Anda di halaman 1dari 15

MEMAHAMI DASAR

AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH


DI INDONESIA
RAFLI MAULANA RIZQULLOH | ASWAJA NU CENTER | 2022

ASWAJA NU CENTER PAC IPNU SUKOHARJO PAC IPPNU SUKOHARJO


BIODATA PEMATERI

Curriculum Vitae
Nama : Rafli Maulana Rizqulloh
Tempat, Tanggal Lahir : Wonosobo, 25 Januari 2003
Alamat : Dk.Lamuk RT15/03 Ds.Kalibening Sukoharjo Wonosobo
Pendidikan Formal : Menempuh S-1 Hukum Keluarga Islam UNSIQ Jawa Tengah
Pendidikan Non Formal : PPTQ Al-Asy’ariyyah Pusat Kalibeber Wonosobo
Jabatan : Ketua PR IPNU-IPPNU Desa kalibening Sukoharjo
No Telepon : 083-104-530-438
Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah

 Istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah ini bukanlah istilah yang datang dari Nabi


Muhammad SAW, melainkan sebagai nama bagi kelompok tertentu yang
mengamalkan segala sesuatu dan sesuai dengan sunnah yang di ajarkan oleh
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
 Istilah Ahlussunah Wal Jama’ah secara bahasa berasal dari tiga suku kata
dalam bahasa Arab, yaitu:
 Ahlun ( ‫ ) ﺍﻫﻞ‬yang berarti kelompok, keluarga, golongan.
 As-Sunnah (‫ ) ﺍﻟﺳﻨﻪ‬yang berarti jalan atau ajaran Nabi Muhammad SAW
meliputi perkataan, perbuatan, ketetapan, dan ajaran para sahabatnya.
 Al-Jama’ah ( ‫ ) ﺍﻟﺠﻤﻌﻪ‬yang berarti perkumpulan / golongan mayoritas.
Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah

 Sedangkan secara istilah, menurut Syekh Abu Fadl bin Syekh ‘Abdus Syakur
Al-Senori di dalam Kitab Al-Kawakib Al-Lamma’ah fi Tahqiq Al-Musamma bi
Ahli Sunnah Wal Jama’ah Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah kelompok atau
golongan yang senantiasa komitmen mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW,
para sahabat dan tabi’in dalam hal aqidah, amaliyah fisik (fiqh), dan akhlaq
batin (tasawwuf).
 Dengan demikian, secara ringkas bisa disimpulkan bahwa Ahlussunnah Wal
Jama’ah adalah semua orang yang berjalan dan menetapkan (berkomitmen)
kepada ajaran Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sebagai pijakan hukum
baik dalam masalah aqidah, amaliyah, dan tasawwuf.
Pengertian Ahlussunnah Wal Jama’ah

 Di dalam Kitab Qanun Asasi li Jam’iyati Nahdlatul Ulama karangan


Hadratussyekh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari, beliau memberi batasan
bahwa dikatakan seseorang berpaham Ahlussunnah Wal Jama’ah jika paham
mereka:
 Dalam segi aqidah, mengikuti salah satu dari Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan
Imam Abu Mansur Al-Maturidi dengan pemahaman Aqoid 50 nya.
 Dalam segi ubudiyah (fiqh), mengikuti salah satu Imam Madzhab yang empat
yaitu: Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Muhammad As-Syafi’i,
dan Imam Ahmad bin Hanbal.
 Dalam segi tasawwuf, mengikuti salah satu pemahaman dari dua imam yaitu:
Imam Qasim Al-Junaidi Al-Baghdadi dan Imam Abu Hamid Muhammad Al-
Ghazali.
Sumber Hukum
Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Adapun sumber hukum yang digunakan dalam berdakwah bersumber kepada
empat sumber pokok yaitu:
1. AL- QUR’AN
Al-Qur’an menurut Muhammad Ali Ash-Shubuni adalah firman Allah SWT yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat melalui perantara
malaikat Jibril, yang termaktub di dalam mushaf dan diriwayatkan kepada kita
secara mutawatir, yang membacanya merupakan suatu ibadah, dimulai dari surah
Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.
2. AL-HADITS / AS-SUNNAH
Ditinjau dari segi kebahasaan, makna hadits / sunnah adalah perbuatan yang
semula belum pernah dilakukan kemudian diikuti oleh orang lain. Sedangkan dari
segi istilah, adalah sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik
perkataan, perbuatan,maupun ketetapan nabi dalam menyikapi suatu peristiwa.
Sumber Hukum
Ahlussunnah Wal Jama’ah
3. IJMA’ ULAMA
Ditinjau dari segi kebahasaan, ijma’ mengandung arti ketetapan hati /
kesepakatan terhadap sesuatu. Sedangkan dari segi istilah, adalah kesepakatan
semua ulama mujtahid muslim dalam satu masa tertentu setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum syara’.
4. QIYAS / ANALOGI
Ditinjau dari segi kebahasaan, qiyas mengandung arti ukuran, bandingan, dan
analogi. Sedangkan ditinjau dari segi istilah menurut Ibnu As-Subki yaitu,
menyamakan hukum sesuatu yang lain karena adanya kesamaan ‘illat (alasan)
hukum menurut mujtahid yang menyamakan hukumnya.
Sejarah Munculnya Istilah
Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Semenjak Nabi Muhammad SAW telah wafat, banyak terjadi pergolakan
diantara umat Islam. Sebagai bukti seriusnya pergolakan itu adalah ketika
wafatnya Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang
dibunuh. Persoalan ini memang persoalan politik, tetapi pada akhirnya
merembet pada persolan aqidah. Sehingga peristiwa ini disebut dengan Al-
Fitnah Al-Qubro.
 Sebagai titik awal dari pergolakan antar umat Islam tadi, lahirlah berbagai
kelompok politik yang berkembang menjadi aliran kalam (Ahli Teologi) yaitu
khawarij dan syiah. Pada saat umat Islam sedang kebingungan dikarenakan
pergolakan pemikiran politik dan kalam ini, ada sekelompok orang yang tidak
terlibat dengan pertentangan politik dan masih berpegang teguh pada ajaran
tauhid yang telah ditegakkan oleh Nabi Muhammad SAW. Mereka inilah para
pengamal substansi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang benar.
Sejarah Munculnya Istilah
Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Para tokoh pengamal Ahlussunnah Wal Jama’ah tersebut adalah Abu Musa Al-
Asy’ari dan Hasan Al-Basri (wafat 110 H). Dan diteruskan pada abad setelahnya
yaitu oleh Imam Abu Hasan Al-Asy’ari (260-324 H) dan Imam Abu Mansur Al-
Maturidi (248-333 H) dengan metode pemahaman Aqoid 50. Kemudian pada abad
inilah istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah diaktualisasikan kepada pengikut-
pengikutnya.
 Pengikut kedua Imam ini kemudian menyebarluaskan ajaran Islam Ahlussunnah
Wal Jama’ah ini ke seluruh penjuru dunia termasuk sampai ke Indonesia dan
diajarkan di dalam pondok pesantren dengan tujuan membentengi aqidah umat
Islam dari paham-paham yang keluar dari Ahlussunnah Wal Jama’ah sampai saat
ini. Salah satu kitab paling dasar di pesantren yang menjelaskan tentang aqidah
umat Islam yaitu kitab ‘Aqidatul ‘Awam dengan penjelasan metode pemahaman
Aqoid 50 yang sesuai dengan pemahaman kedua imam di atas.
Prinsip Dasar
Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Beberapa prinsip dasar yang dikembangkan oleh paham Ahlussunnah Wal
Jama’ah, yang kemudian diaktualisasikan oleh Jam’iyah Nahdlatul Ulama,
diantaranya yaitu:
1. Tawasuth (Jalan Tengah) dan I’tidal (Lurus / Adil)
Tawasuth artinya memilih jalan tengah atau moderat. Dalam konteks
kehidupan bermasyarakat, Nahdlatul Ulama selalu berusaha menempatkan diri
pada posisi tengah-tengah atau moderat. Dengan hal ini Nahdlatul Ulama akan
menjadi ummatan wasathan (kelompok moderat) serta mnghindari segala bentuk
pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrem). Hal ini penting untuk menghindari
fanatisme buta yang kemudian melahirkan sikap ekstimisme. Sikap I’tidal
berkaitan erat dengan sikap tawasuth. Artinya tegak lurus atau adil dalam
menyikapi suatu peristiwa.
Prinsip Dasar
Ahlussunnah Wal Jama’ah
2. Tasamuh (toleran)
Tasamuh adalah sikap toleran, menghargai, tepa slira. Sikap yang menjadi
karakteristik Nahdlatul Ulama ini sangat mempengaruhi cara pandang terhadap
suatu masalah. Dengan sikap ini, warga Nahdlatul ulama menempatkan
keberagaman sebagai suatu keniscayaan untuk dihargai demi persatuan bangsa.
Tasamuh atau sikap toleransi berarti sikap menghargai perbedaan serta
menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan
berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam
meneguhkan apa yang diyakini. Adapun sikap toleransi ini ada batasan-batasan
yang harus diketahui. Toleransi ini dapat diaktualisasikan dalam kehidupan
masyarakat dalam konteks menjalin Ukhuwah Wathaniyah dan Ukhuwah
Insaniyah serta bukan dalam konteks keagamaan atau dalam hal
mencampuradukkan agama.
Prinsip Dasar
Ahlussunnah Wal Jama’ah
3. Tawazun (seimbang)
Tawazun artinya seimbang. Dalam menyikapi sesuatu peristiwa Nahdlatul
Ulama berusaha bersikap arif, mempertimbangkan sebab dan akibat dan
keputusan yang diambil. Seimbang disini juga bermakna harmonisasi dalam dalil
aqli dan dalil naqli. keseimbangan juga teraktualisasi dalam ranah sosial pilitik.
Dimana Nahdlatul Ulama menempatkan diri sebagai pihak pendukung kebijakan
pemerintah tetapi tetap kritis jika menemukan ketidakadilan.
4. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar Ma’ruf artinya menyeru (mengajak) untuk melakukan kebaikan.
Sedangkan Nahi Munkar artinya melarang (menjauhi) perbuatan yang
bertentangan dengan ketentuan agama.
 
Aliran / Golongan yang keluar dari
Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Munculnya berbagai aliran / golongan teologi dalam Islam tidak terlepas dari
faktor historis yang menjadi lansdasan awal. Dalam sejarah perjalanan Islam
tercatat ada beberapa aliran yang muncul pada masa lalu. Aliran-aliran Itu
muncul seiring dengan begitu banyaknya problematika dalam kehidupan.
Aliran-aliran tersebut diantaranya:
 Khawarij
 Syi’ah
 Murji’ah
 Jabariyah
 Qadariyah
 Mu’tazilah
Aliran / Golongan yang keluar dari
Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Aliran Khawarij
Menurut Al-Baghdadi di dalam Kitab Ushul Al-Din (428 H) secara garis besar,
Khawarij terbagi menjadi dua puluh kelompok. Adapun konsep pemahamannya
yaitu, seseorang yang melakukan dosa besar dihukumi kafir dan hahal dibunuh.
 Aliran Syi’ah
Menurut Dr. Muhammad Arief Halim di dalam Buku Antara Sunni dan Syi’ah
menjelaskan bahwasannya aliran ini dikelompokkan menjadi empat aliran pokok
yaitu, Imamiyah, Zaidiyah, Sab’iah, Ghulat. Adapun doktrin yang di ajarkan pada
aliran ini adalah taqiyah.
 Aliran Murji’ah
Doktrin aliran ini mengesampingkan amal dari keimanan.
Aliran / Golongan yang keluar dari
Ahlussunnah Wal Jama’ah
 Aliran Jabariyah
Doktrin aliran ini adalah menganggap semua perbuatan manusia itu
kehendak Allah saja. Dengan kata lain manusia mengerjakan perbuatan dengan
terpaksa.
 Aliran Qadariyah
Doktrin aliran ini bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia itu semua takdir
dari Allah. Walaupun perbuatan yang dilakukan itu baik maupaun buruk.
 Aliran Mu’tazilah
Doktrin aliran yang menggunakan akal (rasio) dalam pengamalannya dan
menggunakan konsep Al-Manzilah baina Al- Manzilataini yaitu pelaku dosa besar
tidak dihukumi kafir begitu pula tidak dihukumi mukmin.

Anda mungkin juga menyukai