Anda di halaman 1dari 12

Nama :

Kelas : 12 MIA 2

TOKOH-TOKOH NASIONAL YANG TERLIBAT DALAM UPAYA MEMPROKLAMIRKAN


KEMERDEKAAN
1. Ir. Soekarno (bgn. Rachel Olivia)
a. Riwayat Hidup
(sumber: youtube.com)
Nama lahir : Kusno Sosrodiharjo
Tmpt/Tgl.lahir : Surabaya, 6 Juni 1901
Ayah : ​Raden Soekemi Sosrodihardjo
Ibu : Ida Ayu Nyoman Rai
Wafat : Jakarta, 21 Juni 1970

Ir. Soekarno adalah presiden pertama sekaligus bapak proklamator


kemerdekaan Indonesia yang berhasil membuat para penjajah ketar ketir karena
keberanian dan semangatnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Bersama rakyat indonesia dan teman-teman seperjuangannya, Soekarno tidak
gentar dalam melawan penjajah walaupun hal tsb harus membuat dirinya
dipenjara beberapa kali serta diasingkan.
Ia dijuluki sebagai Putra Sang Fajar karena ia lahir tepat pada saat fajar
terbit. Ia tumbuh dalam keluarga yang terbilang miskin saat itu. Sehari-hari ia dan
keluarganya hanya makan ubi kayu dan jagung tumbuk. Pada saat lebaran pun,
disaat teman-temannya bermain petasan, ia tidak ikut bermain karena tidak
mampu membelinya.
Di usia 11 tahun​, ​Soekarno menderita sakit tifus disentri dan malaria
secara berturut turut sehingga orang tuanya mengubah namanya dari Kusno
menjadi Soekarno. Orang Jawa percaya bayi yang sakit-sakitan akan sembuh
jika namanya diubah.
Pada tahun 1915 (usia 14 tahun)​, ia bersekolah di HBS (sekolah milik
Belanda yang ada di Surabaya)​. Ia menjadi satu-satunya orang pribumi di
sekolah itu. Ketika bersekolah di Surabaya, ia tinggal di rumah sahabat ayahnya
yaitu H.O.S.Cokroaminoto (Ketua Partai Serikat Islam). Di rumah itu, ia mulai
mengenal pergerakan kemerdekaan Indonesia bersama teman-teman satu
kosnya. Hal itu menggembleng jiwa nasionalismenya.
Pada tahun 1921 (usia 20 tahun)​, ia berkuliah di THS (sekarang ITB) di
Bandung dan ​tamat​ ​dengan gelar Insinyur Sipil​ ​di tahun 1926 (usia 25 tahun)​ .
Pada tahun 1927 (usia 26 tahun)​, ​ia merumuskan ajaran Marhaenisme
(sebuah ajaran ideologi perjuangan yang terbentuk dari sosionasionalisme,
sosiodemokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa) dan mendirikan PNI (Partai
Nasional Indonesia) dengan tujuan Indonesia Merdeka.
Pada tahun 1929 (usia 28 tahun)​, ia ditangkap dan dipenjara untuk
pertama kalinya di Banceuy, Bandung​. Setahun kemudian ​pada tahun 1930 (usia
29 tahun)​, ​ia dipindahkan ke penjara Sukamiskin Bandung​. Tanpa menyerah
pada keadaan, Soekarno membuat pledoi Indonesia Menggugat.
Pada tahun 1931 (usia 30 tahun)​, ​ia akhir bebas di penjara​. Ia berusaha
menyebarkan risalah Mencapai Indonesia Merdeka. ​Pada tahun 1932 (usia 31
tahun)​, ​ia bergabung dengan Partindo (Partai Indonesia)​.
Malangnya ​pada tahun 1934 (usia 33 tahun)​, ​Soekarno harus kembali
dipenjara dan diasingkan ke Pulau Ende, Flores​. Setelah 4 kemudian ​pada tahun
1938 (usia 37 tahun)​, ​ia dipindahkan ke Bengkulu​.
Akhirnya pada tahun 1942 (usia 41 tahun)​, ​ia pada akhirnya bebas​. Di
tahun yang sama, ​Jepang mulai masuk dan menjajah Indonesia​. ​Pada tahun
1945 (usia 44 tahun)​, ​ia merumuskan Pancasila, UUD, dan naskah proklamasi​.
Tanggal 15 Agustus 1945​, ia mendengar bahwa Jepang menyerah kepada
sekutu, yang memberikan arti bahwa telah terjadi kekosongan kekuasaan​. Sehari
kemudian ​tanggal 16 Agustus 1945​, ​Soekarno bersama Hatta diculik oleh tentara
PETA​. Peristiwa ini dikenal dengan Rengasdengklok. ​Pada tanggal 17 Agustus
1945​, ​ia bersama Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia​. Kemudian
pada keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945​, ia terpilih secara aklamasi dan
sidang PPKI dengan wakil presidennya Moh. Hatta​.
Pada tanggal 18 September 1948​, ​terjadi peristiwa pemberontakan
komunis​. Presiden Soekarno kemudian memerintahkan tentara Indonesia untuk
merebut kembali Madiun dari tangan PKI.
Pada tanggal 30 September 1960​, ia membacakan rumusan Pancasila di
sidang PBB, New York. Ia juga berkesempatan menyampaikan gagasan di
depan para pemimpin negara di PBB​. Pidatonya yang berjudul “To Build The
World A New” yang artinya Membangun Dunia Kembali dengan durasi sekitar 90
menit itu telah menggemparkan dunia.
Pada tanggal 30 September 1965​, ​ia mendapat kabar adanya
pembantaian pada jenderal yang dilakukan oleh PKI​. Gerakan tsb kini kita
dengar dengan G30S/PKI. ​Pada tanggal 11 Maret 1966​, ​ia memberikan mandat
kepada Soeharto (Panglima AD) untuk menjamin jalannya pemerintahan​. Surat
perintah tsb kemudian dikenal dengan “Surat Perintah 11 Maret” atau
Supersemar.
Pada tanggal 22 Februari 1967 (usia 65 tahun)​, ​Soekarno turun tahta dan
diganti oleh Seoharto​. ​Pada tanggal 21 Juni 1970​, ​ia meninggal di usia 69 karena
gagal ginjal​. Ia telah dinyatakan mengidap gangguan tersebut dan masih
bertahan selama 5 tahun sebelum akhirnya meninggal di RSPAD Gatot Subroto
DKI Jakarta, Indonesia.

b. Alasan Disebut Tokoh Nasional


(sumber: youtube.com)
Di zaman perjuangannya hingga revolusi kemerdekaan Indonesia, Ir.
Soekarno berhasil menjadi salah satu tokoh nasional yang paling
berpengaruh. Orasinya yang cerdas, tegas, dan aktual mampu mengobarkan
semangat serta menggerakkan jutaan masa.
Sejarah mencatat bahwa Ir. Soekarno telah mengabdikan dirinya
dalam perjuangan untuk mewujudkan Indonesia Merdeka. Ia sosok yang tak
kenal takut, tetap bergerak maju meskipun harus dipenjara beberapa kali
bahkan sampai diasingkan. Dirinya menjadi simbol perlawanan dalam setiap
penjajahan. Tidak hanya itu, beliau juga menjadi sumber inspirasi dan
kekuatan bagi seluruh bangsa Indonesia di seluruh pelosok negeri untuk
bangkit dan bersatu untuk membela, merebut, dan mempertahankan
kemerdekaan dengan tetesan darah pengorbanan harta benda, jiwa, dan
raga. Walaupun sudah divonis sakit, hal itu tidak mematahkan semangatnya
untuk mencapai tujuan kepada kemerdekaan Indonesia.
Setelah semua jasa-jasa yang telah dilakukan Soekarno kepada
bangsa Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, selaku Presiden RI ke-6,
menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepadanya melalui putrinya,
Megawati Soekarnoputri, Presiden RI ke-5 (7 November 2012).

2. Jenderal Sudirman (bgn. Josheline)


a. Riwayat Hidup
(sumber: wikipedia.com)
Nama lahir : Raden Soedirman
Tmpt/Tgl.lahir : Purbalingga, 24 Januari 1916
Ayah : Karsid Kartawiraji
Ibu : Siyem
Wafat : Magelang, 29 Januari 1950

Raden Soedirman yang kita kenal dengan


Jenderal Soedirman adalah seorang perwira tinggi di
masa Revolusi Nasional Indonesia, sosok yang dihormati oleh bangsa
Indonesia.
Pada tahun 1936​, ​ia mulai bekerja sebagai seorang guru dan
kemudian menjadi kepala sekolah di SD Muhammadiyah​. Ia juga aktif dalam
kegiatan Muhammadiyah lainnya. ​Pada tahun 1937​, ​ia menjadi pemimpin
Kelompok Pemuda Muhammadiyah​.
Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda, ia tetap mengajar. ​Pada
tahun 1944​, ​ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA)​ yang
disponsori Jepang sebagai komandan batalion di Banyumas. Selama
menjabat, ia bersama rekan sesama prajurit melakukan pemberontakan,
namun kemudian diasingkan ke Bogor.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, ia melarikan diri
dari pusat penahanan dan pergi ke Jakarta untuk bertemu Presiden
Soekarno. Ia ditugaskan untuk mengawasi proses penyerahan diri tentara
Jepang di Banyumas, yang dilakukan setelah mendirikan divisi lokasi Badan
Keamanan Rakyat (BKR).
Pada tanggal 19 Desember 1948​, B ​ elanda melancarkan Agresi Militer
II untuk menduduki Yogyakarta​. Pada saat para pemimpin politik berllindung
di Kraton Sultan, ​Soedirman bersama sekelompok kecil tentara dan dokter
pribadinya memulai perjalanan ke arah selatan dan melakukan perlawanan
gerilya selama 7 bulan​.
Awalnya mereka diikuti oleh pasukan Belanda, tetapi Soedirman dan
pasukannya berhasil kabur dan mendirikan markas di Sobo (dekat Gunugn
Lawu). Di tempat ini, ia mampu mengomandoi kegiatan militer di Pulau Jawa
(termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin
Letkol Soeharto).
Ketika Belanda mulai menarik diri, Soedirman dipanggil ke
Yogyakarta. Meskipun ingin terus melakukan perlawanan terhadap pasukan
Belanda, ia dilarang oleh Presiden Soekarno karena peyakit TBC yang
diidapnya. Waktu demi waktu berlalu, penyakit TBC yang diidapnya kambuh
sehingga ia pensiun dan pindah ke Magelang. ​Soedirman wafat​ ​pada tanggal
29 Januari 1950​, kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Semaki, Yogyakarta.

b. Alasan Disebut Tokoh Nasional


(sumber: kompasiana.com)
Jenderal Soedirman merupakan salah satu pahlawan nasional bangsa
Indonesia yang ikut dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan
mengusir tentara Belanda yang masih belum rela Indonesia merdeka.
Ia dikenal sebagai jenderal yang melakukan perlawanan secara
gerilya. Walaupun dalam keadaan sakit dan harus menggunakan tandu, ia
tetap keluar masuk hutan dan menyerang tentara Belanda hingga akhirnya
mereka gentar dan angkat kaki dari bangsa Indonesia. Ia adalah seorang
yang berwibawa dan sangat disegani oleh anggota pasukkannya. Wibawanya
sudah terbentuk sejak kecil dan ia memiliki tutur kata yang tentang juga
bersifat solutif terhadap suatu masalah.
Atas semua jasa-jasa yang telah ia lakukan demi kemerdekaan
Indonesia, pada tanggal 10 Desember 1964, ia ditetapkan sebagai Pahlawan
Nasional Indonesia.

3. Ahmad Soebardjo (bgn. Christian Marcell)


a. Riwayat Hidup
(sumber: wikipedia.com)
Nama lahir : Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo
Tmpt/Tgl.lahir : Karawang, 23 Maret 1896
Ayah : Teuku Muhammad Yusuf
Ibu : Wardinah
Wafat : Jakarta, 15 Desember 1978

Ketika menjadi mahasiswa, Soebardjo aktif


dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
melalui organisasi kepemudaan seperti Jong Java dan Persatuan Mahasiswa
Indonesia di Belanda. Ia juga pernah menjadi utusan Indonesia bersama Moh.
Hatta pada konferensi antar liga bangsa “Liga Menentang Imperialisme dan
Penindasan Penjajah” yang pertama di Brussels dan kemudian di Jerman.
Sewaktu kembali ke Indonesia, ia aktif menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Pada tanggal 16 Agustus 1945​, ​para pemuda pejuang (Chaerul Saleh,
Sukarni, Wikana, Sudanco Singgih, dan pemuda lainnya) membawa Soekarno
dan Hatta ke Rengasdengklok​. Tujuannya adalah agar kedua tokoh ini tidak
terpengaruh oleh Jepang. Disini mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa
Jepang telah menyerah dan para pejuang kembali bersiap untuk melawan
Jepang apapun resikonya.
Di Jakarta, golongan muda (Wikana) dan golongan muda (Achmad
Soebardjo) melakukan perundingan. Hasilnya, golongan tua menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf
Kunto untuk mengantar Achmad Soebardjo ke Rengasdengklok. ​Soebardjo
berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan
kemerdekaan bahkan ia memberikan jaminan dengan taruhan nyawa bahwa
proklamasi akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 selambat-lambatnya
pukul 11.30​. Dengan jaminan itu, Komandan Kompi PETA Rengasdengklok
(Cudanco Subeno) bersedia melepaskan Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
Pada tanggal 15 Desember 1978, Soebardjo menghembuskan nafas
terakhirnya di RS Pertamina, Jakarta, akibat komplikasi flu. Ia dimakamkan di
rumah Cipayung, Bogor, Jawa Barat.

b. Alasan Disebut Tokoh Nasional


Achmad Soebardjo adalah salah satu tokoh yang berperan dalam
kemerdekaan Indonesia, tokoh yang menjemput Soekarno dan Moh.Hatta
dari Rengasdengklok untuk dibawa ke Jakarta. Di Jakarta, beliau bersama
Soekarno dan Moh.Hatta pergi ke rumah Laksamana Maeda. Disana juga
sudah ada para pemuda yang sudah menunggunya. Ia adalah salah satu
tokoh yang menyusun dan merumuskan teks proklamasi kemerdekaan
Indonesia bersama dengan Ir.Soekarno dan Moh.Hatta.
Setelah sekian lama perjuangannya dan jasa-jasa yang telah ia
berikan untuk kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Indonesia memberikan
gelar Pahlawan Nasional (2009).

4. Mohammad Hatta (bgn. Yohanes Ang)


a. Riwayat Hidup
(sumber: www.biografiku.com)
Nama lahir : Mohammad Hatta
Tmpt/Tgl.lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902
Ayah : Muhammad Djamil
Ibu : Siti Saleha
Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980

Biografi Mohammad Hatta. Beliau terkenal sebagai


salah satu pahlawan nasional dan tokoh Proklamator yang
membawa Indonesia merdeka bersama Presiden Soekarno. Mohammad Hatta
merupakan tokoh yang sangat bersahaja dan sederhana hingga akhir hayatnya.
Peran Mohammad Hatta dalam merintis dan membawa Indonesia merdeka
sangat besar. Tak heran banyak yang mengidolakannya.

Banyak buku yang mengulas mengenai Biografi dan Profil Mohammad


Hatta. Disebutkan bahwa Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902
di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan
keluarga ibunya yang bernama Siti Saleha. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil,
meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan.
Mohammad Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak
laki-laki satu-satunya. Ia memulai pendidikan dasarnya di ELS (Europeesche
Lagere School). Sejak duduk di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di kota
Padang, ia telah tertarik pada pergerakan.

Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti


Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Hatta
masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Sebagai bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti


keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tetapi sumber keuangan baik dari iuran
anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para
anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab
dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.

Pada tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Belanda untuk belajar pada
Handels Hoge School di Rotterdam. Ia mendaftar sebagai anggota Indische
Vereeniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische
Vereeniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu
kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Hatta juga mengusahakan agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra,


terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924
majalah ini berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Hatta lulus dalam ujian handels economie (ekonomi perdagangan) pada


tahun 1923. Semula dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu
ekonomi pada akhir tahun 1925.

Karena itu pada tahun 1924 dia non-aktif dalam PI. Tetapi waktu itu
dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun
memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik.

Perpanjangan rencana studinya itu memungkinkan Hatta terpilih menjadi


Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan
pidato inaugurasi yang berjudul “Economische Wereldbouw en
Machtstegenstellingen” atau Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan
kekuasaan.

Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu,


menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif. Sejak tahun 1926 sampai
1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya,
PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik
yang mempengaruhi jalannya politik rakyat di Indonesia.

Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik


Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional
yang berada di Eropa. PI melakukan propaganda aktif di luar negeri Belanda.
Hampir setiap kongres internasional di Eropa dimasukinya, dan menerima
perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin
delegasi.

Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama “Indonesia”,


Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Internasional untuk Perdamaian
di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, “Indonesia” secara resmi diakui oleh
kongres. Nama “Indonesia” untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu
telah benar-benar dikenal kalangan organisasi-organisasi internasional.

Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting


di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres
internasional yang diadakan di Brussels tanggal 10-15 Pebruari 1927.

Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan


buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian
menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru
(India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan
pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu.

Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan
ceramah bagi “Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan” di
Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L ‘Indonesie et son Probleme de I’
Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan).

Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul


Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada
tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan
keempatnya dari segala tuduhan.

Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato


pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur
dengan nama “Indonesia Vrij”, dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa
Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka.

Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta


penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De
Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun
1932.

Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri


Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan
1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi
untuk Daulat Ra’jat.

Selain itu ia juga aktif melakukan berbagai kegiatan politik, terutama


pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia.
Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya.
Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan
penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan
pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat
Ra’jat, yang berjudul “Soekarno Ditahan” (10 Agustus 1933), “Tragedi Soekarno”
(30 November 1933), dan “Sikap Pemimpin” (10 Desember 1933).

Pada bulan Februari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende,


Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai
Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional
Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel.

Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta adalah


Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor Bandung: Maskun
Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto.

Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara


Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul
“Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”.

Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah


Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van
Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan
upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal,
atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan
tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal.

Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu
dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula.
Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen
sehari.

Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk


surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah
Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel
dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti.

Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk


memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu
ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian
hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, “Pengantar ke Jalan llmu dan
Pengetahuan” dan “Alam Pikiran Yunani.” (empat jilid).

Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen,


memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke
Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira.

Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri.


Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk
setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang
sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain.

Pada tanggal 3 Februari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi.


Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada
Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.

Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama


sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk
merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia?

Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada.


menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa
Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan
pengertiannya sendiri.

Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai


senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah
sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu
didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan
September 1944.

Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun


pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada
tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan,
“Indonesia terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda.

Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda
merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat
Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan
orang kembali.”

Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia, dengan Soekarno sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai
Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia,
sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI
Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya.

Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekarno, Hatta, Soebardjo,
Soekarni, dan Sayuti Melik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun
teks proklamasi kemerdekaan.

Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta


menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya.
Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat
para anggota lainnya menanti.

Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangani


oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir
menyambut dengan bertepuk tangan riuh.

Tanggal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh


Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam
10.00 pagi di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta.

Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden


Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden
Republik Indonesia. Soekardjo Wirjopranoto mengemukakan bahwa Presiden
dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwitunggal.

Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha


Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik
Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan
Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville, tetapi
selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda.

Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke
India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar
sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang
kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri
Morarji Desai).

Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan


resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum. Kesukaran dan ancaman yang
dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan.

Pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi


kedua. Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun
perjuangan Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus
berkobar di mana-mana. Panglima Besar Sudirman melanjutkan memimpin
perjuangan bersenjata.

Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang


mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konferensi Meja Bundar untuk menerima
pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana. Bung Hatta juga menjadi
Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya
setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali
menjadi Wakil Presiden.

Dalam Biografi Mohammad Hatta, Selama menjadi Wakil Presiden, Bung


Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan
tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang
ekonomi dan koperasi.
Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan
cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta
mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia.

Karena besarnya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka


pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada
Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai
koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun
Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).

Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen


dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri
sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya
melalui sepucuk surat kepada ketua Parlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat
dikirimkan kepada Presiden Soekarno.

Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden


Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember
1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden
Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.

Pada tanggal 27 November 1956, ia memperoleh gelar kehormatan


akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah
Mada di Yogyakarta. Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato
pengukuhan yang berjudul “Lampau dan Datang”.

Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI,


beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi.
Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru
besar dalam ilmu politik perekonomian.

Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor


Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar
Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta
berjudul “Menuju Negara Hukum”.

Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis “Demokrasi Kita” dalam majalah
Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan
pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di
Indonesia waktu itu. Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih
merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus.

Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di


desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri,
yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi’ah, dan Halida Nuriah.

Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr.
Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek.
Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum
Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.

Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan


kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi
“Bintang Republik Indonesia Kelas I” pada suatu upacara kenegaraan di Istana
Negara.

Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980 pada pukul 18.56 di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta setelah sebelas hari ia dirawat di sana.
Selama hidupnya, Bung Hatta telah dirawat di rumah sakit sebanyak 6 kali pada
tahun 1963, 1967, 1971, 1976, 1979, dan terakhir pada 3 Maret 1980. Keesokan
harinya, dia disemayamkan di kediamannya Jalan Diponegoro 57, Jakarta dan
dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta disambut dengan upacara kenegaraan
yang dipimpin secara langsung oleh Wakil Presiden pada saat itu, Adam Malik. Ia
ditetapkan sebagai pahlawan proklamator pada tahun 1986 oleh pemerintahan
Soeharto.

b. Alasan Disebut Tokoh Nasional


(sumber: kontan.co.id)
Mohammad Hatta adalah orang yang aktif merumuskan, menyusun,
da mendeklarasikan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia adalah salah
satu perintis kemerdekaan dan berperan penting dalam mengantarkan
kemerdekaan. Beliau adalah pemikir, perumus, dan peletak dasa Indonesia
Merdeka
Bung Hatta dianggap telah menyampaikan pikiran dan pidato yang
mempengaruhi jalannya sejarah, seperti Pidato Indonesia Merdeka (22 Maret
1928), Pidato di Lapangan Ikada (8 Desember 1942), yang membakar
nasionalisme rakyat Indonesia serta pemikiran utama tentang demokrasi,
ekonomi, dan koperasi. Ia juga dianggap berkontribusi dalam merintis dan
mempertahankankan kemerdekaan. Pemerintah mencatat Hatta memimpin
Delegasi Indonesia dalam Kongres di Perancis tahun 1926, yang
memperkenalkan Indonesia dan memimpin Delegasi Indonesia dalam
Konferensi Meja Bundar di Den Haag (27 Desember 1945), sebagai
pernyataan resmi Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Pemerintah juga
menyatakan, ia memiliki idealisme dan pandangan yang amat kuat pada
hak-hak asasi manusia, demokrasi, dan koperasi sebagai pilar perekonomian
nasional.

Anda mungkin juga menyukai