Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR DAN JEJAK SEJARAH KEMUNCULAN ASWAJA

Ricky Firmansyah

A. Pengertian Ahlussunnah Wal Jama'ah


Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan kepanjangan dari Aswaja. Aswaja terdiri dari
tiga kata, yaitu :
1. Ahlun yang mempunyai arti keluarga, pengikut, golongan atau suatu komunitas
2. Sunnah yang mempunyai arti segala sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,
baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan, ,maupun keputusan
Sunnah juga bisa diartikan dengan orang-orang yang mengikuti sunnah dan
berpegang teguh padanya dalam segala perkara, baik dalam perkataan pemikiran dan
perbuatan, yang merujuk kepada apa saja yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan
para sahabatnya1
3. Al-Jama’ah artinya apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah SAW pada
masa Khulafaur Rasyidin. Kata al-Jama'ah juga diambil dari sabda Nabi Muhammad
SAW :
‫من اراد حببوبة اجلنة فلزيم امجلاعة‬
"Barang siapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai di surga, maka
hendaklah ia mengikuti al-Jama'ah (kelompok yang menjaga kebersamaan)” (HR.
Tirmidzi).2
Secara terminologi mengandung makna yaitu : golongan yang di dalamnya
terkumpul orang-orang yang memiliki integritas moral atau akhlak, ketaatan dan
keimanan yang kuat dan dipimpin oleh seorang âmir, golongan tersebut kebanyakan
mayoritas kaum muslimin, dan sekelompok sahabat Nabi Muhammad SAW.3
Sedangkan secara istilah berarti golongan umat Islam yang dalam bidang Tauhid
menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al Asy‘ari dan Abu Mansur Al Maturidi,
sedangkan dalam bidang ilmu fiqih menganut Imam empat Madzhab (Hanafi,

1
Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, (Surabaya : Khalista, 2009) 7.
2
Ibid. 7
3
Badrun Alaena, NU Kritisisme dan Pergeseran Makna Aswaja, (Yogyakarta : Tiara Wacana, 2000) 33.
Maliki, Syafi‘i, Hambali) serta dalam bidang tasawuf menganut pada Imam Al
Ghazali dan Imam Junaid al Baghdadi4
Istilah Ahlussunnah Wal Jama'ah menurut Syekh Hasyim Asy'ari dalam kitab
Zidayat Ta'liqat (t.t: 23-24) yaitu :

‫اما اهل السنة فهم اهل التفسري واحلديث والفقه فاهنم املهتدون املمتسكون بسنة النيب صلئ هللا عليه وسمل واخللفا ء بع ده الراش دين‬
‫ومه الطاءفة الناجية قلوا وقداجمتعت اليوم يف مداهب اربعة احلنفيون والشافعيون واملالكيون واحلنبليون‬

“Adapun Ahlussunnah adalah kelompok ahli Tafsir, ahli Hadis dan ahli Fiqih.
Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW dan
sunnah Khulafaur Rasyidin sesudahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-
Firqah an-Najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini
terhimpun dalam empat mazhab, yaitu mazhab Hanafi, Syafii, Maliki dan Hambali5.
Secara spesifik faham Ahlussunnah Wal Jama'ah yang berkembang di Jawa
adalah mereka yang dalam pemahaman fiqih mengikuti ajaran-ajaran salah satu dari
empat mazhab, salah satunya adalah Imam Syafi’i secara mayoritas, dalam hal
akidah dan teologi mengikuti ajaran Imam Abu Al-Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu
Mansur Al-Maturidi, dan dalam pemahaman akhlak -tasawuf mengikuti ajaran Imam
Al-Ghazali dan Imam Al-Junaidi Al-Baghdadi6
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Aswaja (Ahlussunnah
Wal Jamaa’ah yaitu aliran atau Paham yang mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan
para sahabatnya. Mengikuti Rasulullah berarti meneladani dari semua aspek
kehidupan beliau, baik dalam ucapan, perbuatan dan apa yang disetujui oleh
Rasulullah, termasuk juga mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh para sahabat
beliau.
Orang yang mengaku dirinya sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah adalah orang-
orang yang berpegang teguh terhadap ajaran Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW
serta mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para sahabat. Dan bukanlah orang-

4
Moh. Hasan, Perkembangan Ahlussunnah Wal Jamaah di Asia Tenggara (Pamekasan : Kudrat Abdillah 2021). 2
5
Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Surabaya : Khalista 2009) 7
6
Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keutamaan, Dan Kebangsaan (Jakarta : Kompas,
2010) 107
orang yang mengaku Ahlussunnah Wal Jamaah tetapi perilakunya tidak sesuai
dengan Al-Quran dan Sunnah dan apa yang telah dicontohkan oleh sahabat
Rasulullah SAW, baik dalam persoalan ibadah dan amaliah lainnya.

B. Landasan Berdirinya
Nama Ahlussunnah Wal Jama'ah mulai dikenal dan tersebar akidah nya di seluruh
penjuru dunia, setelah 400 tahun Hijrah Nabi, Ahlussunnah Wal Jama'ah sebenarnya
merupakan diksi baru, atau sekurang-kurangnya tidak pernah digunakan sebelumnya di
masa Nabi dan pada periode Sahabat.7
Jauh sebelum itu, kata sunnah dan jama’ah sudah lazim dipergunakan dalam
beberapa tulisan Arab, meski tidak sebagai istilah dan sebutan bagi sebuah mazhab
keyakinan. Sebagaimana terlihat dalam beberapa surat Al-Ma’mun kepada gubernur Ishaq
ibn Ibrahim pada tahun 218 H, sebelum Al-Asy’ari lahir, sebagaimana tercantum kutipan
kalimat wa nasabu anfusahum ilas sunnah (mereka mempertalikan diri dengan sunnah),
dan kalimat ‫( اهل احلق وادين وامجلعة‬Ahli kebenaran, Agama dan jamaah)8

Ahlussunnah wal jama’ah sebagai sebutan bagi kelompok keagamaan diketahui


sewaktu Az-Zabidi menyebutkan seperti penjelasan dari Imam Al-Ghazali sebagaimana
disebutkan dalam keterangan sebelumnya, yaitu :

‫ادا اطلق اهل السنة وامجلعة فاملراد هبم الا شا عرة واملاتريد ية‬
“Jika disebutkan ahlussunnah wal jama'ah maka yang dimaksud adalah pengikut
Al-Asy’ari dan Al-Maturidi”9
Aliran Ahlussunnah Wal Jama'ah pada bidang akidah atau ubudiyah kemudian
berkembang dalam bidang lain yang menjadi karakteristik bagi aliran ini, disebut
akidah/teologi ahlussunnah wal jama'ah maksudnya adalah pengikut dari Imam Abu
hasan Al Asy’ari dan Imam Maturidi. Dan jika disebut Fiqih/hukum Islam, baik secara
qauli dan manhaji maksudnya adalah mengikuti salah satu mazhab empat yaitu Hanafi,
Maliki, Syafi’i dan Hambali. Yang mengacu pada landasan pokok yaitu Qur`an, Hadis,

7
Said Aqil Siradj, Ahlussunnah Wal Jama’ah; Sebuah Kritik Historis,. 6.
8
Harun Nasution, Teologi Islam ; Aliran-Aliran, Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta : UI Press 2008) 65
9
Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah (Surabaya : Khalista 2009) 9.
Ijma’ dan Qiyas. Dan jika disebut tasawuf, maksudnya adalah mengikuti ajaran tasawuf
Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali10
Sesudah permusyawaratan umat Islam yang dipimpin oleh Imam Abu Hasan al-
Asy’ari (istilah: Asy’âriyah) yang bermazhab Syafi’i dan Abu Mansur al-Maturidi
(istilah: Maturidiyah) yang bermazhab Hanafi di antara keputusannya ialah sebagai
berikut :
1) Akidah Ahlussunnah Wal Jama'ah ialah yang bisa dipertanggung jawabkan
kebenaran perilaku agamanya kepada Qur`an dan Hadis.
2) Segala hukum yang dipandang dapat merumus (istinbath) kepada Al-Qur’an dan
Hadis ternyata ada empat :
a) Akidah tauhid, yaitu akidah asya’irah maturidiyah yang berpangkal kepada
tafwidh dan ta’wil yang mu’tabar.
b) Akidah fiqih, yaitu akidah madzâhibul arba’ah atau pandangan mujtahid yang
delapan (waktu itu) ialah Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, Sufyan Tsauri,
Sufyan bin Uyainah, Abu Ishak bin Rahawih dan Auza’i.
c) Akidah mengenai negara, yaitu keputusan ijma’ umat yang menitik beratkan
kepada kemaslahatan.
d) Akidah mengenai tasawuf, yaitu tasawuf atau thariqat apapun yang bersumber
kepada Qur`an dan Hadis yang mu’tabar atau atsar sahabat Nabi yang dipandang
benar oleh Nabi.
Dan istilah Ahlussunnah Wal Jama'ah di tanah Arab biasa disebut dengan sunni11
Dengan demikian bisa dipahami bahwa Ahlussunnah wal jama'ah bukanlah aliran baru,
yang muncul sebagai reaksi dari beberapa aliran yang menyimpang dari ajaran Islam
yang sebenarnya. Tetapi ia adalah Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan oleh
Nabi SAW dan sesuai dengan apa yang telah digariskan serta diamalkan oleh para
sahabatnya12

10
Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Risalah Ahlussunnah Wal-Jama’ah : Dari Pembiasaan Menuju
Pemahaman dan Pembelaan Akidah-Amaliah NU, (Surabaya : Khalista 2015) 169
11
K.H.U.Balukia Syakir, Ahlussunnah Wal Jamaah, (Bandung : CV. Sinar Baru Offset 1992) 134
12
Muhyiddin Abdusshomad, Aqidah Ahlussunnah wal jama’ah, (Surabaya : Khalista 2009) 7
C. Sejarah Perkembangan
Sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa istilah Ahlussunnah
Wal Jama'ah tidak seberapa dikenal pada zaman Nabi Muhammad SAW maupun pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin, bahkan tidak dikenal pada zaman pemerintahan Bani
Umayah (611-750 M).
Istilah Ahlussunnah Wal Jama'ah sebenarnya merupakan diksi baru, atau sekurang-
kurangnya tidak pernah digunakan sebelumnya di masa Nabi Muhammad SAW dan pada
periode Sahabat, Memang jauh sebelum itu kata sunnah dan jama’ah sudah lazim dipakai
dalam tulisan-tulisan arab, meskipun bukan sebagai terminologi dan sebutan bagi sebuah
mazhab keyakinan. Misalnya terlihat dalam surat-surat Al-Ma’mun kepada gubernur Ishaq
ibn Ibrahim pada tahun 218 H, sebelum Al-Asy’ari lahir, tercantum kutipan kalimat “Wa
Nasabû Anfusahum ilas Sunnah” (mereka mempertalikan diri dengan sunnah), dan kalimat
Ahlul Haq Waddîni Wal Jama’ah (ahli kebenaran, agama dan jama’ah).
Berdasarkan telaah sejarah, terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan pada tahun 35
Hijriyah, diikuti dengan pengangkatan Ali bin Abi Thalib Ra telah menimbulkan pro dan
kontra dan muncul protes keras dari dua golongan. Pertama, golongan Muawiyah bin Abi
Sufyan sebagai gubernur Damaskus. Kedua, protes yang dilancarkan oleh ‘Aisyah, Thalhah,
dan Zubair. Mereka menuduh Ali bin Abi Thalib Ra. adalah orang yang paling bertanggung
jawab atas terbunuhnya Utsman bin Affan. Dua kelompok ini kemudian pecah menjadi
perang terbuka. Yakni perang Shiffin dan disusul kemudian dengan pecahnya perang Jamal

Anda mungkin juga menyukai