Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nahdlatul Ulama' (NU) adalah Jam'iyyah diniyah (Organisasi Keagamaan) yang
merupakan wadah bagi para ulama dan pengikutnya yang didirikan pada 16 Rajab 1344 H/ 31
Januari 1926 M di Surabaya.
Ahlussunah Wal Jama'ah (Aswaja) merupakan salah satu aliran pemahaman teologis
(Aqiedah) Islam. Selain Aswaja ada faham-faham teologis lain seperti Khawarij, Murji'ah,
Qadariyyah, Jabariyah dan Syiah.
Pemahaman Aswaja ini diyakini sebagian umat besar islam sebagai pemahaman yang
benar yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabatnya. Kemudian
secara turun-temurun paham Aswaja diajarkan kepada generasi berikutnya yaitu Para Tabi'in
dan Tabi'at dan selanjutnya diteruskan oleh generasi-generasi berikutnya sehingga sampai
kepada kita. Hal ini tentu dapat dibuktikan melalui kajian-kajian literer keagamaan. berkaitan
dengan ini ribuan kitab dan buku telah ditulis oleh para Ulama' dan Para Alhi kitab Al-Qur'an
dan Hadist. Menurut sejarah, Istirahat Aswaja muncul sebagai reaksi terhadap paham
kelompok mu'tazilah yang dikenal sebagai Kaum rasionalis Islam yang ekstrim.
B. Rumusan Bagian Tumbuhan
a. Apa yang dimaksud dengan Aswaja?
b. Bagaimana Sejarah Aswaja dari berdirinya hingga sekarang
c. Apa saja landasan-landasan yang ada Aswaja?

C. Tujuan Bagian Tumbuhan


a. Untuk memperkenalkan dan memahami tentang Aswaja secara mendalam.
b. Untuk menanamkan nilai-nilai paham Aswaja secara keseluruhan.
c. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan paham Aswaja dalam menjalankan
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari.
d. Untuk mengerti landasan-landasan Aswaja guna memupuk keyakinan diri tentang
Ajaran Aswaja.

1
D. Manfaat Makalah
Pendidikan Aswaja merupakan upaya sadar,terarah dan berkesinambungan
untuk mengenalkan dan menanamkan paham Aswaja kepada semua orang agar
mengetahui, menyakini dan mengamalkannya.

Pentingnya mempelajari Aswaja dan penerapannya dalam kehidupan sehari-


hari. Aswaja sendiri merupakan salah satu aliran pemahaman teologis Islam yang
diyakini sebagai pemahaman yang benar yang telah diajarkan Nabi Muhammad
SAW kepada para sahabatnya.

Adapun nilai-nilai Aswaja yakni:

1. Tawasut yaitu Sikap tengah-tengah.

2. Tawazun yaitu Seimbang.

3. Tasamuh yaitu Toleransi.

4. Ta'adul yaitu Tegak Lurus.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aswaja
Secara etimologi, Aswaja berasal dari bahasa Arab Ahl artinya keluarga.
Al-sunnah berarti jalan, tabiat dan perilaku kehidupan. Sedangkan Al-Jama'ah berarti
sekumpulan. Pengertian aswaja secara etimologi berarti berusaha untuk memperoleh
ilmu atau menguasai suatu keterampilan. Sedangkan pengertian belajar secara
terminologi adalah sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya,
sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Terminologi Ahlusunnah wal jama’ah, oleh Kaum Nahdliyin disingkat
“ASWAJA” itu terdiri dari 3 kata, yaitu:
1. Ahlun : Artinya keluarga, golongan atau pengikut, komunitas.
2. Sunnah : Artinya segala sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,
maksudnya semua yang datang dari Nabi Saw. Berupa perbuatan,
ucapan dan pengakuan Nabi SAW.
3. Al-Jama’ah : Artinya apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah SAW.
Pada masa Khulafaur Rasyidin : Khalilfah Abu Bakar Ra., Umar bin
Khatab Ra., Utsman bin Affan Ra.,dan Ali bin Abi Thalib Ra.

B. Sejarah Aswaja
Istilah Aswaja yang merupakan kependekan dari Ahlussunah wal jama'ah tidak
dikenal di zaman nabi Muhammad maupun di masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin, bahkan tidak dikenal pada zaman pemerintahan Bani Umayyah. Istilah
ahlussunah wal jama'ah sebetulnya merupakan diksi baru, atau sekurang-kurangnya
tidak pernah digunakan sebelumnya dimasa nabi dan pada periode sahabat-sahabat
nabi. Pemakaian ahlussunah wal jama'ah sebagai sebutan bagi kelompok keagamaan
justru diketahui lebih belakangan sewaktu Az-zabidi menyebutkan dalam Ithaf
Sadatul Muttaqin, penjelasan dari Ihya' Ulumuddin Al-Ghazali yaitu jika disebutkan
ahlussunah, maka yang dimaksud adalah pengikut Al-Asy'ari dan Al-Maturidi.

Aswaja dalam bidang aqidah atau teologi yaitu dalam bidang fiqih dan
tasawuf yang bidang-bidang tersebut menjadi karakteristik bagi aliran ini, itu

3
manganut pada pengikut Imam Asy'ari dan Imam Maturidi. Kalau dalam bidang Fiqih
atau hukum islam berarti menganut pada salah satu madzhab empat yaitu Hanafi,
Maliki, Syafi'i dan Hambali. Dan Aswaja juga mengacu pada landasan pokok yaitu
Al-Qur'an, Hadis, Ijma' dan Qiyas. Dan yang terakhir jika Aswaja mengikuti ajaran
tasawuf berarti menganut Imam Junaidi al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali.

Menurut KH. Ahmad Shiddiq bahwa pada hakikatnya Ahlussunah wal jama'ah
adalah ajaran Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan dan diamalkan oleh
Rasulullah SAW bersama para sahabatnya. Kelompok Ahlussunah wal jama'ah sering
disebut sunni, kaumnya disebut sunniyun atau kaum Asy'ariyah.

Pelopor sekaligus pendiri Ahlussunah wal jama'ah adalah Imam Abu Hasan al-
Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi.

Peran para sahabat nabi disejarah Aswaja yaitu Sebagai generasi yang hidup
pada zaman Rasulullah SAW yang paling menghayati sunnah wal jama'ah. Para
sahabat lah yang dapat menerima langsung ajaran agama dari tangan pertama,kalau
ada yang belum jelas, Ia dapat langsung menanyakan kepada Rasulullah SAW.
Terutama Sahabat Khulafaur Rosyidin: Abu Bakar Ash-Shiddiq ra., Umat bin Khattab
ra., Ustman bin Affan ra., Dan Ali bin Abi Thalib ra. Setelah generasi sahabat, tugas
melanjutkan mission dan perjuangan Rasulullah SAW diterima generasi baru yaitu
tabi'in (para pengikut), selanjutnya ganti berganti, berkesinambungan dari generasi ke
generasi menerima mission dan perjuangan itu. Artinya dari para tabiin kepada para
imam Mujtahidin, kepada para ulama shalihin dari zaman ke zaman.

Adapun karakteristik agama Islam yang paling esensial adalah:

a. Prinsip at-Tasamuh artinya pertengahan, tidak condong ke kanan atau ke


kiri.
b. Sasaran rahmatan lil 'alamin artinya menyebar rahmat kepada seluruh alam.

C. Landasan-landasan Aswaja
Pokok keyakinan yang berkaitan dengan tauhid dan lain lain menurut
ahlusunnah wal jama'ah harus dilandasi oleh dalil dan argumentasi yang
definitive(qath'i) dari alqur'an, hadits, ijma ulama dan argumentasi akal yang
sehat. Landasan-landasan Ahlussunah wal jama'ah adalah sebagai berikut:
a. Al-Qur'an

4
Al-Qur’an merupakan Sumber utama dan pertama dalam pengambilan hukum.
Karena Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang merupakan petunjuk kepada
ummat manusia dan diwajibkan untuk berpegangan kepada Al-Qur’an.
Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 2; Al-Maidah Ayat 44-45, 47 :
‫ِل ِق ِل‬ ‫ِف‬
‫ْالِكَتَب َالَر ْيَب ْيِه ُه ًد ى ْلُم َّت َنْي ذ َك‬
Artinya :
“Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa”.
(Al-Baqarah; 2)

‫َو َمْن ْمَل ْحَيُك ْم َمِبا َأْنَز َل اُهلل َفُأْو لِئَك ُه ُم ْالكِف ُر ْو َن‬
Artinya :
“ Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka adalah golongan orang-orang kafir”.
Dalam hal ini yang berkenaan dengan ibadat dan larangan-larangan Allah.

b. Al-Hadits/Sunnah
Sumber kedua dalam menentukan hukum ialah sunnah Rasulullah ٍSAW.
Karena Rasulullah yang berhak menjelaskan dan menafsirkan Al-Qur’an. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an surat an-Nahl ayat 44, sebagai berikut:

‫َو َاْنَز ْلَنا ِاَلْيَك الِذْك َر ِلُتَبَنِي ِللَّناِس َم اُنِز َل ِاَلْيِه ْم َو َلَعَّلُه ْم َيَتَف َّك ُر ْو َن‬
Artinya :
“Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan”.
(An-Nahl : 44)
Ayat tersebut jelas bahwa hadits menduduki dasar kedua dalam penetapan akidah
dalam islam.
c. Al-Ijma’
Yang disebut Ijma’ ialah kesepakatan para Ulama’ atas suatu hukum
setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Karena pada masa hidupnya Nabi
Muhammad SAW seluruh persoalan hukum kembali kepada Beliau. Setelah
wafatnya Nabi maka hukum dikembalikan kepada para sahabatnya dan para

5
Mujtahid.

d. Al-Qiyas
Qiyas menurut bahasanya berarti mengukur, secara etimologi kata itu
berasal dari kata Qasa (‫) قا س‬. Yang disebut Qiyas ialah menyamakan sesuatu

dengan sesuatu yang lain dalam hukum karena adanya sebab yang antara
keduanya. Rukun Qiyas ada 4 macam: al-ashlu, al-far’u, al-hukmu dan as-sabab.
Contoh penggunaan qiyas, misalnya gandum, seperti disebutkan dalam suatu hadits
sebagai yang pokok (al-ashlu)-nya, lalu al-far’u-nya adalah beras (tidak tercantum
dalam al-Qur’an dan al-Hadits), al-hukmu, atau hukum gandum itu wajib zakatnya,
as-sabab atau alasan hukumnya karena makanan pokok. Dengan demikian, hasil
gandum itu wajib dikeluarkan zakatnya, sesuai dengan hadits Nabi, dan begitupun
dengan beras, wajib dikeluarkan zakat. Meskipun, dalam hadits tidak dicantumkan
nama beras. Tetapi, karena beras dan gandum itu kedua-duanya sebagai makanan
pokok. Di sinilah aspek qiyas menjadi sumber hukum dalam.
Sebagaimana madzhab Ahlussunnah wal Jama’ah lebih mendahulukan dalil Al-
Qur’an dan Al-Hadits dari pada akal. Maka dari itu madzhab Ahlussunnah wal
Jama’ah mempergunakan Ijma’ dan Qiyas kalau tidak mendapatkan dalil nash
yang shareh (jelas) dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ahlu sunnah waljamaah berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga,
golongan atau pengikut. Ahlussunnah berarti orang orang yang mengikuti sunnah
(perkataan, pemikiran atau amal perbuatan Nabi Muhammad SAW.) Sedangkan Wal
Jama’ah memiliki arti Mayoritas ulama dan jama’ah umat Islam pengikut sunnah
Rasul. Aswaja berarti orang-orang atau mayoritas para ‘Ulama atau umat Islam yang
mengikuti sunnah Rasul dan para Sahabat atau para ‘Ulama.

Aswaja menurut KH. Hasyim Asyari’ adalah suatu paham berteologi


Asy’ariyah dan Maturidiyah, berfiqh madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi’I,
dan Hambali) dan bertashuwf al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi.

B. Saran
Diharapkan setelah memahami materi diatas pembaca dapat mengerti dan
menambah keyakinan tentang Aswaja dalam diri anda, karena Aswaja adalah aliran
ajaran Islam yang murni sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad SAW kepada
sahabatnya dan setelah itu kepada para ulama', Masyeih, dan para kyai dan sampailah
ajaran Nabi Muhammad SAW tersebut kepada kita.

7
DAFTAR PUSTAKA

KH. Muhyiddin Abdusshomad, 2009, Aqidah Ahlussunah wal jama'ah, Surabaya: Khalista,
hlm. 7.

http://www.jejakpendidikan.com/2017/09/pendidikan-ahlussunah-wal-jamaah-aswaja.html

Muchtob Hamzah, dkk, pengantar studi aswaja an Nadliyah(Yogyakarta:LKS, cet. I


2017),hal 40

Tim Aswaja PWNU Jawa Timur, Risalah Ahlu sunnah wal jama'ah, (Surabaya: Khalista,
2021), hal.19

https://islam.nu.or.id/ubudiyah/4-sumber-hukum-dalam-aswaja-rhoqE

Anda mungkin juga menyukai