Anda di halaman 1dari 8

Nama:ir soekarno

Kelahiran: 6 Juni 1901, Peneleh,


Surabaya
Meninggal: 21 Juni 1970, Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto, Jakarta
Pendidikan: Technische Hoogeschool
te Bandoeng (1921–1926)
Pasangan: Heldy Djafar (m. 1966–
1969), Yurike Sanger (m. 1964–1968),
Haryati (m. 1963–1966), lainnya
Anak: Megawati Soekarnoputri,
Kartika Sari Dewi Soekarno,
Sukmawati Soekarnoputri, lainnya
Jabatan sebelumnya: Perdana
Menteri Indonesia (1959–1966)
PERAN SOEKARNO
Ir.Soekarno lahir dengan nama Kusno yang diberikan oleh
orangtuanya. Akan tetapi, karena ia sering sakit maka ketika berumur
sebelas tahun namanya diubah menjadi Soekarno oleh ayahnya. Nama
tersebut diambil dari seorang panglima perang dalam kisah Bharata
Yudha yaitu Karna.Di kemudian hari ketika menjadi presiden, ejaan
nama Soekarno diganti olehnya sendiri menjadi Sukarno karena
menurutnya nama tersebut menggunakan ejaan penjajah . Ia tetap
menggunakan nama Soekarno dalam tkalian tangannya karena tkalian
tangan tersebut adalah tkalian tangan yang tercantum dalam Teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang tidak boleh diubah, selain itu
tidak mudah untuk mengubah tkalian tangan setelah berumur 50
tahun.
Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat
Indonesia dijelaskan bahwa namanya hanya «Sukarno»
saja, karena dalam masyarakat Indonesia bukan hal yang
tidak biasa memiliki nama yang terdiri satu kata. Soekarno
dilahirkan dengan seorang ayah yang bernama Raden
Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya yaitu Ida Ayu Nyoman
Rai. Keduanya bertemu ketika Raden Soekemi yang
merupakan seorang guru ditempatkan di Sekolah Dasar
Pribumi di Singaraja, Bali.Nyoman Rai merupakan
keturunan bangsawan dari Bali dan beragama Hindu,
sedangkan Raden Soekemi sendiri beragama Islam.
Mereka telah memiliki seorang putri yang bernama
Sukarmini sebelum Soekarno lahir. Ia dapat diterima di
HBS atas bantuan seorang kawan bapaknya yang
bernama H.O.S. Tjokroaminoto. Tjokroaminoto bahkan
memberi tempat tinggal bagi Soekarno di pondokan
kediamannya. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu
dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang
dipimpin Tjokroaminoto saat itu, seperti Alimin, Musso,
Darsono, Haji Agus Salim, dan Abdul Muis.Soekarno
kemudian aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri
Koro Dharmo yang dibentuk sebagai organisasi dari Budi
Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian ia ganti
menjadi Jong Java pada 1918.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemeene Studie
Club (ASC) diBandung yang merupakan hasil inspirasi dari
Indonesische Studie Club oleh Dr.Soetomo. Organisasi ini
menjadi cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang didirikan
pada tahun 1927. Aktivitas Soekarno di PNI menyebabkan
ditangkap Belkalian pada tanggal 29 Desember 1929 di
Yogyakarta dan esoknya dipindahkan ke Bandung, untuk
dijebloskan ke Penjara Banceuy.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai
Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI.
Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus 1933, dan
diasingkan ke Flores.
Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke
Provinsi Bengkulu, ia baru kembali bebas pada masa
penjajahan Jepang pada tahun 1942
Pada awal masa penjajahan Jepang (1942–1945),
pemerintah Jepang sempat tidak memerhatikan
tokoh-tokoh pergerakan Indonesia terutama untuk
"mengamankan" keberadaannya di Indonesia. Ini
terlihat pada Gerakan 3A dengan tokohnya Shimizu
dan Mr. Syamsuddin yang kurang begitu populer.
Namun akhirnya, pemerintahan pendudukan Jepang
memerhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-
tokoh Indonesia seperti Soekarno,
MohammadHatta, dan lain-lain dalam setiap
organisasi-organisasi dan lembaga lembaga untuk
menarik hati penduduk Indonesia.
Disebutkan dalam berbagai organisasi
seperti Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera),
BPUPKI dan PPKI, tokoh
tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara,
K.H. Mas Mansyur, dan lainlainnya disebut-sebut dan
terlihat begitu aktif. Dan akhirnya tokoh-tokoh
nasionalberbahaya bekerja sama dengan pemerintah
pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan
Indonesia, meski ada pula yang melakukan gerakan
bawah tanah
seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin karena
menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai