Anda di halaman 1dari 8

16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.

sia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

September 2000 di Jakarta, setelah menderita strok Presiden Soekarno


dan koma. Jenazahnya dikebumikan di Taman Pendahulu T.B. Simatupang
Makam Pahlawan Kalibata.
Pengganti Soerjadi Soerjadarma
Nasution diangkat menjadi seorang pahlawan Masa jabatan
Abdul Haris Nasution nasional Indonesia.[3] 1961–1968

Nasution merupakan konseptor Dwifungsi ABRI Presiden Soekarno


Ini adalah nama Batak Mandailing, marganya adalah Nasution
yang disampaikan pada tahun 1958 yang kemudian Pendahulu Soerjadi Soerjadarma
Jenderal Besar TNI (Purn.) Dr. (H.C.)[2] Abdul Jenderal Besar TNI (Purn.)
diadopsi selama pemerintahan Soeharto. Konsep
Pengganti Soeharto
Haris Nasution (3 Desember 1918 – 6 September dasar yang ditawarkan tersebut merupakan jalan
Abdul Haris Nasution agar ABRI tidak harus berada di bawah kendali sipil, Kepala Staf TNI Angkatan Darat ke-2 dan
2000) adalah seorang jenderal berpangkat tinggi
dan politikus Indonesia. Ia bertugas di militer tetapi pada saat yang sama tidak boleh ke-5
selama Revolusi Nasional Indonesia dan ia tetap di mendominasi sehingga menjadi sebuah Masa jabatan
militer selama gejolak berikutnya dari demokrasi kediktatoran militer.[4]
27 Desember 1949 – 18 Oktober 1952
Parlementer dan Demokrasi Terpimpin. Setelah
jatuhnya Presiden Soekarno dari kekuasaan, ia Bersama Soeharto dan Soedirman, Nasution Presiden Soekarno
menjadi Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima pangkat kehormatan Jenderal Besar yang Pendahulu Djatikoesoemo
Sementara (MPRS) di bawah presiden Soeharto. dianugerahkan pada tanggal 5 Oktober 1997, saat
ulang tahun ABRI. Pengganti Bambang Soegeng
Lahir dari keluarga Batak Mandailing, di desa
Hutapungkut, ia belajar mengajar dan mendaftar di Masa jabatan
akademi militer di Bandung. Kehidupan awal 1 November 1955 – 21 Juni 1962
Presiden Soekarno
Ia menjadi anggota Tentara Kerajaan Hindia
Nasution dilahirkan di Desa Hutapungkut, Pendahulu Bambang Utoyo
Belanda (KNIL), tetapi setelah invasi Jepang, ia
Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra
bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA). Pengganti Ahmad Yani
Utara,[5] dari keluarga Batak Muslim.[6] Ia adalah
Setelah proklamasi kemerdekaan, ia mendaftar di Wakil Panglima Besar Tentara Keamanan
anak kedua dan juga merupakan putra tertua dalam
angkatan bersenjata Indonesia yang masih muda, AH Nasution Ketua MPRS tahun 1971 keluarganya. Ayahnya adalah seorang pedagang Rakyat Indonesia ke-1
dan bertempur selama Revolusi Nasional Indonesia.
Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat yang menjual tekstil, karet dan kopi. Ayahnya, yang Masa jabatan
Pada tahun 1946, ia diangkat menjadi komandan
Sementara ke-2 religius dan anggota organisasi Sarekat Islam, ingin
Divisi Siliwangi, unit gerilya yang beroperasi di Jawa 1948–1953
sang anak belajar di sekolah agama, sementara
Barat. Setelah revolusi nasional berakhir, ia Masa jabatan Presiden Soekarno
ibunya ingin dia belajar kedokteran di Batavia.
diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, 1966–1972 Namun, setelah lulus dari sekolah pada tahun 1932, Panglima Soedirman
sampai ia diskors karena keterlibatannya dalam
Presiden Soekarno Nasution menerima beasiswa untuk belajar di
peristiwa 17 Oktober. Ia diangkat kembali ke posisi Pendahulu Jabatan dibentuk
Sekolah Raja Bukittinggi (kini SMA Negeri 2
itu pada tahun 1955. Soeharto
Bukittinggi). Ia menempuh studi selama tiga tahun Pengganti Maraden Panggabean
Pada tahun 1965, sebuah percobaan kudeta terjadi, Pendahulu Chaerul Saleh dan tinggal di asrama.[7] Informasi pribadi
kemudian secara resmi disalahkan pada Partai Pengganti Idham Chalid Lahir 3 Desember 1918
Komunis Indonesia (PKI). Rumah Nasution Pada tahun 1935 Nasution pindah ke Bandung
Menteri Pertahanan dan Keamanan untuk melanjutkan studi, di sana dia tinggal selama Kotanopan,
diserang, dan putrinya terbunuh, tetapi dia berhasil
Indonesia ke-12 tiga tahun. Keinginannya untuk menjadi guru secara Mandailing, Tapanuli,
melarikan diri dengan memanjat tembok dan
bersembunyi di kediaman duta besar Irak. Dalam Masa jabatan bertahap memudar saat minatnya dalam politik Hindia Belanda
gejolak politik berikutnya, ia membantu kenaikan 10 Juli 1959 – 24 Februari 1966 tumbuh. Dia diam-diam membeli buku yang ditulis Meninggal 5 September 2000
Presiden Soeharto, dan diangkat sebagai Ketua oleh Soekarno dan membacanya dengan teman-
Presiden Soekarno (umur 81)
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara. Ia temannya. Setelah lulus pada tahun 1937, Nasution
Jakarta, Indonesia
berselisih dengan Soeharto, yang melihatnya sebagai Pendahulu Djoeanda Kartawidjaja kembali ke Sumatra dan mengajar di Bengkulu, dia
tinggal di dekat rumah pengasingan Soekarno. Dia Kebangsaan Indonesia
saingan, dan dia digulingkan dari kekuasaan pada Pengganti Sarbini
tahun 1971. Begitu ia dicopot dari posisi kekuasaan, kadang-kadang berbicara dengan Soekarno, dan Partai politik
Panglima Angkatan Bersenjata Republik    IPKI (sebelumnya)
Nasution berkembang menjadi lawan politik Rezim mendengarnya berpidato. Setahun kemudian
Indonesia/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Nasution pindah ke Tanjung Raja, dekat Palembang,    Independen
Orde Baru Soeharto. Meskipun ia dan Soeharto
mulai berdamai pada 1990-an. Ia meninggal pada 5
Republik Indonesia ke-3 dan ke-5 di mana dia melanjutkan mengajar, tetapi dia
Suami/istri Johanna Sunarti[1]
Masa jabatan menjadi lebih dan lebih tertarik pada politik dan
1955–1959 militer.[8] Anak Hendrianti Saharah

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 1/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 2/20


16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pada tahun 1940, Jerman Nazi menduduki Belanda Ade Irma Suryani [1] membantu Soedirman mereorganisasi struktur pasukan. Pada
dan pemerintah kolonial Belanda membentuk korps bulan Juni, pada sebuah pertemuan, saran Nasution bahwa
Profesi Tentara
perwira cadangan yang menerima orang Indonesia. TKR harus melakukan perang gerilya melawan Belanda
Nasution kemudian bergabung, karena ini adalah Penghargaan sipil Pahlawan Nasional disetujui.
satu-satunya cara untuk mendapatkan pelatihan Indonesia
militer. Seiring dengan beberapa orang Indonesia Meski bukanlah Panglima TKR, Nasution memperoleh
Tanda tangan
lainnya, dia dikirim ke Akademi Militer Bandung pengalaman peran sebagai Panglima Angkatan Bersenjata
untuk pelatihan. Pada bulan September 1940 dia pada bulan September 1948 saat Peristiwa Madiun. Kota
Julukan Pak Nas Madiun di Jawa Timur diambil alih oleh mantan Perdana
dipromosikan menjadi kopral, tiga bulan kemudian Nasution bersiap demobilisasi Divisi
menjadi sersan. Dia kemudian menjadi seorang Karier militer Menteri Amir Syarifuddin dan Musso dari Partai Komunis Siliwangi pasca Perjanjian Renville
perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger Pihak Indonesia (PKI). Setelah kabar itu sampai ke Markas TKR di
(KNIL).[9] Pada tahun 1942 Jepang menyerbu dan  Hindia Belanda Yogyakarta, diadakan pertemuan antara perwira militer senior.
menduduki Indonesia. Pada saat itu, Nasution di (1941—1942) Soedirman sangat ingin menghindari kekerasan dan ingin
Surabaya, dia ditempatkan di sana untuk negosiasi dilakukan. Soedirman kemudian menugaskan
 Kekaisaran
mempertahankan pelabuhan. Nasution kemudian Letnan Kolonel Soeharto, untuk menegosiasikan kesepakatan
Jepang (1942—
menemukan jalan kembali ke Bandung dan dengan komunis. Setelah melakukan perjalanannya, Soeharto
1945)
bersembunyi, karena dia takut ditangkap oleh kembali ke Nasution dan Soedirman untuk melaporkan bahwa
Jepang. Namun, dia kemudian membantu milisi  Indonesia segala sesuatu tampak damai. Nasution tidak percaya laporan
PETA yang dibentuk oleh penjajah Jepang dengan (1945—1952, 1955 ini sementara Soedirman sedang sakit. Nasution sebagai Wakil
membawa pesan, tetapi tidak benar-benar menjadi —1971) Panglima kemudian memutuskan tindakan keras, mengirim
anggota.[10] pasukan untuk mengakhiri pemberontakan komunis di
Dinas/cabang
KNIL (1941— sana.[15][16]

Revolusi Nasional Indonesia 1942)


Pada 30 September, Madiun diambil alih oleh pasukan
PETA (1942— republik dari Divisi Siliwangi. Ribuan anggota partai komunis
Lihat pula: Revolusi Nasional Indonesia 1945) tewas dan 36.000 lainnya dipenjara. Di antara yang terbunuh
TNI Angkatan adalah Musso pada 31 Oktober, diduga dia terbunuh ketika
Divisi Siliwangi Darat (1945—1952, mencoba melarikan diri dari penjara. Pemimpin PKI lainnya
1955—1971) seperti DN Aidit pergi ke pengasingan di Cina.
Nasution sebagai Wakil Panglima
Setelah Soekarno memproklamasikan kemerdekaan
Masa dinas 1941—1952, 1955— Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan serangan TKR
Indonesia pada 17 Agustus 1945, Nasution
1971 sukses di Yogyakarta dan kemudian mendudukinya. Nasution,
bergabung dengan militer Indonesia yang kemudian
bersama-sama dengan TKR dan para komandan lainnya,
dikenal sebagai Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Pangkat
Jenderal Besar mundur ke pedesaan untuk melawan dengan taktik perang
Pada bulan Mei 1946, dia diangkat menjadi
gerilya. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad
Panglima Regional Divisi Siliwangi, yang
TNI Hatta ditawan Belanda, Pemerintahan Darurat Republik
memelihara keamanan Jawa Barat. Dalam posisi ini,
Indonesia (PDRI) didirikan di Sumatra. Dalam pemerintahan
Nasution mengembangkan teori perang teritorial Satuan Infanteri
sementara ini, Nasution diberikan posisi Komandan Angkatan
yang akan menjadi doktrin pertahanan Tentara Komando Panglima Divisi Darat dan Teritorial Jawa. Setelah pengakuan Belanda atas
Nasional Indonesia (TNI) pada masa depan.[11][12] Siliwangi kemerdekaan Indonesia, PDRI mngembalikan kekuasaan
kepada Soekarno dan Hatta, dan Nasution kembali ke Penyerahan Markas Besar Militer
Pada bulan Januari 1948, Pemerintah Indonesia dan Pertempuran/perang Belanda di Jakarta kepada Tentara
Revolusi Nasional posisinya sebagai Wakil Panglima Soedirman.
Pemerintah Belanda menandatangani Perjanjian RIS yang dipimpin oleh Kolonel
Renville, membagi Jawa antara daerah yang Indonesia
Abdul Harris Nasution yang pada
dikuasai Belanda dan Indonesia. Karena wilayah Agresi Militer Era Demokrasi Parlementer saat itu adalah Panglima Angkatan
yang diduduki oleh Belanda termasuk Jawa Barat, Belanda II Darat RIS.
Nasution dipaksa untuk memimpin Divisi Siliwangi
menyeberang ke Jawa Tengah.[13][14] Periode pertama sebagai KSAD

Pada tahun 1950, Nasution mengambil posisinya sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, dengan T.B.
Wakil Panglima Simatupang menggantikan Soedirman yang telah meninggal dunia sebagai Kepala Staf Angkatan
Perang.
Pada 1948 Nasution naik ke posisi Wakil Panglima TKR. Meskipun hanya berpangkat Kolonel,
penunjukan ini membuat Nasution menjadi orang paling kuat kedua di TKR, setelah Jenderal
Soedirman. Nasution segera pergi untuk bekerja dalam peran barunya. Pada bulan April, dia

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 3/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 4/20


16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pada tahun 1952, Nasution dan Simatupang memutuskan Pada 7 November 1955, setelah tiga tahun pengasingan,
untuk mengadopsi kebijakan restrukturisasi dan reorganisasi Nasution diangkat kembali ke posisi lamanya sebagai Kepala
untuk ABRI. Dalam pengaturan ini, Nasution dan Simatupang Staf Angkatan Darat. Dia segera mulai bekerja pada angkatan
berharap untuk menciptakan tentara yang lebih kecil tetapi darat dan strukturnya dengan mengadopsi pendekatan tiga
yang lebih modern dan profesional.[17] Nasution dan kali lipat.[18] Pendekatan pertama adalah untuk merumuskan
Simatupang, yang keduanya telah dilatih oleh pemerintah sistem tur tugas, sehingga perwira bisa ditempatkan di seluruh
kolonial Belanda ingin melepaskan para prajurit yang dilatih negeri dan mendapatkan pengalaman. Pendekatan ini juga
oleh Jepang dan mengintegrasikan lebih banyak tentara yang akan menghasilkan perwira militer yang lebih profesional,
dilatih oleh Belanda. Namun, hal ini ditentang oleh Bambang bukannya merasa ikatan pribadi dan loyalitas ke provinsi dan
Supeno yang merupakan pimpinan prajurit yang dilatih oleh daerah dari mana mereka berasal. Pendekatan kedua Nasution
Jepang. adalah untuk memusatkan pelatihan militer. Semua metode
pelatihan pasukan sekarang akan seragam, bukan komandan
Dalam mengadopsi kebijakan mereka, Nasution dan daerah yang menyiapkan metode pelatihan pasukan mereka
Simatupang mendapat dukungan dari Perdana Menteri Wilopo sendiri. Pendekatan ketiga dan yang paling penting adalah
dan Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX. Namun, untuk meningkatkan pengaruh militer dan kekuatan sehingga
"Pokok-Pokok Gerilya" oleh A.H.
Bambang Supeno berhasil menemukan dukungan dari mampu mengurus dirinya sendiri, bukan mengandalkan
Nasution, 1951 Nasution
kalangan partai oposisi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). keputusan sipil. Nasution tidak memiliki masalah menerapkan
Para anggota DPR kemudian mulai membuat perbedaan dua pendekatan pertama, tetapi dia harus menunggu untuk
pendapat mereka tentang restrukturisasi ABRI. Nasution dan menerapkan pendekatan ketiga.
Simatupang tidak senang melihat apa yang mereka anggap sebagai campur tangan urusan militer
oleh warga sipil. Pada 1957, Presiden Soekarno mulai memperkenalkan konsep
Demokrasi Terpimpin untuk retorikanya dalam menanggapi
kekecewaan dengan pendekatan Demokrasi Parlementer yang
Peristiwa 17 Oktober
telah diadopsi Indonesia sejak November 1945. Dalam hal ini,
Artikel utama: Peristiwa 17 Oktober dia menemukan ikatan yang sama dengan Nasution dan
tentara, yang tidak lupa cara di mana warga sipil mengganggu
Pada 17 Oktober 1952, Nasution dan Simatupang memobilisasi
urusan militer pada tahun 1952. Pada 14 Maret 1957, setelah
pasukan mereka dalam unjuk kekuatan. Memprotes campur
menerima pengunduran diri Perdana Menteri Ali
tangan sipil dalam urusan militer, pasukan Nasution dan
Sastroamidjojo dan kabinetnya, Soekarno mengumumkan
Simatupang mengelilingi Istana Kepresidenan dan
keadaan darurat.
mengarahkan moncong meriam ke Istana. Permintaan mereka
ke Soekarno adalah mengajukan tuntutan pembubaran DPR. Langkah ini tidak hanya mengakhiri peran seremonial
Untuk alasan ini, Nasution dan Simatupang juga memobilisasi Soekarno sebagai presiden, tetapi juga meningkatkan
demonstran sipil. Soekarno keluar dari Istana Kepresidenan pengaruh dan kekuasaan militer. Dalam pengaturan ini,
dan meyakinkan baik tentara dan warga sipil untuk pulang. Nasution sebagai KSAD, 1957
panglima daerah mampu mencampuri urusan sipil seperti
Nasution dan Simatupang telah dikalahkan. [19]
ekonomi dan masalah administrasi. Atas perintah dari
Nasution dan Simatupang kemudian diperiksa oleh Jaksa Soekarno sendiri, tentara juga mulai berpartisipasi dalam politik, mengisi posisi yang berkisar dari
Agung Suprapto. Pada bulan Desember 1952, mereka berdua menteri kabinet hingga gubernur provinsi dan bahkan anggota DPR. Pada bulan Desember 1957,
Nasution semakin meningkatkan peran tentara dengan memerintahkan para tentara untuk
kehilangan posisi mereka di ABRI dan diberhentikan dari
ikatan dinas. Nasution dengan atase militer mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda yang baru dinasionalisasi. Selain meningkatkan
Tiongkok dan seorang pria lainnya peran tentara, langkah ini juga dirancang untuk menghentikan pengaruh PKI yang semakin kuat.

Pokok-Pokok Gerilya Pada tahun 1958, Nasution menyampaikan pidato terkenal yang akan menjadi dasar bagi doktrin
Dwifungsi yang pada rezim Soeharto akan diadopsi. Berbicara di Magelang, Jawa Tengah,
Ketika dia bukan lagi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, Nasution menulis sebuah buku berjudul Nasution menyatakan bahwa ABRI harus mengadopsi "jalan tengah" dalam pendekatannya
Pokok-Pokok Gerilya. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman Nasution sendiri yang berjuang terhadap bangsa. Menurut Nasution, ABRI tidak harus di bawah kendali sipil. Pada saat yang
dan mengorganisir perang gerilya selama Perang Kemerdekaan Indonesia. Awalnya buku ini sama, ABRI tidak boleh mendominasi bangsa dengan sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah
dirilis pada tahun 1953, dan menjadi salah satu buku yang paling banyak dipelajari pada perang kediktatoran militer.[4]
gerilya bersama dengan karya-karya Mao Zedong pada subjek yang sama.
Pemberontakan PRRI
Periode kedua sebagai KSAD
Pada akhir 1956, ada tuntutan dari panglima daerah di Sumatra untuk otonomi yang lebih di
provinsi-provinsi mereka. Ketika tuntutan ini tidak dipenuhi oleh pemerintah pusat, pasukan
mulai memberontak, dan pada awal 1957, telah tegas mengambil alih pemerintahan di Sumatra.
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 5/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 6/20
16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kemudian, pada tanggal 15 Februari 1958, Letkol Ahmad Husein menyatakan pembentukan sebagai bagian dari Indonesia melalui PBB dan melalui
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Hal ini mendorong pemerintah pusat Konferensi Asia–Afrika, di mana negara-negara yang hadir
untuk menggelar pasukan. berjanji untuk mendukung klaim Indonesia. Belanda tetap
terus bersikeras. Pada tahun 1960, Soekarno sudah kehabisan
Sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, Nasution biasanya telah terlibat dalam memobilisasi kesabaran. Pada bulan Juli, dia bertemu dengan penasihat
pasukan ke Sumatra. Namun, kali ini Kolonel Ahmad Yani yang ditugaskan memimpin pasukan utamanya, termasuk Nasution, dan disepakati bahwa
kesana dan berhasil menumpas pemberontakan. Indonesia akan mengejar kebijakan konfrontasi melawan
Belanda pada masalah Irian Barat.[21]
Kembali ke UUD 1945 Sebagai bagian dari persiapan untuk operasi ini, Nasution
berpaling ke Soeharto, yang telah menyelesaikan kursus
Pada 5 Juli 1959, Soekarno mengeluarkan dekret yang Seskoad pada bulan November 1960. Soeharto, sekarang
menyatakan bahwa Indonesia sekarang akan kembali ke UUD seorang brigadir jenderal, ditugaskan oleh Nasution untuk
1945 yang asli. Sistem demokrasi parlementer akan berakhir membuat unit kekuatan strategis yang akan siaga, siap ketika
dan Soekarno sekarang adalah Kepala Pemerintahan dan dipanggil untuk melakukan tindakan setiap saat. Soeharto
sekaligus Kepala Negara. Nasution diangkat menjadi Menteri ditempatkan bertugas di gugus tugas ini dan pada bulan Maret
Pertahanan dan Keamanan di Kabinet Soekarno, sambil terus 1961, Cadangan Umum Angkatan Darat (Caduad) dibentuk, A.H. Nasution dalam buku
memegang posisi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat. dengan Soeharto diangkat sebagai panglimanya.[22] Caduad Jalesveva Jayamahe, 1960
Nasution mendengar Soekarno pada tahun 1963 berubah nama menjadi Komando Cadangan
Era Demokrasi Terpimpin membacakan dekret 1959. Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Pada awal 1962, Nasution dan Yani adalah komandan keseluruhan yang disebut dengan operasi
Pembebasan Irian Barat, dengan Soeharto yang ditempatkan di Indonesia timur sebagai
Korupsi di Angkatan Darat
komandan lapangan.
Sejak 1956, Nasution telah berusaha untuk membasmi korupsi
di Angkatan Darat, tetapi kembali berlakunya UUD 1945 Rivalitas dengan PKI
tampaknya telah memperbaharui tekadnya dalam hal ini. Dia
percaya bahwa tentara harus memberi contoh untuk seluruh Pada saat ini, Soekarno mulai melihat PKI sebagai sekutu politik utamanya, bukan tentara lagi.
masyarakat. Tidak lama setelah keputusan Soekarno, Nasution Meskipun dia telah menetapkan Indonesia nonblok selama Perang Dingin, pernyataan bahwa
mengirim Brigadir Jenderal Sungkono untuk menyelidiki PRRI diberi bantuan oleh Amerika Serikat, menyebabkan Soekarno mengadopsi sikap anti-
transaksi keuangan dari Kodam VII/Diponegoro dan Amerika. Dalam hal ini, dia memiliki PKI sebagai sekutu alami. Bagi PKI, bersekutu dengan
panglimanya, Kolonel Soeharto. Soekarno hanya akan menambah momentum politik sebagai pengaruh mereka terus tumbuh
Nasution bersama Kontingen dalam politik Indonesia.
Temuan Sungkono mengungkapkan bahwa selama menjadi
pangdam, Soeharto telah mendirikan yayasan untuk Garuda, pasukan perdamaian untuk
PBB Nasution mewaspadai pengaruh PKI atas Soekarno dan pada gilirannya, Soekarno menyadari
membantu masyarakat setempat. Namun, yayasan tersebut bahwa Nasution tidak senang tentang pengaruh PKI dan mengambil langkah untuk melemahkan
didanai melalui pungutan wajib (bukan sumbangan sukarela) kekuasaannya. Pada bulan Juli 1962, Soekarno mereorganisasi struktur ABRI. Status kepala
dari industri produksi dan layanan. Soeharto juga terlibat cabang Angkatan Bersenjata sekarang akan ditingkatkan dari kepala staf menjadi panglima.
dalam barter ilegal. Dia telah membarter gula dengan beras dari Thailand. Sebagai panglima, kepala cabang angkatan bersenjata akan memiliki kekuatan lebih dan hanya
akan menjawab untuk Soekarno sebagai Panglima Tertinggi ABRI. Yang membantu Soekarno
Nasution ingin mengambil tindakan terhadap Soeharto dan mengusirnya dari militer. Namun,
sebagai Panglima Tertinggi ABRI adalah kepala staf ABRI. Soekarno menunjuk Nasution untuk
Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Gatot Soebroto mengintervensi.[20] Gatot telah menjadikan
posisi kepala staf ABRI[23] dan menunjuk Ahmad Yani sebagai panglima angkatan darat. Dengan
Soeharto berada di bawah sayapnya ketika dia menjadi Pangdam VII/Diponegoro dan telah
melakukan ini, Soekarno menurunkan kekuatan Nasution, sebagai kepala staf ABRI dia hanya
melihat bakat dari Soeharto. Gatot meminta Nasution untuk tidak mengusir Soeharto karena
bertanggung jawab untuk hal-hal administratif saja dan dia tanpa pasukan.
bakat Soeharto bisa dikembangkan lebih lanjut. Nasution mendengarkan saran Gatot.
Keputusannya adalah untuk mencopot Soeharto dari jabatannya dan menghukumnya dengan Sekarang dalam posisi tak berdaya, Nasution mulai memikirkan cara lain untuk menghentikan
mengirimnya ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad). momentum PKI. Saat yang tepat datang pada Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS) pada Mei 1963. Nasution, Partai Nasional Indonesia (PNI) serta anggota TNI
Irian Barat yang hadir mengajukan mosi bahwa Soekarno ditunjuk sebagai presiden seumur hidup.[24] Alasan
di balik ini adalah bahwa dengan ditunjuknya Soekarno sebagai presiden seumur hidup,
Selama perjuangan kemerdekaan, Soekarno selalu menganggap Irian Barat juga termasuk sebagai
Indonesia. Ketika Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia, Irian Barat terus menjadi
koloni Belanda. Soekarno tidak menyerah dan terus mendorong Irian Barat harus dimasukkan

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 7/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 8/20


16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

menjadikan tidak akan adanya pemilu, dan tanpa pemilu, PKI tidak akan bisa mendapatkan Sebelum alarm menyala, pasukan Letnan Arief telah melompat pagar dan menguasai para penjaga
berkuasa tidak peduli berapa banyak partai tumbuh. Akhirnya, Soekarno menjadi presiden yang mengantuk di pos jaga dan ruang jaga. Lainnya masuk dari seluruh sisi rumah dan
seumur hidup. menutupinya dari belakang. Sekitar lima belas tentara masuk ke rumah. Nasution dan istrinya
terganggu oleh nyamuk dan terjaga. Mereka tidak mendengar para penjaga yang telah dikuasai
tetapi Nyonya Nasution mendengar pintu dibuka paksa. Dia bangkit dari tempat tidur untuk
Perbedaan dengan Yani memeriksa dan membuka pintu kamar tidur, dia melihat tentara Cakrabirawa (pengawal
presiden) dengan senjata siap menembak. Dia menutup pintu dan berteriak memberitahu
Nasution segera mulai mengembangkan sikap permusuhan terhadap Yani. Keduanya, baik suaminya. Nasution ingin melihatnya dan ketika dia membuka pintu, tentara menembak ke
Nasution dan Yani sama-sama anti-komunis, tetapi sikap mereka terhadap Soekarno berbeda. arahnya. Dia melemparkan dirinya ke lantai dan istrinya membanting dan mengunci pintu.
Nasution mengkritik Soekarno yang dianggap mendukung PKI, sementara Yani, seorang loyalis Orang-orang di sisi lain mulai menghancurkan pintu bawah dan melepaskan tembakan-tembakan
Soekarno, mengambil sikap yang lebih lembut. Nasution mengkritik sikap lembut Yani dan ke kamar tidur. Nyonya Nasution mendorong suaminya keluar melalui pintu lain dan menyusuri
hubungan antara keduanya memburuk. Untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, Yani mulai koridor ke pintu samping rumah. Nasution berlari ke halaman rumahnya menuju dinding yang
menggantikan komandan daerah yang dekat dengan Nasution dengan mereka yang dekat dengan memisahkan halamannya dengan Kedutaan Besar Irak. Dia ditemukan oleh tentara yang
dirinya. kemudian menembaknya tetapi meleset. Memanjat dinding, Nasution mengalami patah
pergelangan kaki saat dia jatuh ke halaman Kedutaan Irak untuk bersembunyi, sehingga dia tidak
Pada 13 Januari 1965, sebuah delegasi dari pejabat yang mewakili Nasution dan Yani bertemu
dikejar.[27]
dalam upaya untuk mendamaikan perbedaan antara dua jenderal itu. Pertemuan itu gagal
mengusahakan Yani untuk menjauhkan diri dari Soekarno, tetapi delegasi sepakat untuk Seluruh penghuni rumah terbangun dan ketakutan oleh penembakan itu. Ibu dan adik Nasution,
mengadakan seminar di mana mereka bisa berbicara tentang iklim politik saat ini dan peran Mardiah, juga tinggal di rumah dan berlari ke kamar tidur Nasution. Mardiah membawa putri
tentara dalam politik. Nasution yang berusia lima tahun, Irma, dari tempat tidurnya, memeluk erat anak itu dalam
pelukannya, dan mencoba lari ke tempat aman. Saat dia berlari, seorang kopral dari penjaga
Sebuah dokumen beredar di Jakarta. Dijuluki Dokumen Gilchrist, dokumen itu adalah surat yang
istana melepaskan tembakan ke arahnya melalui pintu. Irma tertembak dan menerima tiga peluru
mengaku datang dari Duta Besar Britania Raya Andrew Gilchrist, dan menyebutkan "teman-
di punggungnya. Dia meninggal lima hari kemudian di rumah sakit.[27] Putri sulung Nasution,
teman tentara lokal kami". Kecurigaan pun langsung dilemparkan pada tentara yang ingin
Janti yang berusia 13 tahun, dan perawatnya Alfiah sudah lari ke rumah pondok ajudan Nasution
memulai kudeta. Meskipun Yani dengan cepat menyangkal tuduhan itu, PKI mulai menjalankan
kampanye, mengklaim bahwa Dewan Jenderal yang berencana menggulingkan presiden. Sebagai dan bersembunyi di bawah tempat tidur.[27]
perwira paling senior di Angkatan Darat, Nasution, dan Yani terlibat untuk menjadi bagian dari Tendean mengambil senjatanya dan lari dari rumah, tetapi dia tertangkap dalam beberapa
Dewan ini. langkah. Dalam kegelapan, ia membuat kesalahan dan sudah berada di bawah todongan
senjata.[28] Setelah mendorong suaminya keluar rumah, Nyonya Nasution lari ke dalam dan
G30S dan Transisi ke Orde Baru membawa putrinya yang terluka. Saat dia menelepon dokter, pasukan Cakrabirawa menuntutnya
agar memberitahu mereka di mana keberadaan suaminya. Kabarnya dia melakukan percakapan
singkat sambil marah-marah dengan Arief dan mengatakan kepadanya bahwa Nasution sedang
Percobaan penculikan keluar kota selama beberapa hari ini.[29] Pasukan itu pun pergi dari rumah Nasution dan
Artikel utama: Gerakan 30 September membawa Tendean pergi dengan mereka. Nyonya Nasution membawa putrinya yang terluka ke
rumah sakit pusat angkatan darat. Komandan garnisun Jakarta, Mayor Jenderal Umar
Pada pagi hari 1 Oktober 1965, pasukan yang Wirahadikusumah, bergegas ke rumah Nasution.[29]
menyebut diri mereka Gerakan 30 September
(G30S) mencoba untuk menculik tujuh perwira Karel Satsuit Tubun, seorang penjaga di rumah Wakil Perdana Menteri Indonesia, Johannes
Angkatan Darat anti-komunis termasuk Leimena yang juga merupakan tetangga Nasution, mendengar keributan dan berjalan ke rumah
Nasution.[25] Letnan Doel Arief yang memimpin Nasution. Dalam kebingungan penjaga itu ditembak dan dibunuh. Pembunuhan penjaga itu tidak
pasukan untuk menangkap Nasution, dan timnya direncanakan.[29]
yang terdiri dari empat truk dan dua mobil militer
berjalan menyusuri Jalan Teuku Umar yang sepi Nasution terus bersembunyi di halaman tetangganya sampai pukul 06:00 ketika dia kembali ke
pada pukul 4:00 pagi. Rumah Nasution di No 40, Nasution yang kakinya terluka sedang membahas
rumahnya dalam keadaan patah pergelangan kaki. Nasution kemudian meminta ajudan untuk
rumah sederhana dengan satu lantai. Penjaga situasi di markas Kostrad pada malam tanggal 1
membawanya ke Departemen Pertahanan dan Keamanan karena dia pikir itu akan lebih aman di
rumah di pos jaga di luar rumah melihat kendaraan Oktober 1965
sana. Nasution kemudian mengirim pesan kepada Soeharto di markas Kostrad, mengatakan
yang datang, tetapi setelah melihat orang-orang itu kepadanya bahwa ia masih hidup dan aman. Setelah mengetahui bahwa Soeharto mengambil alih
tentara dia tidak curiga dan tidak menelepon komando tentara, Nasution kemudian memerintahkan dia untuk mengambil langkah-langkah
atasannya. Sersan Iskaq, yang bertanggung jawab menjaga rumah saat itu. Sersan itu berada di seperti mencari tahu keberadaan presiden, menghubungi panglima angkatan laut R.E.
ruang jaga di ruang depan bersama dengan setengah lusin tentara, beberapa di antaranya sedang Martadinata, komandan korps marinir R. Hartono serta kepala kepolisian Soetjipto
tidur. Seorang penjaga sedang tidur di taman depan dan satu lagi sedang bertugas di bagian Joedodihardjo, dan mengamankan Jakarta dengan menutup semua jalan yang mengarah ke
belakang rumah. Dalam sebuah pondok yang terpisah, dua ajudan Nasution sedang tidur, seorang sana.[30] Angkatan udara tidak termasuk karena Panglima Omar Dhani dicurigai sebagai
letnan muda bernama Pierre Tendean, dan ajun komisaris polisi Hamdan Mansjur.[26] simpatisan G30S. Soeharto segera mengintegrasikan perintah tersebut ke dalam rencananya
untuk mengamankan kota.
https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 9/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 10/20
16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sekitar pukul 14:00, setelah Gerakan 30 September mengumumkan pembentukan Dewan Sebuah peluang emas datang ke Nasution pada bulan Desember 1965 ketika ada pembicaraan
Revolusi, Nasution mengirim perintah lain untuk Soeharto, Martadinata dan Joedodihardjo. tentang penunjukkan dirinya sebagai wakil presiden untuk membantu Soekarno dalam masa
Dalam rangka itu, Nasution mengatakan bahwa dia yakin Soekarno telah diculik dan dibawa ke ketidakpastian.[33] Nasution tidak memanfaatkan ini dan memilih untuk tidak melakukan apa-
markas G30S di Halim. Karena itu dia memerintahkan ABRI untuk membebaskan presiden, apa. Soeharto mengambil inisiatif pada awal 1966 dengan mengeluarkan pernyataan yang
memulihkan keamanan Jakarta, dan yang paling penting, menunjuk Soeharto sebagai kepala mengatakan bahwa tidak ada kebutuhan untuk mengisi kursi wakil presiden yang kosong. Pada 24
operasi.[31] Sama seperti Soeharto yang mulai bekerja, tetapi pesan datang dari Soekarno di Februari 1966, Nasution tidak lagi menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam
Halim. Soekarno telah memutuskan untuk menunjuk Mayjen Pranoto Reksosamodra – loyalis perombakan kabinet. Posisi Kepala Staf ABRI juga dihapuskan.
Soekarno – untuk mengisi posisi Panglima Angkatan Darat dan sekarang ingin Pranoto untuk
datang menemuinya. Soeharto tidak mengizinkan Pranoto pergi tetapi dia tahu bahwa Soekarno Pada tahap ini, harapan bahwa Nasution akan melakukan sesuatu sekarang telah hilang, para
tidak akan menyerah untuk mencoba memanggil Pranoto. Untuk memperkuat posisi tawar, perwira militer dan gerakan mahasiswa berada di belakang Soeharto. Namun demikian, dia terus
Soeharto meminta Nasution untuk datang ke Markas Kostrad. menjadi tokoh yang dihormati, banyak perwira militer megunjunginya pada hari-hari menjelang
penandatanganan Supersemar, dokumen penyerahan kewenangan dari Soekarno ke Soeharto.
Nasution tiba di markas Kostrad sekitar pukul 6 sore, Soeharto mulai mengerahkan pasukan Bahkan, ketika Soeharto hendak pergi Markas Kostrad untuk menunggu pengiriman Supersemar,
Sarwo Edhie Wibowo untuk mengamankan Jakarta dari Gerakan 30 September. Di sana, Nasution dia menelepon Nasution dan meminta restunya. Istri Nasution memberi restu atas nama
akhirnya menerima pertolongan pertama untuk pergelangan kakinya yang patah. Setelah Jakarta Nasution, yang tidak hadir.
aman, Martadinata datang ke markas Kostrad dengan salinan Keputusan Presiden yang menunjuk
Pranoto. Setelah melihat keputusan tersebut, Soeharto mengundang Martadinata dan Nasution ke Indra politik Nasution tampaknya telah kembali setelah Soeharto menerima Supersemar. Itu
ruangan untuk membahas situasi. mungkin karena dia yang pertama kali menyadari bahwa Supersemar tidak hanya memberikan
kekuasaan darurat kepada Soeharto tetapi juga memberinya kontrol eksekutif. Pada 12 Maret
Nasution meminta Martadinata bagaimana caranya presiden datang untuk menunjuk Pranoto. 1966, setelah Soeharto melarang keberadaan PKI, Nasution menyarankan kepada Soeharto bahwa
Martadinata menjawab bahwa pada sore hari dia, Joedodihardjo, dan Dhani telah menghadiri dia membentuk kabinet darurat.[34] Soeharto, masih hati-hati tentang apa yang dia bisa atau tidak
pertemuan dengan Soekarno di Halim untuk memutuskan siapa yang harus menjadi Panglima bisa lakukan dengan kekuatan barunya, karena pembentukan kabinet adalah tanggung jawab
Angkatan Darat setelah Yani tewas. Pertemuan telah memutuskan bahwa Pranoto harus menjadi presiden. Nasution mendorong Soeharto dan berjanji untuk memberikan dukungan penuh, tetapi
Panglima Angkatan Darat. Nasution mengatakan bahwa penunjukan Soekarno tidak dapat Soeharto tidak menanggapi dan percakapan berakhir tiba-tiba.
diterima karena penunjukan datang ketika Soeharto telah memulai operasi.[32] Nasution dan
Soeharto kemudian mengundang Pranoto dan meyakinkannya untuk menunda menerima
pengangkatannya sebagai Panglima Angkatan Darat sampai setelah Soeharto selesai menumpas Ketua MPRS
percobaan kudeta.
Dengan kekuatan barunya, Soeharto mulai membersihkan
Dengan pasukan Sarwo Edhie, Jakarta dengan cepat berhasil diamankan. Soeharto kemudian pemerintahan dari pengaruh komunis. Setelah penangkapan 15
mengalihkan perhatiannya ke Halim dan mulai membuat persiapan untuk menyerang pangkalan menteri kabinet pada 18 Maret 1966, Soeharto mengincar MPRS,
udara. Untuk membantunya, Nasution memerintahkan angkatan laut dan polisi untuk membantu mencopot anggota yang dianggap simpatisan komunis dan
Soeharto dalam menumpas Gerakan 30 September. Untuk angkatan udara, Nasution menggantinya dengan anggota yang lebih bersimpati pada tujuan
mengeluarkan perintah mengatakan bahwa mereka tidak akan dihukum atas pembangkangan jika militer. Selama pembersihan, MPRS juga kehilangan ketuanya,
mereka menolak untuk mematuhi perintah Dhani. Pada pukul 06:00 tanggal 2 Oktober, Halim Chaerul Saleh, dan ada kebutuhan untuk mengisi posisi yang
berhasil diambil alih dan Gerakan 30 September secara resmi dikalahkan. kosong. Nasution adalah pilihan yang sangat populer karena
semua fraksi di MPRS menominasikan dia untuk posisi Ketua
MPRS. Namun, Nasution menunggu sampai Soeharto
Kehilangan kesempatan menyatakan dukungan untuk pencalonannya sebelum menerima
nominasi.
Meskipun Soeharto telah menjadi tokoh kunci pada 1 Oktober, banyak perwira Angkatan Darat Nasution memberi selamat
lainnya masih berpaling ke Nasution untuk kepemimpinan dan mengharapkannya untuk Pada 20 Juni 1966, Sidang Umum MPRS dimulai. Nasution kepada Jenderal Soeharto atas
mengambil kontrol yang lebih menentukan situasi. Namun, Nasution tampak ragu-ragu dan menetapkan Supersemar sebagai agenda pertama yang akan pengangkatannya sebagai acting
perlahan tetapi pasti dukungan mulai menjauh darinya. Mungkin alasan ini adalah karena dia dibahas dalam daftar dengan berjalan ke aula pertemuan dengan presiden, 12 Maret 1967
masih berduka atas putrinya, Ade Irma, yang meninggal pada tanggal 6 Oktober. dokumen yang sebenarnya. Keesokan harinya, pada 21 Juni
MPRS meratifikasi Supersemar, sehingga ilegal bagi Soekarno
Dalam beberapa minggu pertama setelah G30S, Nasution-lah yang terus-menerus melobi untuk menariknya kembali. Pada 22 Juni, Soekarno menyampaikan pidato berjudul Nawaksara
Soekarno untuk menunjuk Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat. Soekarno, yang setelah 1 (Sembilan butir) di depan sidang. Nasution dan anggota MPRS lainnya merasa kecewa. Soekarno
Oktober tetap menginginkan Pranoto sebagai pimpinan angkatan darat, awalnya menjadikan tidak menyebutkan apa-apa tentang G30S. Sebaliknya, Soekarno tampaknya memberikan
Soeharto sebagai Panglima Kopkamtib, tetapi dengan lobi terus-menerus yang dilakukan penjelasan tentang pengangkatannya sebagai presiden seumur hidup, rencana kerjanya sebagai
Nasution, Soekarno akhirnya dibujuk dan pada tanggal 14 Oktober 1965, ditunjuklah Soeharto presiden, dan bagaimana Konstitusi bekerja dalam praktik. MPRS menolak untuk meratifikasi
sebagai Panglima Angkatan Darat. pidato ini.

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 11/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 12/20


16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Selama dua minggu ke depan, Nasution sibuk memimpin Sidang Umum MPRS. Di bawah pemilu legislatif tahun 1977, di mana terdapat dugaan kecurangan pemilu yang dilakukan oleh
kepemimpinannya, MPRS mengambil langkah-langkah seperti melarang paham Marxisme- Golkar, Nasution mengatakan bahwa ada krisis kepemimpinan pada masa Orde Baru.
Leninisme, mencabut keputusan Soekarno sebagai presiden seumur hidup, dan memerintahkan
pemilihan legislatif yang akan diselenggarakan pada bulan Juli 1968. Sidang Umum MPRS juga Pada bulan Juli tahun 1978, bersama-sama dengan mantan wakil presiden Hatta, Nasution
meningkatkan kekuasaan Soeharto dengan secara resmi memerintahkannya untuk merumuskan mendirikan Yayasan Lembaga Kesadaran Berkonstitusi (YLKB). Pemerintah Soeharto bergerak
kabinet baru. Sebuah keputusan juga disahkan yang menyatakan bahwa jika presiden tidak cepat dan tidak mengizinkan YLKB untuk mengadakan pertemuan pertama pada Januari 1979.
mampu melaksanakan tugasnya, dia kini akan digantikan oleh pemegang Supersemar, bukan Nasution dan YLKB tidak menyerah. Pada bulan Agustus 1979, dia berhasil mengadakan
wakil presiden. pertemuan yang dihadiri anggota DPR. Mungkin secara signifikan, anggota ABRI menghadiri
pertemuan tersebut. Dalam pertemuan tersebut, Nasution mengkritik Orde Baru karena tidak
Tahun 1966 pun berlalu, Soekarno semakin defensif dan popularitasnya di kalangan rakyat sepenuhnya melaksanakan Pancasila dan UUD 1945.[37]
Indonesia semakin menurun. Soeharto, yang tahu bahwa kemenangan politiknya sudah dekat,
turun untuk memainkan peran orang Jawa yang sopan dengan terus-menerus memberikan kata- Soeharto menanggapi kritikan tersebut. Pada 27 Maret 1980, pada Rapat ABRI, Soeharto dalam
kata meyakinkan kepada Soekarno dan membelanya dari tuntutan para demonstran. Jenderal pidatonya mengatakan bahwa anggota ABRI harus siap untuk mempertahankan kursi mereka di
lainnya seperti Nasution tidak penuh belas kasihan, Nasution menyatakan bahwa Soekarno harus DPR dan mereka harus melindungi Pancasila dan UUD 1945 dari kemungkinan-kemungkinan
bertanggung jawab atas situasi buruk yang melanda pemerintahan dan masyarakat Indonesia amendemen. Untuk itu, Soeharto memerintahkan ABRI sebagai sebuah kekuatan sosial-politik,
pada saat itu. Nasution juga menyerukan agar Soekarno dibawa ke pengadilan. harus memilih mitra-mitra politik yang benar yang telah terbukti bersedia mempertahankan
Pancasila dan UUD 1945. Hal ini karena pada saat itu diyakini ada kekuatan-kekuatan sosial-
Pada 10 Januari 1967, Nasution dan MPRS bersidang lagi dan Soekarno menyerahkan laporannya politik yang meragukannya. Soeharto mengulangi hal ini dalam pidato lain tanggal 16 April 1980,
(dia tidak menyampaikan hal itu secara pribadi sebagai pidato) yang diharapkan bisa mengatasi pada kesempatan ulang tahun Kopassus. Di mana dia membantah tuduhan korupsi dan
masalah G30S. Diberi judul "Pelengkap Nawaksara", laporan itu berbicara tentang desakan mengklaim jika memungkinkan, dia akan menculik satu orang dari 2/3 anggota MPR yang
Soekarno menyebut G30S dengan Gerakan 1 Oktober (Gestok). Pada G30S, Soekarno mengatakan menginginkan amendemen. Hal itu akan mencegah MPR untuk mengubah konstitusi.
bahwa PKI membuat kesalahan besar pada pagi hari 1 Oktober, tetapi juga menambahkan bahwa
hal ini disebabkan oleh kecerdikan pihak neokolonialis. Soekarno juga menambahkan bahwa jika Nasution kemudian memutuskan bahwa penentang rezim harus membuat pernyataan besar. Dia
dia akan disalahkan atas G30S, Menteri Pertahanan dan Keamanan pada saat itu (Nasution) juga mengumpulkan anggota ABRI yang tidak puas dengan rezim Soeharto seperti mantan Gubernur
harus disalahkan karena tidak melihat G30S datang dan menghentikannya sebelum terjadi.[35] Jakarta Ali Sadikin, mantan Kapolri Hoegeng Imam Santoso, dan mantan Wakil Kepala Staf
Laporan sekali lagi ditolak oleh MPRS. Angkatan Darat Mochamad Jasin. Mantan Perdana Menteri Mohammad Natsir dan Burhanuddin
Harahap serta ketua PDRI Syafruddin Prawiranegara ikut bergabung. Bersama dengan banyak
Pada bulan Februari 1967, DPR-GR menyerukan Sidang Istimewa MPRS pada bulan Maret untuk nama kritikus terkenal terhadap pemerintah, mereka menandatangani petisi yang dikenal sebagai
mengganti Soekarno dengan Soeharto. Soekarno tampaknya pasrah akan nasibnya, akhirnya pada Petisi 50, disebut demikian karena ada 50 orang penandatangan petisi tersebut.
12 Maret 1967 Soekarno secara resmi dicabut mandatnya sebagai Presiden oleh MPRS. Nasution
kemudian menyumpah Soeharto ke tampuk kekuasaan sebagai pejabat presiden. Setahun Petisi itu ditandatangani pada 5 Mei 1980 dan disampaikan ke DPR pada 13 Mei 1980. Petisi ini
kemudian pada 27 Maret 1968, Nasution memimpin pemilihan dan pelantikan Soeharto sebagai menyerukan Soeharto untuk berhenti menafsirkan Pancasila sesuai tujuannya sendiri dan bagi
Presiden penuh. ABRI untuk bersikap netral dalam politik bukan malah menguntungkan Golkar. DPR, khususnya
anggota Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia menanggapi
serius petisi ini dan meminta Soeharto untuk merespon masalah ini. Soeharto menjawab bahwa
Orde Baru pidato-pidatonya pada tanggal 27 Maret 1980 dan 16 April 1980 adalah respon yang cukup
memadai. Dia menambahkan jika ada masalah, DPR bisa melakukan penyelidikan khusus. Di sini
anggota PPP dan PDI berhenti, mengetahui bahwa gerakan mereka akan dikalahkan karena
Jatuh dari kekuasaan dominasi Golkar. Bagi penandatangan petisi seperti Nasution, Soeharto memberlakukan larangan
perjalanan dan membuat transaksi bisnis yang sulit sehingga penandatangan petisi akan memiliki
Meskipun bantuan dari Nasution memberinya kesempatan naik ke kekuasaan, Soeharto melihat masa sulit dalam mencari nafkah.
Nasution sebagai saingan dan segera mulai bekerja untuk menyingkirkannya dari kekuasaan. Pada
tahun 1969, Nasution dilarang berbicara di Seskoad dan Akademi Militer.[36] Pada tahun 1971,
Nasution tiba-tiba diberhentikan dari dinas militer, ketika berusia 53, dua tahun lebih cepat dari Rekonsiliasi
usia pensiun yakni 55 tahun. Nasution akhirnya pada tahun 1972 digantikan oleh Idham Chalid
sebagai Ketua MPRS. Kejatuhan Nasution secara drastis tersebut membuatnya mendapatkan Pada awal tahun 1990-an, Soeharto mulai mengadopsi kebijakan keterbukaan politik, dan
julukan sebagai Gelandangan Politik. penegakan hukum terhadap penandatangan Petisi 50 dilonggarkan. Pada Juni 1993, ketika dia
berada di rumah sakit karena sakit, Nasution dikunjungi oleh para petinggi militer. Dia kemudian
menerima kunjungan B.J. Habibie, Menteri Riset dan Teknologi. Habibie kemudian mengundang
Oposisi terhadap Orde Baru Nasution dan penandatangan Petisi 50 lainnya untuk mengunjungi galangan kapal dan pabrik
pesawat yang berada di bawah yurisdiksinya. Pemerintah juga mulai mengklaim bahwa meskipun
Setelah dia disingkirkan dari posisi kekuasaan, Nasution berkembang menjadi lawan politik Orde ada larangan perjalanan bagi para penandatangan Petisi 50, tetapi larangan tersebut tidak berlaku
Baru. Pada akhir tahun 70-an, rezim Soeharto telah berubah dari populer menjadi otoriter dan untuk Nasution. Sementara itu, Nasution membantah telah mengkritik pemerintah, dia lebih
korup. Pada saat ini banyak suara mulai secara terbuka berbicara dan mengkritik rezim. Setelah memilih untuk menyebutnya sebagai "perbedaan pendapat".

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 13/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 14/20


16/05/23, 19.42 Abdul Haris Nasution - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Akhirnya, pada bulan Juli 1993, Soeharto mengundang


Nasution ke Istana Presiden untuk bertemu. Hal ini diikuti
oleh pertemuan lain pada 18 Agustus 1993, setelah
perayaan Hari Kemerdekaan.[38] Tidak ada pembicaraan
tentang politik, tetapi jelas bahwa mereka berdua
berusaha untuk melakukan rekonsiliasi terhadap
perbedaan di antara mereka. Dalam sebuah wawancara
pada tahun 1995, Nasution mendorong upaya Indonesia
untuk melakukan proses rekonsiliasi sehingga bangsa bisa
bersatu di bawah kepemimpinan Soeharto.
Soeharto bersama Frits A. Kakiailatu
Pada tanggal 5 Oktober 1997, pada kesempatan ulang menjenguk A.H. Nasution yang sedang
tahun ABRI, Nasution diberi pangkat kehormatan sakit di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta
Jenderal Besar, pangkat yang juga diberikan kepada pada 13 Maret 1997.
Soeharto dan Soedirman.[39]

Keluarga dan akhir hayat


Nasution menikah dengan Johanna Sunarti pada 30 Mei 1947
di Ciwidey, Bandung,[40][41] bersamanya dia memiliki dua
anak perempuan, yakni Hendrianti Saharah Nasution dan Ade
Irma Suryani Nasution. Ade Irma tewas dalam peristiwa G30S.
Istrinya meninggal pada tahun 2010 dalam usia 87.[42]
Nasution sendiri meninggal pada 6 September 2000 di Jakarta
setelah menderita stroke dan kemudian koma.[43][44] Dia
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Selatan.[45] Hendrianti Saharah meninggal pada tahun 2021 Dari kiri ke kanan: Abdul Haris
dalam usia 69.[46] Nasution (ayah), Ade Irma Suryani
Nasution (putri), Johanna Sunarti
(ibu), dan Hendrianti Saharah (putri)
Penghargaan

Tanda Jasa[47][48]

https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Haris_Nasution 15/20

Anda mungkin juga menyukai