Anda di halaman 1dari 2

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH AL NAHDLIYYAH*

Oleh: Muhammad Adib Sholihuddin, S.S

KH. Marzuqi Mustamar pernah menyampaikan “Keraguan dalam agama adalah


musibah terbesar dalam hidup. Ironisnya, musibah itu akhir-akhir ini melanda sebagian
umat Islam di negeri ini, khususnya warga Nahdlatul Ulama. Salah satu penyebabnya
adalah banyaknya kelompok yang terus menebar tuduhan tentang keabsahan amaliah
mereka. Akibatnya, umat menjadi bingung. Masyarakat awam yang ilmu pengetahuannya
terbatas dan lemah dalam berargumentasi sangat membutuhkan pencerahan. Karena itu,
upaya untuk meringankan bahkan menghindarkan umat dari musibah besar itu sangat
dibutuhkan.”1
Senada dengan beliau, KH. Abdurrahman Navis menyampaikan bahwa dewasa ini
banyak pihak mengklaim sebagai ahlussunnah wal jama’ah yang berbeda, bahkan
menyalahkan ahlussunnah yang dianut Nahdlatul Ulama, dengan berbagai propaganda di
media yang membuat sebagian warga nahdliyyin bingung dan bertanya-tanya atas kebenaran
ajarannya.2
Islam di Nusantara sejak awal masuk, tumbuh dan berkembang merupakan Islam
Ahlussunnah wal Jama’ah. Umat Islam di Nusantara meyakini dan mengamalkan ajaran
Islam Ahlussnnah wal Jama’ah dalam kehidupan kesehariannya. Hal ini dibuktikan dari
tradisi keberagamaan umat Islam di Nusantara yang masih terjaga sampai saat ini dan dari
dokumen sejarah yang dicatat oleh para ulama asal Nusantara.
Islam ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana diyakini dan diamalkan oleh umat Islam
di Nusantara terjaga dan senantiasa diajarkan dari generasi ke generasi. Proses tersebut
kemudian dilembagakan melalui jam’iyyah Nahdlatul Ulama yang secara jelas menggariskan
hal itu dalam Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga. Dengan begitu, Nahdlatul Ulama
merupakan institusionalisi upaya dan ikhtiyar untuk menjaga dan mengajarkan Islam
ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana diyakini dan diamalkan umat Islam di Nusantara dari
masa ke masa.
Ahlussunnah wal Jama’ah merupakan akumulasi pemikiran keagamaan dalam
berbagai bidang yang dihasilkan para ulama untuk menjawab persoalan yang muncul pada
zaman tertentu. Karenanya, terdapat sejarah dan proses yang panjang ahlussunnah wal
jama’ah sebagai faham atau madzhab keagamaan. Sebagaimana diketahui, berbagai bidang
keilmuwan seperti; ilmu tauhid, fiqh, maupun tashawwuf terbentuk tidak dalam satu masa,
namun muncul secara bertahap dan dalam waktu berbeda.3
Sebenarnya, pemahamanan keislaman ‘ala Ahlussunnah wal Jama’ah hanya
merupakan kelanjutan dan kelangsungan dari desain yang sudah ada sejak masa Rasulullah
Shallahu ‘alaihi wa Sallam dan Khulafaur Rasyidin. Namun, pemahaman tersebut menonjol
setelah kemunculan firqah mu’tazilah pada abad kedua hijriyah.

1
*Disampaikan dalam kegiatan “Ansor Ngaji Aswaja” yang diadakan Pengurus Ranting Penambangan di Rumah Sahabat Dewa
pada hari Selasa, 07 Juni 2022.
KH. Marzuqi Mustamar, Dalil-dalil Praktis Amaliah Nahdliyah, Surabaya: Muara Progressif, 2014, hal iv.
2
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, 2016, hal xi.
3
KH.
A.N. Nuril Huda dkk., Ahlussunnah wal Jama’ah Persoalan Tradisi dan Kekinian, Jakarta: PP Lembaga Dakwah NU, 2006, hal.3
‫كَذكِل َ َج َعلْ ٰنمُك ْ ُا َّم ًة َّو َس ًطا ِل ّ َت ُك ْون ُ ْوا ُش هَدَ ۤا َء عَىَل النَّ ِاس‬ ٰ ‫َو‬
‫َويَ ُك ْو َن َّالر ُس ْو ُل عَلَ ْيمُك ْ َش هِ ْيدً ا ۗ َومَا َج َعلْنَا الْ ِق ْبةَل َ الَّيِت ْ ُك ْن َت‬
‫عَلَهْي َٓا ِااَّل ِلنَ ْعمَل َ َم ْن يَّت َّ ِب ُع َّالر ُس ْو َل ِم َّم ْن ي َّ ْن َق ِل ُب عَىٰل َع ِق َب ْي ِ ۗه َوا ِْن‬
‫اَك ن َْت لَ َك ِبرْي َ ًة ِااَّل عَىَل اذَّل ِ ْي َن هَدَ ى اهّٰلل ُ َۗومَا اَك َن اهّٰلل ُ ِل ُي ِض ْي َع‬
ٌ ‫ِايْ َمانَمُك ْ ۗ ِا َّن اهّٰلل َ اِب لنَّ ِاس لَ َر ُء ْو ٌف َّر ِحمْي‬
Artinya: “Dan demikianlah, kami telah menjadikan kamu sekalian (Umat Islam) umat
pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan
perbuatan) manusia umumnya dan supaya Rasulullah SAW menjadi saksi (ukuran penilaian)
atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian .....” (Al-Baqarah: 143).

Sebagaimana dijelaskan Abdul Muchit Muzadi, ayat ini menerangkan bahwa yang menjadi
pengukur umat Islam secara keseluruhan adalah Rasulullah Muhammad SAW, sedangkan
umat Islam sendiri menjadi pengukur manusia pada umumnya.

Hadlratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari di dalam Muqaddimah Qanun Asasi menyatakan; 4

“Wahai Ulama dan para pemimpin yang bertaqwa di kalangan Ahlussunah wal Jamaah dan
keluarga mazhab imam empat. Anda sekalian telah menimba ilmu-ilmu dari orang-orang
sebelum anda, orang-orang sebelum anda menimba dari orang-orang sebelum mereka,
dengan jalan sanad yang bersambung sampai kepada anda sekalian. Dan anda sekalian
selalu meneliti dari siapa anda menimba ilmu agama anda itu. Maka dengan demikian, anda
sekalian penjaga- penjaga ilmu dan pintu gerbang ilmu-ilmu itu. Rumah-rumah tidak
dimasuki kecuali dari pintu-pintu siapa yang memasukinya tidak lewat pintunya, disebut
pencuri.

4
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Khazanah Aswaja, Surabaya: Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, 2016, hal. 426

Anda mungkin juga menyukai