Anda di halaman 1dari 21

ASWAJA SEBAGAI

MANHAJUL FIKR &


MANHAJUL HAROKAH

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DASAR


PKD ANSOR
SE-KABPUATEN LAMPUNG SELATAN
PENGERTIAN ASWAJA
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Ada tiga
kata yang membentuk istilah tersebut, yaitu:
Ahl, : berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
Al-Sunnah, : secara bahasa bermakna al-thariqah-wa-law-ghaira
mardhiyah (jalan atau cara walaupun tidak diridhoi).
Al-Jama’ah, :berasal dari kata jama’ah artinya mengumpulkan
sesuatu, dengan mendekatkan sebagian ke
sebagian lain. Jama’ah berasal dari kata ijtima’
(perkumpulan), lawan kata dari tafarruq(perceraian),
dan furqah(perpecahan).Jama’ah adalah
sekelompok orang banyak dan dikatakan
sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan
satu tujuan.
Menurut istilah “sunnah” adalah suatu cara untuk nama yang diridhoi dalam
agama, yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAW atau selain dari
kalangan orang yang mengerti tentang Islam. Seperti para sahabat
Rasulullah.
Secara terminologi aswaja atau Ahlusunnah wal jama’ah golongan yang
mengikuti ajaran rasulullah, para sahabat-sahabatnya dan ulama’.
Menurut K.H. Syaifuddin Zuhri pengertian
Aswaja adalah segolongan pengikut sunah
Nabi Muhammad SAW yang didalam
melaksanakan ajaran-ajaran beliau berjalan
diatas garis yang dipraktekkan oleh Nabi dan
para sahabat
Adapun penggunaan istilah Aswaja didalam riwayat Ibnu Majah
dari Mu’awiyyah R.A. dari Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : “ Telah pecah ummat Yahudi menjadi 71 golongan, dan


telah pecah ummat Nasroni 72 golongan, dan
ummatku akan pecah menjadi 73 golongan yang 72
golongan masuk neraka dan hanya 1 (satu) yang
masuk surga (yang selamat hanya satu)
lalu para sahabat bertanya :
siapakah yang selamat itu … ?
Nabi menjawab : apa yang hari ini
aku kerjakan dan para sahabatku.”
Didalam hadits lain dalam kitab Al-Milal wan Nihal karangan
Syaikh Ahmad Abdul Karim juz 1 hal 13 Nabi Bersabda:

Artinya : “ Umatku akan pecah menjadi 73 golongan


yang selamat hanya satu firqoh
sedang yang lainnya binasa.
Nabi ditanya :Siapakah selamat itu … ?
Nabi menjawab : Ahlussunah Wal Jama’ah,
Nabi ditanya lagi : Siapakah Ahlussunah
Wal Jama’ah itu … ?
Nabi menjawab : Apa yang aku dan
sahabatku pegang“. (HR. Ibnu Majah)
Dasar Hukum Aswaja
Ahlussunah Wal Jama’ah (ASWAJA) didalam mengambil hukum
menggunakan dasar Al-qur’an dan AL-Hadis disamping itu juga
menggunakan Ijma’Qiyas.

1. Al-qur’an adalah merupakan dasar hukum yang paling kuat


didalam Islam sebelum tiga dasar yang lain (Surat An-Nisa’:105)
‫اﻧﺎ اﻧزﻟﻧﺎ اﻟﯾك اﻟﻛﺗﺎب ﺑﺎﻟﺣﻖ ﻟﺗﺣﻛم ﺑﯾن اﻟﻧﺎس ﺑﻣﺎ ارﺋك ﷲ وﻻﺗﻛن ﻟﻠﺧﺎﺋﻧﯾن ﺧﺻﯾﻣﺎ‬
Artinya : “Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu
dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepada. (Q.S. S.An – Nisa :
105)

2. Al-Hadis adalah dasar hukum kedua setelah Al-Qur’an, bila


didalam AL-qur’an tidak secara tegas disebutkan maka hadits yang
menjelaskan.
Contoh: dalam AL-Qur’an disebutkan kewajiban sholat dan
mengeluarkan zakat, namun jumlah rekaat dan kewajiban pengeluaran
zakat berapa nishobnya tidak dijelaskan secara detail maka hadits Nabi
yang menjelaskan tentang penjabaran tesebut.

 3. Ijma (kesepakatan para ulama) ketika dicari dari AL-qur’an dan Al-
Hadis tentang hukum ternyata tidak ada, maka kita dapat menggunakan
dasar hukum yang ketiga yaitu Ijma’.
Contoh : pada zaman Khalifah Utsman tentang penambahan Adzan Tsani
(adzan kedua) yang dikumandangkan sebelum melakukan sholat Jum’at
Qobliyatul Jum’ah, oleh karena kesepakatan para sehabat pada waktu itu
dan kebijakan Khalifah Utsman serta diikuti oleh sahabat lain dan tidak ada
yang menentangnya maka dilaksanakanlah Ijma tersebut (Ijma’ Shohabi).
 4. Qiyas (menyamakan hukum sesuatu masalah yang belum diketahui
hukumnya dan masalah lain yang sudah diketahui, karena ada kesamaan
illat yang mendasar penentuan hukum)
contoh : menqiyaskan tuak dengan khomer karena tuak itu haram seperti
hukumnya khomer, penentuan hukum tersebut didasarkan pada Q.S. An-
Nisa’ ayat 59.
‫ﯾﺎاﯾﮭﺎاﻟذﯾن اﻣﻧوا اطﯾﻌوا ﷲ واطﯾﻌوا اﻟرﺳول واﻟوﻟﻰ اﻻﻣر ﻣﻧﻛم اﻻﯾﮫ‬
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan
Rasulnya dan Ulil Amri diantara kami, jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-qur’an) dan rasulnya
(Assunah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari
Qiyamat….
KARAKTERISTIK ASWAJA

 TAWASUTH
 TAWAZUN
 I’TIDAL
 TASAMUH
CIRI ASWAJA
 Dalam Bidang Fiqih Menganut 4 Mazhab
 Dalam Bidang Aqidah Bersandar Pada Abu
Mansur Al Maturidi Dan Abu Hasan Al-
asy’ari
 Dalam Bidang Tasawuf Berasandar Pada
Imam Abu Qosim Al Junaidi Dan Imam
Ghozali.
Siapa Kelompok AHLUSSUNNAH WAL
JAMA’AH?
Menurut Abdul Qahir Al-Bagdadi dalam Al-farq
Bayna Al-firaq Ahlussunnah Wal Jama’ah terdiri atas
delapan kelompok; Mutakallimin Atau Ahli Ilmu Tauhid,
Ahli Fikih Aliran Ar-ra’yui Dan Al Hadits, Ahli Hadis,
Ahli Ilmu Bahasa, Ahli Qira’at, Dan Tafsir, Ahli
Tasawuf, Para Mujahidin, Dan Masyarakat Awam Yang
Mengikuti Ahlussunnah Wal Jama’ah
Pernyataan identik dikemukakan oleh KH. Hasyim
Asy’ari dalam Ziyadah At-taqliyat yang menyebut
bahwa Ahlussunnah Wal Jama’ah sebagai kelompok
Ahli Tafsir, Ahli Hadits Dan Ahli Fikih, merekalah yang
mengikuti dan berpegang teguh pada sunnah Nabi
SAW dan sunnah para Sahabat sesudahnya.
Sejarah Lahir Paham
Ahlussunnah Wal Jama’ah

1. Pertikaian politik antara Khalifah Ali bin Abi Thalib


dengan Gubernur Damaskus, Muawiyah bin Abi
Sufyan, yang berakhir dengan tahkim (arbitrase).

2. Respon dari munculnya paham-paham ekstrem


(Takfiri)dalam memahamai dalil dalil agama pada
abad ke-3 Hijriyah.
KEMUNCULAN PAHAM ASWAJA
Kemunculan istilah ASWAJA merupakan respon atas
kelompok-kelompok ekstrem pada waktu itu.
Aswaja dipelopori oleh para tabiín (generasi setelah
sahabat atau murid-murid sahabat) seperti Imam Hasan
Al-Bashri, tabi’tabiín (generasi setelah tabiín atau murid-
murid tabiín) seperti Imam-imam mazhab empat, Imam
Sufyan Tsauri, Imam Sufyan bin Uyainah. Ditambah
generasi sahabat, inilah yang disebut dengan periode
salaf, sebagaimana disebut oleh Rasulullah saw sebagai
tiga generasi terbaik agama ini. Selepas tabi’ tabiín
ajaran Aswaja diteruskan dan dikembangkan oleh murid-
murid mereka dan dilanjutkan oleh generasi-generasi
berikutnya.Mulai dari Imam Abul Hasan Al-Asyári, Imam
Abu Manshur Al-Maturidi, Imam Al-Haromain, Imam Al-
Junaid Al-Baghdadi, Imam Al-Ghazali dan seterusnya
sampai Hadratussyekh Hasyim Asyári.
Munculnya Kelompok-Kelompok
Berpaham Ekstrem

1. Khawarij
2. Syiah
3. Murjiáh
4. Jabbariah (fatalisme)
5. Qodariah(free act and free will)
6. Mu’tazilah
ASWAJA DALAM MEMAHAMI
DALIL AL-QUR’AN DAN SUNNAH

Dalam memahami dalil Al-Qur’an dan Sunnah


Aswaja mengikuti metodologi para sahabat,
yakni metodologi jalan tengah (moderat),
keseimbangan antara pengunaan teks suci
dan akal. Menyikapi pendapat aliran-aliran
ekstrem tersebut Aswaja mengambil jalan
tengah di antara pendapat-pendapat mereka.
Fleksibilitas Ajaran Aswaja

Sepanjang sejarah perjalanannya, prinsip


jalan tengah yang ditempuh Aswaja, yang
mewujud dalam karakter tawasuth
(moderat), tasamuh (toleran), dan tawazun
(seimbang) membuat Aswaja mampu hidup
dan berkembang di wilayah mana saja dan
mampu melebur dengan kebudayaan
setempat, serta senantiasa mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman (dinamis).
Orientasi Aswaja
Bukan Kekuasaan Politik

Ajaran Aswaja yang dianut oleh mayoritas


umat Islam di seluruh dunia orientasinya tidak
lain adalah mewujudkan kemaslahatan dan
kesejahteraan umat baik bidang agama,
sosial, politik, maupun ekonomi. Aswaja
bukanlah golongan yang menjadikan
kekuasaan politik sebagai tujuan. Artinya, bagi
Aswaja kekuasaan bukanlah indikator
keberhasilan dakwah islamiah, tetapi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
EKONOMI ASWAJA

Aswaja menekankan pemerataan ekonomi.


Aswaja mengambil jalan tengah antara
kapitalisme-liberalisme dan sosialisme-
komunisme. Aswaja mengharamkan monopoli
atas kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat.
Aswaja juga mengharamkan sumber daya
alam dan mineral sebuah negara dikuasai oleh
pribadi atau segelintir orang. Aswaja
menekankan keseimbangan antara hak-hak
individu dan hak-hak masyarakat sehingga
tercipta keadilan sosial dan ekonomi
Nasionalisme Aswaja

agama dan nasionalisme tak bisa


dipisahkan, ibarat dua sisi mata uang.
Agama dan nasionalisme saling
mendukung. Nasionalisme tanpa agama
akan kering nilai-nilai, sementara agama
tanpa nasionalisme tak mampu menyatukan
elemen-elemen bangsa
ASWAJA DAN TASAWUF
4 Konsep Sufistik Imam Junaidi Al baghdadi

Konsisten terhadap Al-Qur’an dan Sunnah


Konsisten terhadap Syari’at
Kebersihan dalam akidah
Ajaran tasawuf yang moderat
KEDUDUKAN DAN FUNGSI PAHAM ASWAJA
DALAM SETIAP KADER ANSOR

Paham ASWAJA sangat sentral bagi


setiap individu kader Ansor, karena
menjadi pijakan untuk berfikir dan
pijakan untuk bergerak dalam
menjawab tantangan di zaman global
seperti saat ini.

WAALLOHU A’LAM BISHAWAB……


SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai