Anda di halaman 1dari 6

“Konsep Agama Dan Beragama”

Disusun Oleh:
Muhammad Adil Ash - Shidiq

Universitas Islam Jakarta


Email: muh.adilshidiq@gmail.com

A. PENDAHULUAN
Latar belakang konsep agama dan beragama dapat dilacak kembali hingga
sejarah manusia purba. Manusia purba percaya pada kekuatan supranatural atau roh
yang mereka anggap memiliki pengaruh terhadap kehidupan mereka. Seiring
berjalannya waktu, kepercayaan ini berkembang menjadi agama-agama formal seperti
Islam, Hindu, Buddha, Kristen, dan agama-agama lainnya.
Agama menjadi faktor penting dalam membentuk budaya dan masyarakat.
Agama dapat memberikan landasan moral dan etika yang menjadi panduan bagi
perilaku manusia. Agama juga dapat memainkan peran penting dalam menyatukan
masyarakat dan memberikan identitas kolektif. Sebagai contoh, kepercayaan dan
praktik agama memiliki peran penting dalam budaya Indonesia, di mana agama Hindu
menjadi faktor penting dalam pembentukan tradisi dan nilai budaya, disebabkan
agama yang pertama menduduki dan adanya beberapa kerajaan hindu yang besar di
Indonesia
Namun, agama juga dapat menyebabkan konflik dan perpecahan. Sejarah telah
mencatat banyak konflik dan peperangan yang dipicu oleh perbedaan agama atau
pandangan keagamaan yang berbeda. Namun, penting untuk diingat bahwa agama
tidak selalu menjadi faktor utama dalam konflik dan kekerasan. Konflik dapat
disebabkan oleh faktor sosial, ekonomi, politik, dan budaya lainnya.
Di era modern, kebebasan beragama dan hak untuk tidak beragama diakui oleh
banyak negara dan organisasi internasional. Konsep pluralisme agama juga semakin
penting, di mana masyarakat harus menghargai dan mengakui keberagaman agama
dan keyakinan. Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, konsep agama dan
beragama terus mengalami perubahan dan evolusi. Beberapa agama dan keyakinan

1 | 2 4 Mei 2 0 23
baru muncul, sementara agama-agama tradisional mengalami adaptasi dan
transformasi dalam menjawab tantangan zaman yang baru.

B. ISI

Konsep Agama Dan Beragama Ahlusunnah Wal Jamaah

Ahlusunnah Wal Jamaah memang satu istilah yang mempunyai banyak makna.
Sehingga banyak golongan yang mengklaim dirinya sebagai ahlusunnah wal jamaah.
Ahlusunnah Wal Jamaah adalah kelompok yang konsisten menjalankan sunah nabi
saw., dan meneladani para sahabat nabi dalam akidah (tauhid), amaliah (syariah) dan
akhlak (tasawuf).

Term “aswaja” sering menjadi label bagi suatu gerakan maupun organisasi
diberbagai penjuru dunia, tak ketinggalan negara kita Indonesia. NU, FPI misalnya,
dikenal sebagai organisasi keagamaan yang paling membela faham Ahlussunnah wal
Jamaah meskipun secara organisatoris belum ada keputusan resmi tentang kewajiban
menganut faham Ahlussunnah wal Jamaah bagi warganya. Secara terminologi.

Ahlussunnah wal Jamaah terdiri dari tiga kata, Ahlun bearti pemeluk aliran
atau pengikut madzhab bila berkaitan dengan aliran atau madzhab. Bahkan ahl bisa
merupakan badal nisbah, sehingga jika dikaitkan dengan as-sunnah mempunyai arti
orang yang berfaham sunni. Shunnah mempunyai arti Thoriqoh yakni jalan yang
dilakukan oleh para sahabat nabi dan tabi’in. Jamaah bearti sekumpulan orang yang
memiliki tujuan, persatuan menyeluruh dari umat Islam.

Madzhab Ahlussunnah wal Jamaah merupakan madzhab yang telah lama.


Disebutkan Abu Hanifah, Asy-Syafii, Malik dan Ahmad bin Hanbal (pengikut
madzhab ini). Madzhab tersebut merupakan madzhab sahabat yang mereka terima dari
nabi mereka. Siapa yang menyimpang dari madzhab tersebut dia pembid’ah menurut
faham Ahlussunnah wal Jamaah. Mereka sepakat bahwa ijma’ sahabat sebagai hujjah,
dan mereka berselisih faham tentang ijma’ sesudah mereka .

Ahl sunnah wal jama’ah tidak terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Namun keduanya hanya menyebutkan secara parsial seperti ahl, as-sunnah dan al-
jama’ah. Kata ahl dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak seratus kali yang maknanya
lebih dari lugawi, sedangkan assunnah ada tiga belas tempat. Sementara al-jama’ah

2 | 2 4 Mei 2 0 23
banyak ditemukan dalam hadits-hadits nabi seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari,
Muslim dan imam Ahmad.

Adapun peran Ahlusunnah Wal Jamaah dalam konsep agama dan beragama
yakni wasthiyah. Yang menjadi cerminan dalam segala aspek kehidupan seperti
akidah, syariah, dan akhlak/tasawwuf serta dalam manhaj. Dan peran wasthiyah
terjadi dalam hal – hal sebagai berikut:

1. Melandaskan ajaran islam kepada Al – Qur’an dan As – Sunnah sebagai


sumber pokok dan juga sumber – sumber sekunder yang mengacu pada Al
– Qur’an dan As – Shunnah seperti ijma’ dan qiyas.
2. Menjadikan ijtihad sebagai otoritas dan aktifitas khusus bagi orang-orang
yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang tidak mudah untuk dipenuhi.
Sedangkan bagi yang tidak memenuhi syarat-syarat ijtihad, tidak ada jalan
lain kecuali harus bermazhab dengan mengikuti salah satu dari mazhab-
mazhab yang diyakini penisbatannya kepada ashabul madzahib. Namun,
NU dan FPI membuka ruang untuk bermazhab secara manhaji dalam
persoalan-persoalan yang tidak mungkin dipecahkan dengan bermazhab
secara qauli. Pola bermazhab dalam NU maupun FPI berlaku dalam semua
aspek ajaran Islam; aqidah, syariah/fiqh, dan akhlaq/tasawwuf, seperti
dalam rincian berikut: (a). Di bidang syariah/fiqh, Nahdlatul Ulama
mengikuti salah satu dari mazhab empat, yaitu mazhab Imam Abu Hanifah,
mazhab Imam Malik ibn Anas, mazhab Imam Muhammad bin Idris as-
Syafii dan mazhab Imam Ahmad bin Hanbal. (b). Di bidang aqidah
mengikuti mazhab Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan mazhab Imam Abu
Manshur al-Maturidi. (c). Di bidang akhlaq/tasawuf mengikuti mazhab
Imam al-Junaid al-Baghdadi dan mazhab Imam Abu Hamid al-Ghazali.
3. Berpegang teguh pada petunjuk Al-Qur’an di dalam melakukan Dakwah
dan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, yaitu dakwah dengan hikmah/kearifan,
mau’izhah hasanah, dan mujadalah bil husna serta berjihad dalam
memerangi kemungkaran.
4. Sebagai salah satu wujud dari watak wasathiyyah dengan pengertian al-
waqi’iyyah (realistis), Nahdlatul Ulama dan Front Persaudaraan Islam
menghukumi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dengan

3 | 2 4 Mei 2 0 23
Pancasila sebagai dasarnya sebagai sebuah negara yang sah menurut
pandangan Islam dan tetap berusaha secara terus menerus melakukan
perbaikan sehingga menjadi negara adil makmur berketuhanan Yang Maha
Esa.
5. Mengakui keutamaan dan keadilan para shahabat Nabi, mencintai dan
menghormati mereka serta menolak dengan keras segala bentuk
penghinaan dan pelecehan terhadap mereka apalagi menuduh mereka kafir.
6. Tidak menganggap siapa pun setelah Nabi Muhammad saw sebagai pribadi
yang ma’shum (terjaga dari kesalahan dan dosa).
7. Perbedaan yang terjadi di kalangan kaum muslimin merupakan salah satu
dari fitrah kemanusiaan. Karena itu, menghormati perbedaan pendapat
dalam masa`il furu`iyyah-ijtihadiyah adalah keharusan. Yang tak perlu
melakukan klaim kebenaran dalam masalah ijtihadiyyah tersebut.
8. Menghindari hal-hal yang menimbulkan permusuhan seperti tuduhan kafir
kepada sesama muslim, ahlul qiblah.
9. Menjaga ukhuwwah imaniyyah-islamiyyah di kalangan kaum muslimin
dan ukhuwwah wathaniyyah terhadap para pemeluk agama-agama lain.
Dalam konteks Ahlusunnah Wal Jamaah, senantiasa menjaga ukhuwwah
islamiyah adalah niscaya terutama untuk menjaga persatuan dan
kekompakan seluruh muslim dan muslimat.
10. Menjaga keseimbangan antara aspek rohani dan jasmani dengan
mengembangkan tasawwuf `amali, majelis-majelis dzikir, dan sholawat
sebagai sarana taqarrub ilallah di samping mendorong umat Islam agar
melakukan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka
Dasar – dasar agama dan beragama Ahlusunnah Wal Jamaah
adalah tawasshut (moderasi), ta’addul (adil), tawazun (menyeimbangkan) ,
dan i’tidal (sikap lurus). Sehingga dasar – dasar inilah yang menjadi
landasan fikiran serta amaliyah sehari – hari.

C. PENUTUP
Ahlusunnah Wal Jamaah adalah konsep agama dan beragama yang
menjungjung tinggi nilai moderat, dalam kehidupan antar beragama. Untuk
mewujudkan kedamaian dan keharmonisan dalam ummat beragama.

4 | 2 4 Mei 2 0 23
Maka dari itu muslim dan muslimat Ahlusunnah Wal Jamaah harus menjadi
lokomotif dan suri tauladan yang baik dalam berkomitmen serta taat pada konsep
agama dan beragama untuk menjaga akidah Ahlusunnah Wal Jamaah di Indonesia.

5 | 2 4 Mei 2 0 23
DAFTAR PUSTAKA

Dr, As Sayyid Al Habib Muhammad Rizieq Bin Syihab, Lc., M.A., Ph.D.,DPMSS (2004).
Dialog FPI: Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Jakarta.

M. Ali Haidar (1994). Nahdatul Ulama dan Islam di Indonesia pendekatan fiqih Jakarta: PT .
Gramedia Pustaka Utama.

6 | 2 4 Mei 2 0 23

Anda mungkin juga menyukai