Anda di halaman 1dari 5

( AKHIRZAMAN ) ISRA MIRAJ, PENEGAKKAN SHALAT, FITNAH DAJJAL DAN

KHALIFAH –
Semenjak 3 Maret 1924/ 27 Rajab 1342, kaum muslimin praktis tidak lagi memiliki institusi
formal-konstitusional yang melindungi keberadaannya sebagai satu sekutu, satu blok dan satu
jama’ah. Kala itu berakhirlah kejayaan Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Suatu
kedaulatan yang membentang sedemikian luas dari Maroko di barat sampai Maluku di timur
sehingga memperoleh sebutan “The Ottoman Empire” dari kaum Nasrani Eropa. Suatu
kebanggaan historis yang menyebabkan orang muslim Turki dewasa ini sangat gemar memajang
peta wilayah kekuasaan khilafah Utsmaniyah di dinding masjid-masjid mereka di Belanda dan
Jerman. Para ulamanya masih dapat menghayati betapa Maroko, Sudan, Semenanjung Balkan,
Azarbaijan, Afghanistan, India dan segenap kepulauan Nusantara merupakan bagian dari “negara
milik kita, kaum muslimin bersama.” Jiwa ke-negarawan-an atau lebih tepatnya “ke-
khilafahwan-an” sedemikian kuat mengalir di dalam darah mereka.

Maka sejak saat itu bubarlah sistem pemerintahan Islam yang telah menghiasi sejarah dunia
selama ribuan tahun di Akhir Zaman semenjak pertama kali dibangun dan langsung dipimpin
oleh Nabi Akhir Zaman Muhammad Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam. Mulailah sejak saat
itu secara formal di muka bumi tidak lagi diberlakukan Hukum Allah dan digantikan dengan
hukum bikinan manusia.

Bayangkan…! Selama tigabelas abad perjalanan ummat Islam dunia merasakan rahmat dienullah
Al-Islam sebagai aturan yang diterapkan oleh para pemimpin Islam, baik di babak pertama,
kedua maupun ketiga, dalam hadist lima babak umat Islam

َ‫اج النُّبُ َّو ِة فَتَ ُكونُ َما َشا َء هَّللا ُ َأ ْن تَ ُكون‬ِ َ‫تَ ُكونُ النُّبُ َّوةُ فِي ُك ْم َما َشا َء هَّللا ُ َأ ْن تَ ُكونَ ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا ِإ َذا َشا َء َأ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُكونُ ِخاَل فَةٌ َعلَى ِم ْنه‬
‫ضا فَيَ ُكونُ َما َشا َء هَّللا ُ َأ ْن يَ ُكونَ ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا ِإ َذا َشا َء َأ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُكونُ ُم ْل ًكا َجب ِْريَّا‬
ًّ ‫ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا ِإ َذا َشا َء هَّللا ُ َأ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُكونُ ُم ْل ًكا عَا‬

ِ َ‫فَتَ ُكونُ َما َشا َء هَّللا ُ َأ ْن تَ ُكونَ ثُ َّم يَرْ فَ ُعهَا ِإ َذا َشا َء َأ ْن يَرْ فَ َعهَا ثُ َّم تَ ُكونُ ِخاَل فَةً َعلَى ِم ْنه‬
َ‫اج النُّبُ َّو ِة ثُ َّم َسكَت‬

“Babak(1) kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah
mengangkatnya, setelah itu datang babak ( 2)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian ,
selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang babak ( 3)Raja-raja yang
Menggigit selama beberapa masa, selanjutnya datang babak (4) Para penguasa yang
memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah,
setelah itu akan terulang kembali babak ( 5)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian .
Kemudian Rasul ‫ صلى هللا عليه و سلم‬terdiam.” (HR Ahmad Shahih)

Kita tidak menutup mata adanya pasang-surut kebaikan dan keburukan sosok-sosok pemimpin
Islam di masa-masa itu, terutama selama babak ketiga yaitu babak kepemimpinan Mulkan
‘Aadhdhon (raja-raja yang menggigit). Tetapi secara umum kebaikan ajaran Islam masih
dinikmati masyarakat luas karena para pemimpin di masa itu masih berusaha memenuhi kriteria
dirinya sebagai ulil amri minkum (para pemimpin di antara orang-orang beriman) sebab mereka
masih memenuhi keharusan yang Allah sebutkan:

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa 59)

Namun begitu memasuki babak keempat, yang ditandai dengan runtuhnya secara formal tatanan
bermasyarakat dan bernegara berlandaskan Islam (baca: al-khilafah al-Islamiyyah), maka Allah
taqdirkan terjadinya perpindahan kepemimpinan dunia dari tangan para pemimpin Islam kepada
masyarakat di luar ummat Islam.

Allah menguji ummat Islam dengan diserahkannya kepemimpinan dunia kepada kaum kafir
barat, Eropa kemudian Amerika, yang tidak lain adalah kaum yahudi dan nasrani. Akhirnya
dunia tidak lagi menikmati rahmat diterapkannya dienullah Al-Islam.

( Isra Miraj, Sholat dan Hukum Allah )

Apa hubungan antara perjalanan Isra Mi’raj yang mana Nabi


Shallallahu’alaihiWasallam menerima perintah kewajiban menegakkan sholat lima waktu dengan
pembubaran Khilafah Islamiyyah terakhir sebagai wadah formal tempat ditegakkan dan
diberlakukannya hukum Allah ? Ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam pernah
memprediksi bahwa proses dekadensi ummat Islam sangat terkait dengan dua indikasi yang
sedang kita bicarakan ini:

(AHMAD – 21139) : Dari Abu Umamah Al Bahili dari Rasulullah


Shallallahu’alaihiWasallam bersabda: “Sungguh ikatan Islam akan terurai simpul demi simpul.
Setiap satu simpul terurai maka manusia akan bergantungan pada simpul berikutnya. Yang
pertama kali terurai adalah masalah hukum dan yang paling akhir adalah sholat."

Rasulullah Shallallahu’alaihiWasallam memperingatkan kita yang hidup di belakang hari


menjelang semakin dekatnya Kiamat bahwa proses dekadensi Ummat Islam akan terjadi seiring
ditingalkannya pemberlakuan aspek hukum Islam atau hukum Allah sampai diabaikannya
kewajiban menegakkan kewajiban sholat. Padahal kita menyaksikan dewasa ini bahwa kedua
kutub ekstrim tersebut jelas-jelas telah ditinggalkan oleh sebagian besar ummat Islam.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Siapa yang meninggalkan syari’at paten yang diturunkan
kepada Muhammad Ibnu Abdillah Shallallahu’alaihiWasallam penutup para nabi, dan dia malah
merujuk hukum kepada yang lainnya berupa hukum-hukum (Allah) yang sudah dinasakh
(dihapus), maka dia kafir. Maka apa gerangan dengan orang yang berhukum kepada Ilyasa dan
lebih mengedepankannya atas hukum Allah? Siapa yang melakukannya maka dia kafir dengan
ijma kaum muslimin”. [Al Bidayah Wan Nihayah: 13/119].

Sedangkan dalam kaitan dengan sholat, Nabi Shallallahu’alaihiWasallam sangat menganjurkan


agar kaum muslimin pria sedapat mungkin menegakkan sholat lima waktu berjamaah di masjid
kecuali jika ada uzur syar’i. Dan mereka yang tanpa alasan benar meninggalkan sholat berjamaah
ke masjid dikaitkan dengan penyakit kemunafikan. Di antaranya kita dapati hadits berikut:

(MUSLIM – 1041) : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Shalat yang dirasakan
berat bagi orang-orang munafik adalah shalat isya` dan shalat subuh, sekiranya mereka
mengetahui keutamaannya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. 

(MUSLIM – 1046) : Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata: "Menurut pendapat kami, tidaklah
seseorang ketinggalan dari shalat (berjamaah di masjid), melainkan dia seorang munafik yang
jelas kemunafikannya (munafik tulen)."

Padahal Allah telah menegaskan bahwa fihak yang paling keras menolak diajak kepada
pemberlakuan hukum Allah dan hukum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ialah kaum
munafik. Wa na’udzubillah min dzaalika.

ِ ‫وَِإ َذا قِي َل لَهُ ْم تَ َعالَوْ ا ِإلَى َما َأ ْنزَ َل هَّللا ُ َوِإلَى ال َّرس‬
‫ُول‬

ُ َ‫َرَأيْتَ ْال ُمنَافِقِينَ ي‬


‫ص ُّدونَ َع ْنكَ صُ دُودًا‬

“Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah
turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi
(manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An-Nisa 61)

Sejak dibubarkannya sistem kehidupan Islami (baca: Khilafah Islamiyyah) pada tahun 1924 oleh
pengkhianat bernama Mustafa Kemal, maka simpul demi simpul ikatan Islam dengan cepat
terurai satu demi satu. Sehingga dewasa ini kita rasakan betapa seluruh aspek kehidupan telah
terlepas dari kendali ikatan Islam. Ummat manusia kebanyakan, termasuk sebagian ummat Islam
sendiri, memandang faham bikinan manusia sebagai lebih baik daripada ajaran Allah, Al-Islam.
Tidak sedikit muslim yang berpandangan bahwa jika kita kembali kepada Islam saja dalam
menata segenap aspek hidup berarti memutar jarum jam ke belakang alias tidak berperadaban
modern. Sehingga dalam bab sholat saja tidak sedikit kita jumpai seorang muslim dengan
ringannya meninggalkan kewajiban mendasar yang satu ini.

Sejak saat itu kitapun kian hari kian menyaksikan betapa hegemoni fihak kaum kuffar (non-
Islam) semakin kokoh dan solid. Mulailah mereka memperkenalkan rencana mega-proyek
mereka yang dinamakan Novus Ordo Seclorum alias the New World Order (Tatanan Dunia
Baru). Fihak kuffar Barat yang dikomandani Amerika –dengan lobi Yahudi di belakang
layarnya- memposisikan diri sebagai penentu akhir siapa fihak yang pantas disebut kawan dan
siapa yang sepantasnya dimusuhi lalu diberi label teroris. Tidak ada satupun negeri kecuali
diharuskan tunduk kepada sang pejabat sementara komandan Tatanan Dunia Baru. Mengapa kita
menyebutnya sebagai ”pejabat sementara” komandan Tatanan Dunia Baru? Karena mereka
sendiri mengumukan bahwa ada pemimpin dunia yang mereka sedang nantikan kehadirannya.
Dan mereka sangat berharap bahwa mega-proyek Novus Ordo Seclorum akan menjadi sarana
untuk membuka jalan kehadiran sang pemimpin yang dinantikan tersebut.

Pemimpin tersebut adalah sebagaimana mereka isyaratkan dalam lembaran kertas uang satu
Dollar Amerika Serikat. Pada The Great Seal (Simbol Yang Agung) yang ada di lembaran kertas
tersebut mereka jelas-jelas menggambarkan Novus Ordo Seclorum (Tatanan Dunia Baru)
laksana sebuah piramida tidak sempurna yang terpotong bagian atasnya. Seolah menyiratkan
bahwa sistem dunia yang sedang mereka bangun ini sedang menanti kehadiran pemimpinnya
yang simbolnya berupa ”mata tunggal.” Sedangkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
bersabda:

”Dan sesungguhnya Dajjal itu bermata satu; sebelah matanya tidak nampak. Di antara kedua
matanya tertulis "kafir" yg terbaca oleh setiap mu’min yg mengerti baca-tulis ataupun tidak."
(HR Ahmad)

Jadi pemimpin yang mereka sedang nantikan kedatangannya ialah fitnah paling dahsyat
sepanjang zaman, yakni Dajjal. Dajjal ingin segera mereka nobatkan sebagai sang pemimpin
Tatanan Dunia Baru yang dewasa ini kita rasakan hegemoninya kian hari kian menggurita di
seluruh penjuru dunia. Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah
yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani)

Dajjal merupakan fitnah paling dahsyat sepanjang zaman. Namun Nabi pernah memperingatkan
para sahabat akan adanya sesuatu yang lebih beliau khawatirkan menimpa ummat Islam daripada
fitnah Dajjal.

Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam.
Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari
fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal
melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia
ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.” (HR Ahmad)

Kita diperingatkan agar mewaspadai rangkaian fitnah yang muncul menjelang munculnya Dajjal.
Rangkaian fitnah tersebut bisa meliputi aspek kehidupan yang mana saja. Ia bisa berupa fitnah
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, militer, pertahanan-keamanan, pendidikan,
sains-teknologi, hiburan dan informasi. Nabi mengatakan bahwa barangsiapa tidak terjerumus ke
dalam rangkaian fitnah sebelum hadirnya Dajjal, maka ia bakal selamat pula menghadapi fitnah
Dajjal. Demikian pula sebaliknya, barangsiapa yang terjatuh kepada salah satu atau lebih dari
rangkaian fitnah tersebut, niscaya besar kemungkinan pada gilirannya ia bakal terjerumus ke
dalam fitnah Dajjal. Na’udzubillaahi min dzaalika…!

Sedangkan dalam kesempatan lain Nabi memberikan antisipasi mengenai kapan Dajjal bakal
muncul. Ada dua prakondisi menjelang dekatnya kehadiran Dajjal. Pertama, bila ummat pada
umumnya sudah tidak peduli lagi akan eksistensi oknum Dajjal. Bahkan sebagian memandang
pembicaraan soal Dajjal merupakan pembicaraan yang tidak relevan alias sia-sia. Lalu yang
kedua, bila para Imam, Muballigh, Ustadz, pemuka agama bahkan Alim-Ulama tidak
memandang perlu lagi memperingatkan ummat Islam akan bahaya fitnah Dajjal.

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل اَل يَ ْخ ُر ُج ال َّدجَّا ُل‬


َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ُ ‫َس ِمع‬
َ ‫ْت َرس‬

‫ك اَأْلِئ َّمةُ ِذ ْك َرهُ َعلَى ْال َمنَابِ ِر‬


َ ‫َحتَّى يَ ْذه ََل النَّاسُ ع َْن ِذ ْك ِر ِه َو َحتَّى تَ ْت ُر‬

“Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam tidak lagi
menyebutnya di atas mimbar-mimbar.” (HR Ahmad)

Anda mungkin juga menyukai