KELAS
X
S
egala Puji Millik Allah SWT, yang atas karunia-Nya buku Aswaja
Ke-NU-an ini selesai dalam waktu singkat. Aswaja atau
Ahlussunah Waljamaah atau Ke-NU-an merupakan mata
pelajaran wajib di sekolah/madrasah yang berhaluan NU. Melalui mata
pelajaran Aswaja, faham Ahlussunah Waljamaah Annahdliyah
diajarkan dan ditumbuhkan dalam diri anak didik. Kader-kader muda
NU atau masyarakat umum yang menimba ilmu di SMK Al-Asy`ariyah
atau sejenisnya memperoleh kesempatan mengenal dan memahami
bagaimana Aswaja diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. melalui
buku ini pula, peserta didik dapat belajar bagaimana NU meletakkan
landasan berinteraksi, berjual-beli, bermasyarakat, berpolitik,
beragama, berbangsa, dan bernegara.
Sejarah membuktikan bahwa Nu dengan Aswaja-nya berhasil
membawa bangsa Indonesia ke peri kehidupan yang damai, adil,
demokratis, dan berkeadilan. Ahlussunah waljamaah memiliki tiga
aspek penting yang menjai dasar berperikehidupan dalam beragama,
berbangsa, dan bernegara, yakni aspek aqidah, syariah atau fiqh, dan
akhlak atau karakter. Dengan ketiga aspek inilah NU memberikan
kontribusinya bagi Indonesia. Warga NU hidup dengan aqidah,
syariah, dan karakter yang khas.
Buku ini merupakan bunga rampai yang ditulis oleh guru- guru
Aswaja. Oleh karena itu, penulis buku ditampilkan pada awal Bab. Hal
ini dimaksudkan agar tingkat kesulitan buku, kedalaman, serta
keterbacaan buku ini lebih mendekati tingkat kemampuan siswa.
Selain itu, sudah saatnya guru Aswaja memperoleh kesempatan untuk
menuangkan pengetahuan dan kemampuan mereka. Hal ini akan
mendorong para guru Aswaja untuk terlibat lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
Kelemahan adalah keniscayaan. Oleh karena itu, segala tegur sapa
dan masukan terhadap buku ini akan diterima dengan tangan terbuka
dan akan dijadikan dasar bagi perbaikan edisi kedua. Tegur sapa
2
ilmiah sangat dinantikan dari para Kyai, Nyai, Dosen, sesama Guru
Aswaja, pun dari pembaca umum. Semoga Allah merodloi kita.
Semoga Aswaja, NU semakin jaya. Aaminn
3
Kepala Sekolah SMK Al-ASY`ARIYAH
MARS SYUBBANUL
WATHON (Cinta Tanah Air)
َ َأ ْن
ت ُع ْن َوانُ ْال َف َخا َما
Anta ‘Unwaanul Fakhoomaa
4
َ ُك ُّل َمنْ َيْأ ِتي
ْك َي ْو َما
Kullu Mayya’tiika Yaumaa
BAB I
AHLU SUNNAH WALJAMA`AH
5
A. PENGERTIAN AHLUSSUNNAH WALJAMA’AH
Ahlussunnah Waljama’ah atau yang sering disebut Aswaja
merupakan istilah yang terdiri dari tiga kata, yaitu :
1. Ahlu yang berarti keluarga, pengikut, dan penduduk;
2. Al-sunnah yang bermakna jalan atau langkah. Maksudnya
adalah suatu jalan yang telah ditempuh oleh Rasulullah saw;
3. Al-jama’ah yang artinya adalah perkumpulan. Maksudnya
adalah perkumpulan para sahabat Nabi Muhammad saw. Bisa
juga diartikan sebagai kekompakan atau kebersamaan. Kata
Al-jama’ah merupakan kebalikan dari Al-furqoh yang artinya
perpecahan.
Golongan Imam Al-Asy’ari disebut Al-jama’ah dikarenakan
golongan ini konsisten merawat kekompakan atau
kebersamaan. Meskipun terjadi perbedaan pendapat
dikalangan sesama, maka perbedaan tersebut tidak sampai
saling menuduh kafir pada golongan yang berbeda selama
tidak menyentuh masalah tauhid.
Jadi, Aswaja adalah golongan yang memiliki keyakinan kuat
dalam mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. serta para sahabatnya.
Dengan demikian Aswaja merupakan ajaran yang sudah ada sejak
zaman Nabi Muhammad saw. Yakni ajaran Islam yang murni
sebagaimana yang diamalkan Rasulullah dan para sahabatnya. Dilihat
dari kacamata sejarah Islam, ajaran ini muncul sebagai wacana
tandingan terhadap maraknya madzhab Mu’tazilah di dunia Islam
pada abad ke 11 H, terutama pada masa pemerintahan Abbasiyah.
Dalam sebuah hadits Riwayat Imam Tirmidzi dari sahabat
Abdullah Bin ‘Amru Bin Ash, Nabi Muhammad saw. mengatakan
6
bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan dan satu
diantaranya yang akan selamat. Saat ditanyakan kepada beliau,
siapakah golongan yang akan selamat itu? Nabi Muhammad saw.
menjawab, “Mereka adalah kelompok yang setia mengamalkan apa
yang aku perbuat saat ini dan para sahabatku”.
Lalu siapakah yang dimaksud dengan golongan yang oleh
Nabi saw. dinyatakan selamat, tidak masuk neraka? Menurut Syihab
Al-Khafaji dalam Kitab Nasamur Riyadl bahwa satu golongan yang
dinyatakan selamat adalah Ahlussunnah Waljama’ah. Kemudian
siapakah Ahlussunnah Waljama’ah itu? Menurut Al-Hasyiyah Asy-
Syanwani, Ahlussunnah Waljama’ah adalah pengikut Imam Abu
Hasan Al-Asy’ari dan pengikut imam empat madzhab (Imam Hanafi,
Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali).
Menurut Al-Imam Al-‘Alim Al-‘Alamah Al-Sayyid
Muhammad Bin Muhammad Al-Husaini yang dikenal dengan Al-
Syekh Murtadla Al-Zabidi (1732-1790 M.) dalam kitab Al-Ittihaf Al-
Sadat Al-Muttaqin mengomentari kitab Ihya’ ulumuddin karya Imam
Al-Ghazali dalam pasal ke dua dari Muqoddimah Syarah ‘Aqoid
mengatakan bahwa “Jika diucapkan Ahlussunnah Waljama’ah, maka
yang dikehendaki adalah golongan Asya’riyah (pengikut Imam Al-
Asy’ari) dan Al Maturidiyah (pengikut Imam Al-Maturidi)”.
Kemudian Syekh Ahmad Bin Musa Al-Kayali dalam
komentarnya atas kitab Al-Aqoid karangan Al-Imam Najmuddin
Umar Bin Muhammad An-Nasafi menuturkan bahwa “Golongan
pengikut imam Abu Hasan Al-Asy’ari semuanya merupakan
Ahlussunnah Waljama’ah. Jika dikatakan Ahlussunnah Waljama’ah,
maka tidak dapat diartikan selain golongan mereka”.
7
Karena, merekalah yang ditakdirkan oleh Allah sebagai
hujjah atas makhluk-Nya. Mereka pula yang dimaksud dalam sabda
Rasulullah saw. “Sesungguhnya Allah swt. tidak akan
mengumpulkan umatku (para pengikut Al-Asy’ari) dalam kesesatan”.
B. SEJARAH ASWAJA
Perihal pendalaman lebih lanjut mengenai paham Aswaja ini,
pada periode masa lalu tentu sudah melalui pengecekan terhadap
hadits-hadits yang dinilai dapat dipertanggung jawabkan (valid).
Sebab, tidak ada cara lain untuk dapat memperoleh gambaran secara
utuh atas paham keagamaan seperti Islam, melainkan melalui telaah
Al-Qur’an dan hadits secara mendalam.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad saw. agama Islam tersebar
luas ke daerah luar semenanjung jazirah Arab. Tidak sedikit bangsa
yang semula asalnya memiliki kepercayaan yang bertentangan
dengan Islam, namun pada akhirnya memeluk agama Islam. Bahkan
diantaranya, ada sebagian golongan yang ingin memasukan
kepercayaan mereka kedalam ajaran agama Islam.
Mulanya, hanya muncul perbedaan pandangan tentang politik
yang terjadi pada akhir masa pemerintahan Khalifah Utsman Bin
Affan. Kemudian, pada masa kepemimpinan Khalifah Ali Bib Abi
Thalib, muncul dua ajaran yang bertentangan, yakni aliran Syiah dan
aliran Khawarij. Perbedaan keduanya adalah soal sosok Sayyidina
Ali, kelompok Syiah mendukung dan mengagungkan Sayyidina Ali,
sedangkan kelompok Khawarij membencinya. Kemudian muncul lagi
aliran Murji’ah yang mengambil jalan tengah dan tidak melibatkan
diri dalam perseteruan dua kelompok tadi.
8
Sesudah terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan, sebagian
sahabat membaiat Ali menjadi Khalifah. Hal ini dikarenakan Ali
adalah salah satu dari enam calon yang ditunjuk oleh Khalifah Umar
sebelum wafat dan memperoleh suara yang sama dengan Utsman.
Sayangnya, orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan Utsman
juga ikut berbaiat terhadap kekhalifahan Ali. Hal ini menimbulkan
fitnah di kalangan sebagian sahabat. Apalagi sebagian sahabat
menghendaki para pelaku pembunuhan Khalifah Utsman diadili
dahulu sebelum pembaiatan khalifah yang baru.
Legitimasi kekhalifahan Ali tidak mencapai seratus persen
dari umat Islam saat itu. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang
tidak menginginkan persatuan umat Islam untuk memecah belah
umat hingga terjadi Perang Jamal (perang unta). Parang Jamal adalah
perang antara Sayyidina Ali karramallahu wajhah dengan
Sayyidatina Aisyah ummul mukminin radliyallahu ‘anha. Perang ini
terjadi karena adanya perbedaan pendapat perihal penyelesaian kasus
pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan dan juga adanya fitnah keji
yang dilancarkan oleh provakator sehingga perang ini tidak dapat
terelakkan yang mengakibatkan korban jiwa cukup banyak. Disebut
dengan perang Jamal karena Aisyah mengendarai unta.
Selain perang Jamal, ada pula Perang Siffin. Perang Siffin
adalah perang antara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan pasukan
Mu’awiyyah. Dalam Perang Siffin tersebut pasukan Ali hampir
memenangkan peperangan. Akan tetapi, atas ide Amr bin Ash,
pasukan Mu’awiyah kemudian mengajak melakukan tahkim (damai)
dengan mengangkat mushaf. Atas desakan para qurra’ (orang-orang
ahli Al-Qur’an), Khalifah Ali menyetujui tahkim tersebut. Lalu
dilakukanlah pembicaraan oleh kedua pihak. Pihak Mu’awiyah
9
diwakili oleh Amr bin Ash sedangkan pihak Ali diwakili oleh Abu
Musa Al-Asy’ari.
Hasil dari pembicaraan dari kedua kubu tersebut adalah
peletakan jabatan dari masing-masing pihak, baik Ali maupun
Mu’awiyah. Keduanya pun sepakat untuk mengumumkan hasil
pembicaraan tersebut kepada publik. Amr bin Ash mempersilakan
Abu Musa Al- Asy’ari untuk berbicara terlebih dahulu dengan alasan,
Abu Musa Al- Asy’ari lebih tua darinya. Sebagai seorang yang
bertakwa dan konsisten terhadap perjanjian, Abu Musa
mengumumkan peletakan kedudukan Khalifah yang dipegang oleh
Ali. Ketika Amr bin Ash mendapat giliran untuk mengumumkan
hasil pembicaraan, ternyata ia mengatakan yang berbeda dari
kesepakatan. Karena Ali meletakkan jabatan, maka Muawiyahlah
yang naik jabatan. Tentu hal ini sangat merugikan pihak Ali. Ali pun
enggan melepaskan kedudukannya hingga terbunuh.
Tahkim Shiffin ini menimbulkan kekecewaan besar di pihak
Ali. Bahkan sebagian pengikut Ali keluar dari barisan Ali. Merekalah
yang disebut Khawarij. Menurut Khawarij, baik Muawiyah maupun
Ali keduanya bersalah. Muawiyah dianggap merampas kedudukan
Khalifah yang dimiliki Ali sedangkan Ali bersalah karena menyetujui
tahkim padahal dia di pihak yang benar. Golongan yang kedua adalah
golongan Syi’ah. Golongan syi’ah adalah golongan pendukung Ali.
Pada perkembangan selanjutnya, berbagai pemikiran aliran
muncul di tengah-tengah umat Islam. Seperti Jabariyah, Qodariyah
dan Mu’tazilah. Dari ketiga aliran tersebut, aliran Mu’tazilah
merupakan golongan yang paling memiliki pengaruh kuat, sebab
paham ini mendapatkan dukungan penuh dari Khalifah Al-Makmun
dari dinasti Abbasiyah. Bahkan, paham ini digunakan sebagai
10
ideologi negara, hal ini berdampak bagi umat Islam yang dipaksa
harus mengikuti paham tersebut.
Pada saat itulah, hadir dua sosok ulama agung yang mampu
mengembalikan umat Islam menuju ajaran yang benar sesuai dengan
ajaran Nabi Muhammad saw, sahabat dan para tabi’in. Beliau adalah
Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Manshur Al-Maturidi.
Meskipun pada taraf tertentu pemikiran kedua tokoh ini sedikit
ditemukan perbedaan, namun mereka secara bersama-sama bersatu
dalam membendung kuatnya gerakan hegemoni Mu’tazilah yang
dilancarkan para tokoh Mu’tazilah dan pengikutnya. Dari kedua
pemikir ini selanjutnya lahir kecenderungan baru yang mewarnai
pemikiran umat Islam waktu itu. Bahkan, hal itu menjadi mainstream
(arus utama) pemikiran-pemikiran di dunia Islam yang kemudian
mengkristal menjadi sebuah gelombang pemikiran keagamaan yang
sering dinisbatkan pada sebutan Ahlussunnah Waljama’ah yang
kemudian populer dengan sebutan Aswaja. Hal ini bukan berarti
Ahlussunnah Waljama’ah baru ada sesudah Abu Hasan Al-Asy’ari
dan Abu Manshur Al-Maturidi. Pada hakikatnya Ahlussunnah
Waljama’ah sudah ada sebelumnya. Terbukti golongan ini dalam hal
fikih berkiblat kepada salah satu dari keempat imam madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali).
Pada dasarnya, ajaran Rasulullah saw. telah tertuang didalam
kitab suci Al-Qur’an dan hadits Nabi. Akan tetapi, masih belum
tertata rapih dan tidak beraturan. Kemudian oleh dua ulama tersebut,
ajaran Nabi dikumpulkan secara rapih lalu merumuskan aqoid (ajaran
tauhid) yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an, hadits, ijma’
(kesepakatan ulama), dan qiyas (analogi).
11
Untuk mengetahui secara mudah tentang Ahlussunnah
Waljama’ah masa kini, Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari
mengatakan pada saat sambutan pembukaan deklarasi berdirinya
Nahdlatul Ulama (NU), bahwa “Ciri khas Ahlussunnah Waljama’ah
adalah mereka yang di bidang fikih mengikuti paham Imam Abu
Hanifah, Imam Malik Bin Anas, Imam Muhammad Bin Idris (Imam
Syafi’i) atau Imam Ahmad Bin Hanbal. Dan di bidang tasawuf
mengikuti ajaran Syekh Junaid Al-Baghdady dan Imam Ghozali. Dan
dalam bidang tauhid mengikuti Imam Abu Hasan Al-Asy’ari atau
Imam Abu Manshur Al-Maturidi”.
12
2. Paham Aswaja sangat berhati-hati soal vonis kafir atau
munafik pada golongan atau seorang mukmin yang
melakukan dosa atau yang tidak sepaham. Mukmin yang
berdosa, kelak di akhirat akan di hukum sesuai dengan dosa
yang diperbuat saat masih hidup. Golongan manapun tidak
berhak menuduh kafir terhadap golongan lain yang berbeda
pandangan. Karena hal semacam itu ranah Tuhan bukan
urusan manusia. Tuduhan kafir kepada sesama mukmin
adalah hal yang sejak dulu sudah ada. Nabi dan ulama salaf
mewanti-wanti agar tidak menganggap remeh persoalan ini.
Rasulullah saw. bersabda:
"يَا َكافِرُ" فَقَ ْد بَا َء بِهَا َأ َح ُدهُ َما: ال ال َّر ُج ُل َأِل ِخ ْي ِه
َ َِإ َذا ق
Artinya: Ketika seseorang mengucapkan kepada saudaranya,
“Wahai kafir”, maka salah satu diantara keduanya telah menjadi
kafir.
3. Aswaja berpendapat bahwa kelak di surga orang mukmin bisa
melihat Allah, sedangkan di dunia manusia tidak bisa melihat
Allah. Pendapat ini berbeda dengan pendapat Mu’tazilah yang
menyatakan orang mukmin tidak bisa melihat Allah di dunia
maupun di akhirat.
4. Aswaja meyakini bahwa Allah swt. itu wujud (ada) tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu.
Allah swt. berfirman:
ِ َْس َك ِم ْثلِ ٖه َش ْي ٌء َۚوهُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْالب
ص ْي ُر َ لَي
Artinya: Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dia
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Rasulullah saw. bersabda:
13
َ َكان:صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِ قَا َل َرسُوْ ُل هَّللا:الَ َص ْي ٍن قَ ع َْن ِع ْم َرانَ ْب ِن ُح
ِ َر َواهُ ْالبُخ.ُهَّللا ُ َولَ ْم يَ ُك ْن َش ْي ٌء َغ ْي َره
َُّاري
Artinya: Imran Bin Hushain berkata: “Rasulullah saw.
bersabda: Allah swt. sudah wujud pada azali (keberadaan tanpa
permulaan) dan belum ada sesuatu apapun selain-Nya”.
Maksudnya adalah, Allah swt. tidaklah menyerupai dengan
makhluk-Nya yang harus terikat oleh ruang dan waktu.
5. Mengenai Al-Qur’an, Aswaja berpendapat bahwa Al-Qur’an
itu adalah kalamullah dan bukan makhluk. Berbeda dengan
pendapat Mu’tazilah yang menyatakan bahwa Al-Qur’an itu
adalah makhluk.
D. PRINSIP-PRINSIP ASWAJA
Paham Ahlussunnah Waljama’ah memiliki empat prinsip,
yaitu tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (tegak), tawazun (seimbang)
dan Tasamuh (toleran).
Adapun Ahlussunnah Waljama’ah, dalam keyakinan memiliki
prinsip dasar sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan hadits, yakni
sebagaimana berikut:
1. Tauhid
Tauhid adalah mempercayai bahwa Allah swt. esa dalam
dzat-Nya, tidak ada sekutu, maha tunggal, tidak ada yang
menyerupai, dibutuhkan oleh semua makhluk, tidak ada yang
bisa melawan kehendakNya, dahulu tanpa permulaan, wujud
sebelum wujudnya alam semesta, wujud tanpa batas akhir,
abadi tanpa hilang, berdiri sendiri, selalu memiliki sifat
kesempurnaan dan keagungan, tidak pernah sirna, maha awal
dan maha akhir, maha mengetahui segala sesuatu apapun.
14
2. Kesucian Allah swt.
Meyakini bahwa Allah swt. adalah dzat yang suci. Artinya,
Allah swt. merupakan dzat yang bersih dari sifat kurang, tidak
berupa jisim, tidak terbatas oleh dimensi ruang dan waktu,
tidak serupa dengan ciptaan-Nya dan tidak ada yang
menyerupai, bukan merupakan sifat, tidak berubah, dan kelak
di surga dapat dilihat dengan mata oleh orang-orang mukmin.
3. Sifat-sifat Allah swt.
Ahlussunnah Waljama’ah memiliki keyakinan bahwa Allah
swt. mempunyai sifat-sifat yang tidak menyerupai dengan makhluk-
Nya. Iman kepada Allah swt. artinya meyakini bahwa Allah swt.
adalah dzat yang memiliki sifat-sifat sempurna dan disucikan dari
segala macam sifat kurang.
LATIHAN SOAL:
15
9. Siapakah yang mewakili Sayyidina Ali saat tahkim (damai)
perang siffin?
10. Bagaimanakah keyakinan Aswaja perihal melihat Allah?
16
BAB II
SEJARAH LAHIRNYA ASWAJA
A. Sejarah NU
Nahdlatul Ulama atau yang biasa dikenal dengan sebutan NU,
17
kemasyarakatan yang lebih dikenal dengan istilah jam’iyah, yang
itu, maka Taswirul Afkar selain tampil sebagai kelompok studi juga
18
organisasi yang bersifat embrional, maka setelah itu dirasa perlu
pertama kali diusulkan oleh KH. Mas Alwi Bin Abdul Aziz. Usulan
namun nama tersebut dirasa kurang pas dan pada akhirnya muncul
Akbar.
Nabi.
19
ُك َعلَى هَّللا ِ َمقَالُه
َ ُّاَل تَصْ َحبْ َم ْن اَل يُ ْن ِهضُكَ َحالُهُ َواَل يَدُل
swt.
pemikirin ideologi agama dan sosial politik yeng terjadi pada saat itu.
20
sampai terlalu mudah memvonis kafir terhadap sesama muslim yang
Saud selaku pemimpin baru tanah Hijaz akan melarang segala bentuk
abad yang lalu. Dan semua itu akan digantikan dengan model ritual
Kontan saja, hal itu menuai protes keras dari berbagai kalangan yang
berpaham Aswaja seluruh dunia. Bahkan, Raja Abdul Aziz Bin Saud
negara Indonesia.
21
Delegasi dari Indonesia yang direkomendasikan untuk
para ulama merasa sakit hati dan kecewa berat karena tidak ada yang
Aziz Bin Saud yang akan merubah total model beragama di Mekkah.
Para ulama Indonesia tidak bisa menerima kebijakan Raja Saud yang
anti ziarah kubur dan lain-lain. Lebih dari itu, Raja Saud memiliki
22
prinsip bermadzhab. KH. Hasyim Asy’ari juga tidak
umat Islam untuk kembali pada ajaran Islam yang murni, akan tetapi
juga merupakan sosok ulama yang alim, enerjik, lincah, cekatan dan
23
restu dari KH. Hasyim Asy’ari. Komite ini memilik misi, yakni
Awalnya, delegasi para ulama adalah KH. Asnawi dari Kudus, akan
Berikut ini adalah surat balasan dari Raja Abdul Aziz Bin
24
didalamnya sudah kami baca, khususnya tentang keprihatinan kalian
setiap orang yang sedang melakukan ritual haji di Baitullah dan tidak
oleh Allah swt. dan tidak ada yang menghalalkan ritualnya dari Al-
akan kami usik dan akan kami beri kebebasan. Namun untuk kegiatan
pada makhluk dalam durhaka kepada Allah swt. Dan hakikat yang
25
alhamdulillah, kami sudah berada di jalur ulama terdahulu, yang
madzhab empat.
Barakatuh
oleh KH. Hasyim Asy’ari, karena beliau punya alasan lain. Komite
Hijaz itu tetap diteruskan, akan tetapi dalam bentuk yang berbeda,
26
Bangkalan Madura. Ketika KH. Abdul Wahab Hasbullah
maka para kiai pun tidak kehabisan cara untuk mengelabui Belanda
membaca tahlil diluar rumah, sedangkan para kiai yang ada di dalam
27
Syafi’i dan Hanbali). Bahkan dalam Anggaran Dasar Pertama tahun
madzhab empat;
madzhab empat;
organisasinya;
pesantren;
28
surau, dan pondok pesantren. Begitu juga dengan kondisi anak yatim
29
diamalkan sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan oleh
beliau;
generasi sesudahnya;
dan jenisnya;
kemampuannya.
30
merupakan rangkaian karakter. Bahkan, kesamaan wawasan ini
keagamaan.
31
Budaya yang berasal dari suatu daerah ketika agama Islam belum
Allah swt.
32
B. SEJARAH PERJUANGAN NU
kitab yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan ajaran Aswaja.
menghadapi politik Belanda seperti wajib militer bagi umat Islam dan
33
itu. Ketika putra KH. Hasyim Asy’ari itu mengundurkan diri,
posisinya digantikan oleh KH. Dahlan Ahyad yang juga tokoh NU.
Selain mereka, terdapat juga nama KH. Zainul Arifin yang menjabat
Asy’ari dan ketua umum PBNU KH. Mahfudz Shiddik ditahan oleh
perjuangan baru bagi umat Islam Indonesia yang dipimpin oleh KH.
34
Ketika pemerintah Jepang meminta pemuda Islam bergabung
Selain itu, KH. Wahid Hasyim duduk sebagi salah seorang anggota
salah satu perumus dasar negara dan turut serta dalam penanda
lainnya.
35
Disaat datang lagi bersama negara sekutu, Belanda
Jihad NU. Fatwa itu mampu membakar semangat para pejuang kaum
36
Kabar pecahnya peperangan di sejumlah daerah tersebut juga tersiar
37
Inilah isi dari keputusan Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama.
Bismillahirrochmanir Rochim
Resolusi:
Mendengar:
Menimbang:
orang Islam.
Mengingat:
38
a. Bahwa oleh pihak Belanda (NICA) dari Djepang yang
ketentraman umum.
kedjadian tersebut.
Memutuskan:
39
nyata serta sepadan terhadap usaha-usaha jang akan
tangannya.
40
Hasyim Asy’ari. Demikian jelas bahwa syarat tegaknya syariat Islam
RESOLUSI DJIHAD – II
NAHDLATOEL OELAMA
“RESOLUSI”
1946.
Mendengar:
Menimbang:
Indonesia.
41
b. Bahwa meraka telah mendjalankan mobilisasi (pengerahan
Republik Indonesia.
Berpendapat:
kalah.
42
4. Kaki tangan moesoeh adalah pemetjah keboelatan tekad dan
Moe’tamar.
3. M.T. Hizboellah.
4. M.T. Sabilillah.
5. Ra’jat Oemmoem.
kristalisasi dan wujud hubbul wathon minal iman (cinta tanah air
bagian dari iman) yang juga dicetuskan Kiai Hasyim Asy’ari, bahwa
43
Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22
44
strategis dalam kabinet pemerintah saat itu. NU yang dulu dipandang
diperhitungkan.
harus rela jabatan itu dijabat orang diluar NU. Begitu juga jabatan-
KH. Masjkur sebagai wakil ketua MPR DPR RI tahun 1977-1983 dan
45
orang NU benar-benar dipinggirkan oleh penguasa Orde Baru yang
martabat manusia.
46
3. Dasar-dasar paham keagamaan NU bersumber dari Al-Qur'an,
47
manusia, kepeloporan dalam usaha, mempercepat
48
maupun sesama warga negara yang berbeda agama, untuk
negara.
49
merosotnya perolehan suara PPP. Hal itu juga tidak lepas dari
adanya unsur adu domba diantara pihak NU dan MI dalam tubuh PPP
yang berdampak pada perolehan suara PPP saat itu merosot secara
drastis. Akan tetapi, dari kejadian itu ada dampak positif bagi NU,
mulai aktif kembali. Disisi lain, waktu itu NU mulai masyhur sampai
C. TOKOH-TOKOH NU.
50
1235 H/ 14 Maret 1820 M di Desa Langundih (Desa Keramat),Ujung
Kehausannya akan ilmu, terutama ilmu Fiqih dan Nahwu, sangat luar
biasa . Bahkan beliau sudah hafal dengan baik seribu bait Nadzam
Alfiyah Ibnu Malik sejak usia muda. Untuk memenuhi harapan dan
juga kehausannya mengenai ilmu Fiqih dan ilmu lainnya, maka orang
51
pesantren Banyuwangi. Selama belajar di Banyuwangi, beliau juga
2,5 sen setiap pohon. Upah ini selalu di tabung. Pada tahun 1859 M,
dari tanah suci, Kiai Kholil dikenal sebagai ahli Fiqih dan Tarekat
52
cepat memperoleh santri. Santri dari Jawa tercatat Bernama Hasyim
wafat dalam usia 105 tahun. Hampir semua pesantren yang ada di
Hasyim Bin Asy’ari Bin Abdul Wahid Bin Abdul Halim (Pangeran
Abdullah Bin Abdul Aziz Bin Abdul Fattah Bin Maulana Ishak (ayah
53
utara Jombang, pada hari Selasa Kliwon 24 Dzul Qo’dah 1287 H/14
Pondok Gendang.
Ya'qub.
54
Tepatnya pada tanggal 26 Rabiul Awal 1317 H/1899 M dengan
Akbar diganti dengan nama Rais ‘Aam. Hadratus Syekh KH. Hasyim
tulisan berupa kitab berbagai bidang ilmu. Antara lain: Risalah Ahl
55
Mekkah Al-Mukarramah. Setelah menyelesaikan studi di berbagai
(kebangkitan tanah air) pada tahun 1916. Dua tahun kemudian, beliau
MIAI.
56
Komite Hijaz ini bertujuan untuk melobi pemerintah Kerajaan Arab
Saudi agar ajaran bermazhab tetap dijamin di Tanah Haram. Misi itu
yang paling utama adalah dasi, karena dinilai meniru busana non
muslim yang menjajah Indonesia. Disisi lain, ada usulan agar kongres
ditolak oleh ANO sehingga gesekan dan ketidak cocokan antara kiai
muda dan kiai sepuh mulai tampak. Pada saat itulah, Kiai Wahab
57
menyampaikan nasihatnya, “Soal tidak setujunya kaum sepuh
tidak akan ada habisnya. Ada contoh menarik tentang ini. Dulu, para
Asy’ari menjabat sebagai Rais Akbar Jam iyah NU, Kiai Wahab
58
Sepeninggal KH. Hasyim Asy’ari, pada tahun 1947, jabatan
Rais Akbar diganti nama menjadi Rais ‘Aam. Kiai Wahab menjadi
bidang pertanian.
59
Kiai Wahab wafat pada tanggal 29 Desember 1971 dalam usia
Jombang.
Kiai Bisri lahir di Desa Tayu, Pati, Jawa Tengah pada tanggal
Pada usia 7 tahun, Kiai Bisri belajar ilmu agama kepada Kiai
Denanyar, Jombang.
60
Kiai Bisri termasuk salah satu kiai yang hadir pada pertemuan
Sejak KH. Hasyim Asy’ari wafat pada tahun 1947, jabatan Rais
Akbar dihapus dan diganti dengan nama Rais ‘Aam. Posisi itu dijabat
61
Hadratus Syekh KH.Hasyim Asy'ari ke Tebuireng, Jombang. Pilihan
5. KH.R. Asnawi
Agung Mataram.
62
Sejak kecil Kiai Asnawi berada di bawah bimbingan
kepada KH. Irsyad Naib dari Mayong, Jepara, sebelum pergi haji.
Umar Shatha. Sepulang dari ibadah haji, beliau mulai mengajar dan
Muria (Masjid Sunan Muria) yang betjarak 18 km dari Kudus. Hal ini
63
dengan salah seorang ulama besar, mufti Mekkah, yang bernama
catatan, baik dari tulisan beliau dan Syekh Ahmad Khatib tersebut
dengan Kiai Asnawi. Karena belum kenal, maka mufti Mesir itu
Husain Bek ke rumah Syekh Hamid Manan dan beliau sendiri yang
64
yang sedang duduk di pojok dan sedang mendengarkan percakapan
dan pondok beliau dikepung oleh tentara Dai Nippon. Beliau dibawa
65
Hari Sabtu Kliwon tanggal 25 Jumadil Akhir 1378 H,
seorang ulama besar dan salah seorang pendiri jam'iyah. Beliau wafat
Bangkalan, Madura.
kemudian pulang ke tanah air. Pada tahun 1911, beliau kembali lagi
menikah lagi dengan Siti Aisyah, gadis asal Bangil, Pasuruan yang
66
masih ada hubungan keluarga dengan istri KH. Abdul Wahab
Hasbullah.
selain diberi nasihat juga diberi uang. Padahal, beliau sendiri tidak
yang memiliki keahlian khusus di bidang seni lukis dan seni kaligrafi.
67
Dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, Kiai
a'wan syuriyah. Selain jadi anggota PBNU, beliau juga masih dalam
dipasang tepat pada pintu gerbang Hotel Peneleh. Lambang itu masih
adalah Kiai Raden Adnan dari Solo. Dalam majelis ini, pimpinan
68
Nahdlatul Ulama tersebut. Secara rinci Kiai Ridwan menjelaskan
69
Setelah Kiai Ridwan memaparkan secara detail, Hadratus
NU) dikenal sebagai Tiga Serangkai NU. Kiai Ridwan wafat 1962,
70
pernah menjabat sebagai kepala madrasah Nahdlatul Wathan. Di
Nama itu diusulkan sebab lewat organisasi ini para ulama bergegas
nama Nahdlatul Ulama. Usulan ini disepakati oleh para ulama yang
Nahdlatul Ulama.
71
8. KH. Abdul Wahid Hasyim
Kiai Ilyas. Beliau lahir pada hari Jum’at legi, Rabiul Awwal 1333 H,
sudah khatam Al-Qur’an ketika masih berusia tujuh tahun. Pada usia
KH. Mahrus Aly. Sepulang dari Lirboyo, Kiai Abdul Wahid tidak
ketua umumnya.
72
Pada tahun 1944 Kiai Wahid didatangi bala tentara Jepang
tentang militer oleh tentara Jepang dan para Shadanco PETA selama
tiga bulan di Cibarusa, Bogor. Itu semua tidak lepas dati jasa Kiai
bangsa ini sangat berduka. Waktu itu hari Sabtu tanggal 18 April,
73
9. KH. Mahrus Aly
KH. Aly Bin Abdul Aziz dan Nyai Hasinah Binti Kiai Sa’id pada
Masa kecil beliau dikenal dengan nama Rusydi dan lebih banyak
milik keluarga. Beliau diasuh oleh ayah sendiri, KH. Aly dan sang
kegemaran belajar ilmu nahwu KH. Mahrus Aly semakin teruji dan
mumpuni. Selain itu, beliau juga belajar silat pada Kiai Balya, ulama
Tegal inilah, Kiai Mahrus Aly menunaikan ibadah haji pada tahun
1927 M.
tahun menuntut ilmu di pesantren ini (sekitar tahun 1934 M), beliau
74
Karena sudah punya bekal ilmu yang mumpuni, Kiai Mahrus hanya
sebagai santri yang tak pernah letih mengaji. Jika waktu libur tiba,
putrinya yang bernama Zaenab pada tahun 1938 M. Pada tahun 1944
75
Pesantren Lirboyo. Santri berduyun-duyun datang untuk menuntut
ilmu dan mengharapkan barokah dari KH. Marzuqi Dahlan dan KH.
Mahrus Aly. Bahkan, berkat Kiai Mahrus , tepatnya pada tahun 1966,
Islam Tribakti).
76
ketidakcocokan dalam pengurus NU, maka beliau bertigalah yang
Pada hari Senin, 4 Maret 1985 M, sang istri tercinta, Nyai Hj.
yang telah lama diderita. Sejak saat itulah, kesehatan Kiai Mahrus
mulai terganggu, bahkan banyak yang tidak tega melihat Kiai Mahrus
beliau menikah lagi supaya ada yang mengurus, namun dengan sopan
tepatnya pada hari Ahad malam Senin, tanggal 6 Ramadan 1405 H/26
77
Muktamar NU ke-13 di Menes, Banten tahun 1938. Dari Surabaya
ini, ia mendapatkan ilmu pendidikan dari Kiai Yasin sendiri dan juga
78
Hadratus Syekh KH. Hasyim Asy’ari. Di pesantren inilah, beliau
di luar Surabaya.
kalangan luas, tak peduli radio itu milik siapa, yang terpenting bisa
79
dikumandangkan tahlilan dan doa bersama untuk mengantar
wakil ketua.
Usaha yang tak kenal lelah ini, akhirnya berbuah hasil. Pada
80
musibah di daerah Pekalongan. Motornya selip dan oleng karena
Tsaniyah 1357 H/8 Agustus 1938 M, beliau wafat dalam usia yang
81
daerah pertempuran Malang Selatan sekaligus menjadi sekretaris
Nya. Amin.
82
LATIHAN SOAL:
Belanda?
Walisongo?
masyarakat!
Runcing”?
83
BAB III
SISTEM ORGANISASI NU
84
NU merupakan organisasi sosial keagamaan yang
pada salah satu dari keempat madzhab besar (Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan fungsinya.
A. KEPENGURUSAN NU
1. Mustasyar
85
Mustasayar merupakan penasehat yang terdapat pada tingkat
2. Syuriyah
sesuai tingkatannya.
A’wan.
86
a. Menentukan arah kebijakan NU dalam melakukan
tasawuf;
di bawah Syuriyah;
3. Tanfidziyah
87
tugas dan wewenang menjalankan pelaksanaan keputusan-
pusat.
Syuriyah;
88
Kesuksesan NU tentu tidak lepas dari peran para Founding
NU, terdapat enam struktur organisasi, baik dari tingkat pusat hingga
Terdiri dari:
89
b. Pengurus Wilayah Harian Syuriyah;
90
c. Pengurus Cabang Istimewa Lengkap Syuriyah;
dari:
Tanfidziyah;
91
7. Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama (PARNU) untuk
Terdiri dari:
B. KEANGGOTAAN NU
1. Anggota Biasa
92
Ulama namun yang bersangkutan bukan warga negara
Indonesia.
3. Anggota Kehormatan
C. PERMUSYAWARATAN NU
1. Muktamar
93
diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama sekali
(lima) tahun;
e. Rekomendasi perkumpulan;
Ulama.
yang sah.
94
Muktamar Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila Rais
pesantren dan tenaga ahli, baik dari dalam maupun dari luar
95
dapat diselenggarakan atas permintaan sekurang-kurangnya
separuh dari jumlah wilayah yang sah. Akan tetapi tidak dapat
96
Permusyawaratan Tingkat Daerah terdiri dari:
Nahdlatul Ulama;
d. Rekomendasi perkumpulan;
97
sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah cabang di
daerah.
menetapkan:
98
a. Laporan pertanggungjawaban Pengurus Cabang
d. Rekomendasi perkumpulan;
99
Nahdlatul Ulama (PCNU). Musyarawah ini membicarakan
d. Rekomendasi perkumpulan;
100
e. Ahlul Halli wal ‘Aqdi;
Ulama.
101
Ranting Nahdlatul Ulama dan keputusannya sah apabila
pemilihan pengurus.
7. Musyawarah Ranting
d. Rekomendasi perkumpulan;
102
tahun yang dihadiri oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama
ranting di daerahnya.
103
Musyawarah Anggota adalah forum permusyawaratan
d. Rekomendasi perkumpulan;
Ulama.
104
Musyawarah Kerja Anggota merupakan forum
D. RAPAT-RAPAT NU
105
Rapat adalah suatu pertemuan yang dapat membuat keputusan
terdiri dari:
2. Rapat Pleno
106
Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah diadakan sekurang-
program kerja;
107
LATIHAN SOAL
Tanfidziyah?
bawah!
NU!
108
BAB IV
109
Untuk melaksanakan tugas dan usaha-usaha, NU membentuk
A. LEMBAGA
110
Berikut adalah Lembaga dibawah naungan yang berjumlah
delapan belas:
Ahlussunnah Waljama’ah;
keagamaan;
111
6. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama disingkat
112
(tematik) dan waqi’iyyah (aktual) yang akan menjadi
Kesehatan;
iImu falak;
Nahdlatul Ulama;
113
kebijakan Nahdlatul Ulama dalam pencegahan dan
B. BADAN OTONOM
tertentu adalah:
114
2. Fatayat Nahdlatul Ulama disingkat Fatayat NU untuk anggota
puluh) tahun;
115
Jenis Badan Otonom berbasis profesi dan kekhususan lainnya
adalah:
Hafizh/Hafizhah;
intelektual;
buruh/karyawan/tenaga kerja;
atau ustadz;
116
7. Serikat Nelayan Nahdlatul Ulama untuk anggota
C. BADAN KHUSUS
khidmat.
NU Center);
117
3. Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif NU (SAKO Ma’arif
NU);
Kader;
LATIHAN SOAL
Ulama (LPPNU)?
118
7. Apa fungsi dari Badan Khusus? dan sebutkan jenisnya!
kekhususan lainnya!
119