlussunah,murji’ah , syi’ah, dan khawarij sepakat bahwa wajib ada imamah, dan ummat wajib tunduk kepada imam yang adil yang melaksanakan hukum hukum allah, dan mengatur hukum hukum syar’I yang datang dari rosulullah.” Sebagaimana yang terdapat dalam muqoddimahnya ibnu kholdun “bahwa wajib menegakkan imam, dan kewajiban menegakkan imam itu diketahui pada syari’ dengan ijma’ sahabat dan tabi’in” dan dianggap sah pula ijma’nya jumhur muslimin ketika mengangkat hakim atau pemimpin tertinggi dinegara islam yang mana itu dianggap sebagai perkara wajib. Dalilnya ijma’ yakni firman allah surah albaqoroh ayat 30 yang berbunyi: ُ ِض خَ لِيفَةً قَالُوا َأتَجْ َع ُل فِيهَا َم ْن يُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْس ف ُك ال ِّد َما َء َونَحْ نُ نُ َس بِّ ُح بِ َح ْم ِدكَ َونُقَ دِّس ِ ْك لِ ْل َماَل ِئ َك ِة ِإنِّي َجا ِع ٌل فِي اَأْلر َ ُّ{ َوِإ ْذ قَا َل َرب ]30 :ال ِإنِّي َأ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمونَ } [البقرة َ َلَكَ ق "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. *Wajhud dalalah Ayat ini adalah dasar wajibnya menegakkan imam dan kholifah ditiap tiap masa ke masa, imam dan kholifah itu didengarkan dan dita’ati, fungsi adanya imamah dan kholifah agar ummat manusia tidak berselisih (satu visi), agar hukum hukum syar’I jadi, agar agama menjadi tertolong, memungkinkan menghancurkan sesuatu yang mengandung mafsadat, mengambil sesuatu yang wajib diambil, menolak sesuatu yang wajib ditolak, dan menjaga maslahatnya manusia. Diantara ummat tak ada pertentangan antara wajibnya menegakkan imam, karna dengan adanya imamah terperoleh keadilan sosial dan bagusnya sosial. Setelah wafatnya nabi para sahabat sepakat bahwa tidak boleh sepinya waktu dari pemimpin yang mana setelah wafatnya nabi urusan agama dan dunia kembali kepadanya beserta mereka (rakyat) lebih mengetahui kepada manusia, mereka paling waro’ dan mereka paling bertaqwa. Bahkan ketika abu bakar berkhutbah beliau berdawuh “ingatlah bahwa nabi sungguh telah wafat dan untuk agama ini wajib ada orang yang menegakkan agama” maka segeralah untuk menerima dawuh/perkataan dari abubakar, dan ummat islam meninggalkan paling pentingnya sesuatu yakni memakamkan nabi. Kosongnya kedudukan imam atau pemimpin Negara adalah pintu keburukan yang besar yang mengantarkan kepada kebinasaan manusia dan menelantarkan penghidupan manusia. kenyataannya itu menjadi saksi terhadap terjadinya hal tersebut. kebanyakan kewajiban syr’I bisa sempurna dengan adanya sultan, sekiranya Allah memerintahkan suatu perintah yang mana perorangan manusia tak dapat menegakkannya seperti menegakkan had, menegakkan aturan yang bersifat administrative, dan bersifat harta untuk Negara, menjaga keamanan, menyebarluaskan keadilan, menolak kedzoliman, memutus perselisihan yang terjadi diantara ummat, sampai perkara yang lain berupa kewajiban yang mampu dilakukan oleh perorangan. wajib memunculkan kekuwasaan dan kekuatan yang terdapat hak taat bagi perorangan, yang menegakkan kewajiban kewajiban ini, kekuasaan dan kekuatan itu adalah imamah atau pemimpin Negara. Imamah antara fardu ain dan fardu kifayah Apabila sudah tetap wajibnya imamah maka hukum imamah adalah fardhu kifayah sebagaimana jihad dan mencari ilmu. Apabila seseorang yang ahlul imamah telah melaksanakannya maka kewajiban untuk yang lain menjadi gugur. Apabila tak ada seorang pun yang menjabat imamah maka ada 2 orang yang berkuasa: 1. ahlul ikhtiyar hingga mereka memilih seorang imam untuk umat 2. ahlul imamah hingga salah satu dari mereka menjabat imamah Dan bagi masyarakat selain 2 golongan ini tidak berdosa sebab mengakhirkan imamah. Apabila 2 golongan ini mendapatkan keistimewaan dalam mengangkat imam maka mereka wajib dipertimbangkan dengan beberapa syarat. ( المطلب الثالثhukum menaati imam) Apabila hakim melaksanakan kewajiban di hadapan umatnya maka mereka wajib menaatinya. - Imam Al Mawardi berkata: apabila seorang hakim melaksanakan hak-hak umatnya, maka ia wajib mendapatkan 2 hak, yaitu: ditaati dan mendapatkan pertolongan - Imam ibn hazm berkata: seluruh aswaja, murji’ah, syi’ah, dan khawarij sepakat terhadap wajibnya imamah dan umat wajib tunduk terhadap imam yang adil dalam menegakkan hukum Allah. Dalil kewajiban menaati imam َ{يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَِإ ْن تَنَا َز ْعتُ ْم فِي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرسُو ِل ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُون ]59 :)} [النساء59( ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل َ ِبِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َذل Wajhud dalalah Allah mewajibkan kita untuk menaati imam selama tidak memerintah terhadap kemaksiatan. Allah tidak mengulang fi’il pada lafad ulil amri karena mereka tidak dispesialkan dengan ketaatan, tapi mereka hanya ditaati pada perbuatan yang taat kepada Allah dan Rasulullah. Sunnah nubuwiyyah yang menunjukkan wajibnya menaati imam diselain perbuatan maksiat: 1. hadits Nabi ُأ ِ َأنَّهُ قَا َل « َعلَى ْال َمرْ ِء ْال ُم ْسلِ ِم ال َّس ْم ُع َوالطَّا َعةُ فِي َما َأ َحبَّ َو َك ِرهَ ِإالَّ َأ ْن يُْؤ َم َر بِ َمع-صلى هللا عليه وسلم- ع َِن النَّبِ ِّى ْصيَ ٍة فَِإ ْن ِم َر » َطا َعةَ َْصيَ ٍة فَالَ َس ْم َع َوال ِ بِ َمع Bagi seseorang wajib mendengarkan dan taat tentang sesuatu yang ia suka dan tak suka, kec perintah yang ma .Siat, jika diperintah untuk melakukan ma’siat maka jangan mendenngarkan dan jangan menaati 2. riwayat dari junadah bin abi umayyah Wajhud dalalah Nabi melarang kita untuk menentang ulil amri kecuali apabila melakukan kemungkaran, ketika itu kita wajib menasehati dan inkar terhadap mereka. Sementara keluar dari mereka dan memerangi mereka hukumnya haram sekalipun mereka fasiq dan dholim. Berdasarkan ini maka hak menaati hakim tidak mutlak, hanya saja dibatasi dengan tidak menentangnya hakim kepada undang-undang islam (hukum-hukum syari’at). Apabila mereka menentang UUI maka menaatinya menjadi gugur bahkan haram secara mutlak. Sesuai dengan firman Allah: ]25 :ب } [األنفال ِ صةً َوا ْعلَ ُموا َأ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا َّ صيبَ َّن الَّ ِذينَ ظَلَ ُموا ِم ْن ُك ْم خَ ا ِ ُ{ َواتَّقُوا فِ ْتنَةً اَل ت Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya. Wajhud dalalah ketika Nampak kefasidan dan kemungkaran tanpa ada seorangpun yang mengingkarinya maka Allah akan menimpakan siksanya secara menyeluruh terhadap umat manusia. Ketika sayyidina Abu Bakar memimpin di atas mimbar beliau mengatakan bahwa mendengar Nabi pernah bersabda “ك َأ ْن يَ ُع َّمهُ ُم هَّللا ُ بِ ِعقَابِه َ َأوْ َش، ُاس ِإ َذا َرَأ ُوا ْال ُم ْن َك َر الَ يُ َغيِّرُونَه َ َّ( ِإ َّن النbukan diam kalau ada kemungkaran, kalau diam maka Allah hampir menimpakan adzabnya.” Wajhud dalalah Hadits ini menunjukkan bahwa siapa saja baik hakim atau mahkum yang diam atas adanya kemungkaran akan ditanya. Lalu bagaimana kita menaati hakim yang mungkar, dzolim, dan maksiat? Berdasarkan yang sudah dijelaskan maka bagi umat wajib menaati hakim di dalam kebaikan dan tidak taat dalam kemaksiatan, karena jika menaati perbuatan maksiat maka mereka akan ditanya di hadapan Allah, karena menaati para hakim dalam kemaksiatan akan merusak dan membinasakan mereka serta akan merusak Negara dan masyarakatnya. Pembahasan yang ke dua “syarat di dalam imamatul udzma” Imamatul udzma adalah paling tingginya pangkat atau kedudukan di suatu negara oleh karnanya tergambar peran seseorang yang menempati imamah dalam menjaga negara dan mengatur dunia dengan demikian syarat yang harus di penuhi dalam menjadi imam sangatlah banyak dan sulit karena agungnya suatu perkara, di antaranya: 1.islam Karena imam kepentingannya adalah menegakkan agama islam dan mengarahkan peraturan negara dalam Batasan Batasan islam dan yang mampu melakukan itu hanyalah orang yang beragama islam, pemimpin negara haruslah orang yang beragama islam karena negara adalah sebuah wilayah yang tak bisa di lakukan oleh non islam berdasarkan firman: هّٰللا ً ْس م َِن هّٰللا ِ فِيْ َشيْ ٍء ِآاَّل اَنْ َت َّتقُ ْوا ِم ْن ُه ْم ُت ٰق ُ ىة ۗ َوي َُح ِّذ ُر ُك ُم َ ِاَل َي َّت ِخ ِذ ْالمُْؤ ِم ُن ْو َن ْال ٰكف ِِري َْن اَ ْولِ َي ۤا َء مِنْ ُد ْو ِن ْالمُْؤ ِم ِني ۚ َْن َو َمنْ َّي ْف َع ْل ٰذل َ ك َفلَي َن ْف َس ٗه ۗ َو ِالَى هّٰللا ِ ْالمَصِ ْي ُر Janganlah orang-orang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, melainkan orang- orang beriman. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah, kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kamu takuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu akan diri (siksa)-Nya, dan hanya kepada Allah tempat kembali 2.laki laki Di dalam kepemimpinan di syaratkan laki laki karena kepemimpinan ini adalah beban yang besar dan pekerjaan yang penting oleh karenanya hikmah syariat memalingkan dari seorang Wanita dan tidak di bebankan kepada Wanita karena sebagai rahmat dan kasih sayang dan Wanita tidak akan mampu untuk menjaga dan melakukan kedudukan ini, hal ini berdasarkan al-quran, hadist dan logika yaitu: *alquran. Dalil yang menunjukkan kebolehan wanita menjadi pemimpin wilayah umum yakni keumaman firman allah SWT: {[ }الرِّ َجا ُل قَوَّا ُمونَ َعلَى النِّ َسا ِء34 :]النساء Wajhud dalalah Ayat ini menunjukkan bahwa laki laki adalah pemimpin bagi seorang Wanita , laki laki adalah pemimpin, pembesar, hakim dan yang mendidik bagi seorang Wanita dengan demikian kepemimpinan hanya tertentu kepada seorang laki laki bukan seorang Wanita, demikian juga di dalam kerajaan yang mulia, kedudukan kehakiaman dan yang lainnya. *hadist. Hadist yang diriwayatkan oleh abi bakroh menunjukkan bahwa kebolehan wanita menjadi imam, yakni hadis : لن يفلح قوم أسندوا أمرهم إلى امرأة *logika Tabiatnya seorang Wanita adalah lemah lembut, kurang rasional, karena seorang Wanita tidak ahli di dalam menghadiri perkumpulan laki laki. 3. Taklif (mukallaf) Asal dari kedudukannya imam adalah pertanggungjawaban yang sempurna berdasarkan hadist dari Abdullah bin umar yang artinya kalian semua adalah pemimpin dan akan ditanya tentang apa yang kamu pimpin, imam adalah pemimpin dan akan ditanya tentang apa yang ia pimpin, seorang laki-laki di dalam keluarganya adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpin, pelayan adalah pemimpin di dalam harta sayyidnya dan ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpin. Dan juga hadist dari ibnu umar yang artinya Allah yang Maha Pemberi barokah dan Maha Luhur tidak akan menjaga pada hamba yang tidak menjaga rakyatnya baik rakyatnya itu sedikit ataupun banyak kecuali nantinya ia akan ditanya tentang apa yang ia pimpin di hari kiamat: Apakah engkau telah menegakan kepada mereka terhadap perintah Allah atau engkau menyia-nyiakannya? sehingga Allah akan bertanya pada ahli rumahnya saja (pada rakyatnya saja). Pada orang yang akan memimpin dan memiliki pertanggung jawaban[imam atau khalifah] disyaratkan harus mukallaf. Wilayah yang umum pada imam atau khalifah tidak ada yang lebih agung selain mukallaf artinya orang baligw yang berakal. Anak kecil, orang gila, dan orang yang lemah akal tidak layak memimpin Negara karna apa? karna imamah memiliki hak wilayah pada orang lain, sedangkan mereka saja tak memiliki hak wilayah pada diri sendiri lalu bagaimana bisa mereka memiliki hak wilayah pada orang lain? Sebagaimana juga pada diri mereka tidak dibebani adanya pertanggung jawaban Hadist dari aisyah: ada tiga orang yang di hapus dosanya yaitu; 1. Orang yang tidur hingga ia bangun 2. Orang yangdi uji (sakit) hingga ia sembuh 3. Anak kecil hingga ia baligh 4.memiliki ilmu Seorang imam atau hakim di syaratkan mengetahui hukum islam karna tugas dari imam adalah menetapkan atau menegakkan hukum islam, jika imam atau hakim tidak mengetahui hukum islam maka tidak sah mendahulukannya menjadi imamah, Sebagian ulama’ berpendapat bagi imam tidak cukup jika hanyam bertaklid saja karena bertaklid adalah sebuah kekurangan namun seorang imam harus seorang yang mujtahid, karena imamah adalah mengajak kepada kesempurnaan sifat dan keadaan.namun Sebagian ulama’ membolehkan seorang imam yang hanya bertaklid tak mewajibkan mujtahid. Bagi seorang imam tak cukup jika hanya mengetahui hukum hukum islam saja namun seorang imam juga harus seseorang yang mengetahui sosial, ekonomi, jika tidak demikian makai a wajib untuk ahli di dalam satu ilmu saja, imam juga harus mengetahui hukum hukum negara, undang undang negara. Perjanjian umum, hubungan politik, ekonomi dan sejarah di antara perbedaan negara. 5.adil Imam di syaratkan harus adil karena imammah adalah sebuah pangkat yang mulia di bandingkan pangkat atau kedudukan yang lain, di dalam kedudukan yang lain saja di syaratkan adanya keadilan apalagi di dalam kedudukan imamah yang mulia ini . Adil menurut ulama’ fiqh adalah menyucikan atau menghias diri dari kewajiban dan keutamaan dan adil adalah mengkosongkan diri dari kemaksiatan dan kerendahan dan dari tiap-tiap hal yang merusak terhadap muro’ah. Sebagian ulama’ mensyaratkan adil itu bharus dari tabi’at bukan pembebanan, namun Sebagian ulama’ berpendapat jika adil itu di peroleh dari pembebanan maka lama kelamaan pembebanan itu juga akan jadi tabiat. 6.kifayah (kecukupan) Bagi imam atau hakim di syaratkan mampu untuk mengatur manusia dan mengerahkan mereka dan juga mampu mengatur administrasi negara. Kifayah adalah keberanian sekiranya imam bisa menjadi pemimpin dalam urusan peperangan negara dan mampu untuk membela umat atau menolonf ahli kifayah. 7.selamat Jumhur foqoha’ berpendapat selamat adalah syarat di dalam menjadi imam dengan demikian orang yang buta atau tuli tidak sah di dalam menjadi imam ataupun orang yang terpotong tangan ataun kakinya sejak awal. Jika sifat sifat tersebut muncul dari imam maka imam menjadi terpecat karena ia tak kan mampu untuk menegakkan kemaslahatan ummat dalam aspek sempurna karena tujuan dari imamah adalah untuk menegakkan kemaslahatan ummat islam berdasarkan qowaidus syar’i maka di dalam tiap tiap sesuatu yang ( المطلب الثانيkesesuaian syarat-syarat ini untuk Negara di masa sekarang) Perbandingan pada syarat yang telah lalu ini dalam imamatul udzma dijumpai kerasionalan dan keselarasan pada tiap-tiap masa dan zaman, namun sebagian syarat pemahamannya meluas dari hal yang telah diketahui di sisi fuqaha’ seperti syarat berpengetahuan. Sebagian ulama menentang terhadap syarat hakim harus islam di masa sekarang, sebagian ulama beranggapan syarat islam merupakan syarat yang fanatisme apabila pada suatu Negara dijumpai segelintir orang yang bukan muslim. Sedangkan syarat islam adalah pokok dan penting, karena pekerjaan penting seorang hakim pada Negara islam adalah melindungi akidah islam dan menjaga dakwah akidah, baik internal ataupun eksternal. Berdasarkan definisi dari imam Al Mawardi “imamah diletakkan untuk mengganti kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia” tugas imam tidak hanya duniawi saja tapi juga agama, lalu apakah mungkin akan tergambar hakim yang bukan muslim yang berjuang dan membela akidah islam dan juga menjaga islam dari penolakan, pencegahan, dan penjelekan, apakah mereka akan membela atau memerangi karena akidah yang bukan agamanya dan bukan yang ia yakini? Prof. Muhammad asad berkata: “kami wajib tidak berpura-pura buta dari realita, lalu kami tidak mengharap kepada non muslim yang adil, jujur, setia, mencintai negaranya, dan mengabdikan diri kepada tanah kelahirannya untuk melakukan dari lubuk haitnya dalam mencapai tujuan ideologis islam. Hal tersebut merupakan faktor psikologi semata yang mana kami tidak mampu untuk berpura-pura bodoh. Dari batasan perkataan tersebut mushannif berpendapat bahwa tidak termasuk adil yaitu menuntut orang muslim untuk berpura-pura bohong. Termasuk syubhat yang diberi kesan oleh sebagian ulama dalam syarat ini yaitu hakim non muslim yang adil lebih utama daripada hakim muslim yang tidak adil dan dzolim, dan mereka sok lupa bahwa islam termasuk syarat yang harus terpenuhi pada hakim. Dan tidak ada keadaan bahwa hakim muslim yang adil lebih utama dari pada bukan hakim sekalipun ia adil. Sebagian ulama menentang syarat imamah yang harus laki-laki, karena mereka berpandangan bahwa perempuan sama dengan laki-laki dalam segi hak-hak dan kewajiban. Oleh karena itu sebaiknya tidak membedakan mereka dalam hak politik. Perempuan menaiki pangkat imamah dan kebanyakan berhasil di Negara modern. Kenyataannnya pembahasan ini tidak detail dan tidak objektif karena perempuan diberi watak diri tertentu dan tidak sesuai pada tuntutan hukum dan politik. Hal ini tidak menjatuhkan atau mengurangi esensi perempuan untuk menjadi pemimpin, semua itu merupakan kemudahan yang diciptakan untuk mereka. Imam Ad Damiji berkata: “tabiat perempuan baik jiwa dan raga, selamanya tidak sesuai untuk pangkat imamah. Seperti tabiat perempuan yang sensitifitas emosional, cepat emosi, dan sangat lembut”. Sifat ini sesuai untuk menjadi ibu bukan untuk menjadi hakim. Sedangkan hukum didasarkan dengan akal bukan kelembutan. Perempuan lebih banyak berfikir dan menghukumi dengan kelembutan dari pada menggunakan akal, tidak berarti keberhasilan seorang perempuan dalam hukum disebagian negeri mengadakan kaidah keberhasilan atas seluruhnya, hal ini merupakan keadaan personalia yang tidak dikiaskan. Seandainya kita menghitung hakim di setiap Negara dari zaman dulu maka yang dominan adalah laki-laki, ini menguatkan syarat hakim dalam syari’at islam. Syarat-syarat yang lain seperti baligh, adil, kifayah, dan selamat meruapakan syarat yang rasional karena tolak ukur hukum yakni menjaga dan mewujudkan maslahat rakyat. Dan hal itu akan terjadi dengan syarat-syarat yang mencakup pada kecukupan, amanah, dan ketulusan hakim dalam mewujudkan maslahat ini.