Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayahnya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah. Makalah
ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL)
Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Kab. Tasikmalaya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami
untuk lebih baik di masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Aswaja sesungguhnya identik dengan pernyataan nabi “Ma Ana Alaihi wa Ashhabi”
seperti yang dijelaskan sendiri oleh rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan Abu Dawud bahwa ;”Bani Isroil terpecah belah menjadi 72
golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan, kesemuanya masuk neraka
kecuali satu golongan”1. Kemudian para sahabat bertanya “siapakah mereka wahai
rasulullah?” lalu rasul menjawab “mereka itu adalah maa ana alaihi wa ashhabi, Yakni
mereka yang mengikuti apa saja yang aku lakukan dan juga dilakukan para sahabatku”.
Istilah “ Ahlusunnah wal jama’ah” adalah sebuah istilah yang di Indonesiakan dan kata
Istilah“ Ahlusunnah wal jama’ah” ia merupakan rangkaian kata-kata “Ahl” berarti
golongan,”Al-sunnah” berarti perilaku jalan hidup atau perbuatan yang mencakup ucapan
dan tindakan Rasulullah SAW.”Al jamaah” berarti jamaah yakni para sahabat rasulullah
SAW.Maksudnya ialah perilaku atau jalan hidup para sahabat 2. Dengan demikian maka
secara etimologis istilah Ahlusunnah wal jama’ah” atau golongan yang senantiasa mengikuti
C. Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas maka didapat beberapa hal yang menjadi rumusan masalah pada
makalah ini, yaitu:
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aswaja Menurut Bahasa
Aswaja merupakan singkatan dari Ahlussunnah wal Jamaah. Ada tiga kata yang
membentuk istilah tersebut, yaitu:
1. Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
2. Al-Sunnah, bermakna al-thariqoh wa law ghaira mardhiyah
3. Al-Jamaah, berasal dari kata jama’a artinya mengumpulkan sesuatu, dengan
mendekatkan sebagian ke sebagian lain. Kata “jama’ah” juga berasal dari kata ijtima’
(perkumpulan), yang merupakan lawan kata dari tafarruq (perceraian) dan juga lawan
kata dari furqah (perpecahan). Jadi jama’ah adalah sekelompok orang banyak dan
dikatakan juga sekelompok manusia yang berkumpul berdasarkan satu tujuan. Selain
itu, jama’ah juga berarti kaum yang bersepakat dalam suatu masalah.
عَلي ُكم بِ ُسنَّتي َو ُسنَّ ِة ال ُخلفـا ِءالرَّا ِش ِدينَ ِمن بَع ِدي
“ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin setelahku”
Menurut Hasyim Asy’ari, dalam istilah syariat (fikih) “Sunnah” artinya sesuatu yang
dianjurkan untuk dilakukakan tetapi tidaak wajib.
Menurut para ulama Ushul Fiqh, kata “Sunnah” berarti apapun yang dilakukan, dikatakan,
atau ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw, yang dapat dijadikan sebagai dalil dalam
menetapkan suatu hukum syar’i.
Menurut para ahli kalam (para teolog), “Sunnah” ialah kenyakinan (i’tiqad) yang didasarkan
pada dalil naql (al-quran, hadis, qawl atau ucapan shahabi), bukan semata bersandar pada
pemahaman akal (rasio).
Menurut para ahli polotik, “Sunnah” ialah jejak yang ditinggalkan oleh Rasulullah dan para
Khulafa Rasyidin.
Sedangkan jama’ah secara istilah adalah kelompok kaum muslimin dari para dahulu
dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan mereka sampai
hari kiamat. Mereka berkumpul berdasarkan Al-quran dan Sunnahdan mereka berjalan sesuai
dengan yang telah ditempuh oleh Rasulullah baik secara lahir maupun batin.
Definisi lain berdasarkan hadis Rasullallah jama’ah adalah apa yang telah disepakati
oleh sahabat Rosul pada masa Khulafau Rosidi. Pada hadis Nabi ketika menjawab pertanyaan
sahabat tentang (akan) adanya perpecahan menjadi 71 atau 72 golongan, dan yang selamat
hanya satu golongan,.yaitu al-jama’ah. Rasulullah bersabda:
ََمن َأراَ َدبُحبو َحةَال َجنَّةَ فَليَل َز ِم ال َجما َعة
“Barangsiapa yang ingin mendapatkan kehidupan yang damai disurga, maka hendaklah ia
mengikuti al-jama’ah (kelompok yang menjadi kebersamaan).” (HR. Al-Tirmidzi (2091), dan
al-Hakim (1/77-78) yang menilainya shahih dan disetujui oleh al-Hafizh al-Dzahabi).
Dengan demikian Aswaja adalah golongan pengikut setia Nabi Muhammad SAW dan
sahabatnya, jadi Ahlussunnah wal-jama’ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada
sunnah Nabi Muhammad SAW dan jalan para sahabatnya dalam masalah aqidah keagamaan,
amalan-amalan lahiriyah serta ahlak baik dan islam murni yang langsung dari Rasullallah
kemudian diteruskan oleh sahabatnya.4
KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (1287-1336 H/ 1871-1947) menyebutkan dalam kitabnya
Ziyadat Ta’liqat (hal. 23-24) sebagai berikut:
4 Kacung Marijan, Quo Vadis NU Setelah Kembali Ke Khittah 1926, hal 21
ُث َوالفِق ِه فِإنَّهُم ال ُمهتَ ُدونَ ال ُمتَ َم ِّس ُكونَ بِ ُسنَّ ِة النَّيِي صلي هللا علي ِه وسلم وال ُخلَفَا ِءبَع َده ِ َأ َّماَأه ُل ال ُّسنَ ِة فَهُم َأه ُل التَّف ِسي ُر َوال َح ِدي
َ ب َأربَ َع ٍة
َالحنَفِيُّونَ َوال َّشافِ ِعيُّونَ َوال َمالِ ِكيُّونِ َوال َحنبَليُّون َ َُّاش ِدينَ َوهُم الطَّا ِءفَةُ النَّا ِجيَةُقَال
َ ووقَد اجتَ َم َعت اليَو َم فِي م َذا ِه ِ الر
“Adapun Ahlussunnah Wal-Jama’ah adalah kelompok ahli tafsir, ahli hadis, dan ahli fikih.
Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi Muhammad saw dan
sunnah Khufaur Rasyidin setelahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-
najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam
madzhab yang empat, yaitu pengikut Madzhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hambali.”
Oleh karena itu, tidak ada seorangpun yang menjadi pendiri ajaran Ahlussunnah Wal-
Jama’ah. Yang ada hanyalah ulama yang telah merumuskan kembali ajaran Islam tersebut
setelah lahirnya beberapa faham dan aliran keagamaan yang berusaha mengaburkan ajaran
Rasulullah dan para sahabatnyayang murni.
5 Pratin Nurdian Safira, “Peran Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) dalam
Menumbuhkan Nasionalisme Di Kalangan Pemuda Kelurahan Karangroto Kecamatan Genuk
Kota Semarang,” Unnes Civic Education Journal 3, no. 2 (2017).
kemudian terakumulasi menjadi firqah yang berteologi Asy’ariyah dan Maturidiyah, berfiqh
madzhab yang empat dan bertashuwf al-Ghazali dan Junai al-Baghdadi
3. Merupakan “Perlawanan” terhadap gerakan ‘wahabiyah’ (islam modernis) di Indonesia
waktu itu yang mengumandangkan konsep kembali kepada al-quran dan as-sunnah, dalam
arti anti madzhab, anti taqlid, dan anti TBC. ( tahayyul, bid’ah dan khurafaat). Sehingga dari
penjelasan aswaja versi NU dapat difahami bahwa untuk memahami al-qur’an dan As-sunnah
perlu penafsiran para Ulama yang memang ahlinya. Karena sedikit sekali kaum m uslimin
mampu berijtihad, bahkan kebanyakan mereka itu muqallid atau muttabi’ baik mengakui
atau tidak. Maka Said Aqil Shiroj dalam mereformulasikan Aswaja adalah sebagai metode
berfikir (manhaj al-fikr) keagamaan yang mencakup semua aspek kehidupan yang
berdasarkan atas dasar modernisasi, menjaga keseimbangan dan toleransi, tidak lain dan tidak
bukan adalah dalam rangka memberikan warna baru terhadap cetak biru (blue print) yang
sudah mulai tidak menarik lagi dihadapan dunia modern.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan