KEASWAJAAN
Disusun oleh :
Ujang Wahid Muhammad Abdillah
A. Latar Belakang
Pada masa Rasulullah SAW. masih hidup, istilah Aswaja sudah pernah ada tetapi
tidak menunjuk pada kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang dimaksud dengan
Ahlussunah wal Jama’ah adalah orang-orang Islam secara keseluruhan.
Ada sebuah hadits yang mungkin perlu dikutipkan telebih dahulu yang Artinya :
Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya bani Israil akan terpecah menjadi 70 golongan
dan ummatku terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya masuk neraka kecuali satu
golongan. Para Shohabat bertanya : Siapa yang satu golongan itu? Rasulullah SAW.
menjawab : yaitu golongan dimana Aku dan Shahabatku berada. Hadits inilah yang sering
digunakan oleh orang-orang NU sebagai salah satu dalil atau dasar tentang Ahlussunah wal
Jamaah.
Ahli sunnah wal jamaah adalah suatu golongan yang menganut syariat islam yang
berdasarkan pada alqur`an dan al hadis dan beri`tikad apabila tidak ada dasar hukum
pada alqur`an dan hadis
Inilah kemudian kita sampai pada pengertian Aswaja. Pertama kalau kita melihat
ijtihadnya para ulama-ulama merasionalkan dan memecahkan masalah jika didalam alqur`an
dan hadis tidak menerangkanya. Definisi kedua adalah (melihat cara berpikir dari berbagai
kelompok aliran yang bertentangan); orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan
yang mencakup aspek kehidupan yang berlandaskan atas dasar moderasi menjaga
keseimbangan dan toleransi. Ahlussunah wal Jama’ah ini tidak mengecam Jabariyah,
Qodariyah maupun Mu’tazilah akan tetapi berada di tengah-tengah dengan mengembalikan
pada ma anna alaihi wa ashabihi.Nah itulah latar belakang sosial dan latar belakang politik
munculnya paham Aswaja. Jadi tidak muncul tiba-tiba tetapi karena ada sebab, ada ekstrim
mutazilah yang serba akal, ada ekstrim jabariyah yang serba taqdir, aswaja ini di tengah-
tengah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aswaja sebagai sebuah paham
keagamaan (ajaran) maupun sebagai aliran pemikiran (manhajul fiqr) kemunculannya tidak
bisa dilepaskan dari pengaruh dinamika sosial politik pada waktu itu, lebih khusus sejak
peristiwa Tahqim yang melibatkan Sahabat Ali dan sahabat Muawiyyah sekitar akhir tahun
40 H.]
Ahli sunnah wal jamaah pemikiranya menggunakan pemikiran al asyari dan hukum
fiqihnyanya menggunakan imam madzhab sehingga golongan aswaja inilah golongan yang
sifatnya luas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Ahlussunnah wal jama`ah?
2. Apa yang menjadikan ruang Lingkup Aswaja?
3. Apa pengertian dari Tabiin?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aswaja
Ahlussunnah Wal Jama’ah Menurut Syekh Abu al-Fadl ibn Syekh ‘Abdus Syakur al-
Senori dalam kitab karyanya “al-Kawâkib al-Lammâ‘ah fî Tahqîq al-Musammâ bi Ahli al-
Sunnah wa al-Jamâ‘ah” (kitab ini telah disahkan oleh Muktamar NU ke XXlll di Solo Jawa
Tengah) menyebutkan definisi Ahlussunnah wal jama’ah sebagai: kelompok atau golongan
yang senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi saw. dan thariqah para sahabatnya dalam
hal akidah, amaliyah fisik (fiqh), dan akhlaq batin (tasawwuf). Syekh ‘Abdul Qodir al-Jilani
mendefinisikan Ahlussunnah wal jama’ah sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan as-
Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. (meliputi ucapan, prilaku, serta
ketetapan beliau). Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian jama’ah adalah segala
sesuatu yang yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi saw. pada masa Khulafa’ ar-
Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah Allah.”
Secara historis, para imam Aswaja di bidang akidah telah ada sejak zaman para
sahabat Nabi saw. sebelum munculnya paham Mu’tazilah. Imam Aswaja pada saat itu
diantaranya adalah ‘Ali bin Abi Thalib ra., karena jasanya menentang pendapat Khawarij
tentang al-Wa‘d wa al-Wa‘îd dan pendapat Qadariyah tentang kehendak Allah dan daya
manusia. Di masa tabi’in ada beberapa imam, mereka bahkan menulis beberapa kitab untuk
mejelaskan tentang paham Aswaja, seperti ‘Umar bin ‘Abd al-Aziz dengan karyanya
“Risâlah Bâlighah fî Raddi ‘alâ al-Qadariyah”. Para mujtahid fiqh juga turut menyumbang
beberapa karya teologi untuk menentang paham-paham di luar Aswaja, seperti Abu Hanifah
dengan kitabnya “Al-Fiqh al-Akbar”, Imam Syafii dengan kitabnya “Fi Tashîh al-Nubuwwah
wa al-Radd ‘alâ al-Barâhimah”. Generasi Imam dalam teologi Aswaja sesudah itu kemudian
diwakili oleh Abu Hasan al-Asy’ari (260 H – 324 H), lantaran keberhasilannya menjatuhkan
paham Mu’tazilah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa akidah Aswaja secara substantif telah ada
sejak masa para sahabat Nabi saw. Artinya paham Aswaja tidak mutlak seperti yang
dirumuskan oleh Imam al-Asy’ari, tetapi beliau adalah salah satu di antara imam yang telah
berhasil menyusun dan merumuskan ulang doktrin paham akidah Aswaja secara sistematis
sehingga menjadi pedoman akidah Aswaja.
Dalam perkembangan sejarah selanjutnya, istilah Aswaja secara resmi menjadi bagian
dari disiplin ilmu keislaman. Dalam hal akidah pengertiannya adalah Asy’ariyah atau
Maturidiyah. Imam Ibnu Hajar al-Haytami berkata: Jika Ahlussunnah wal jama’ah
disebutkan, maka yang dimaksud adalah pengikut rumusan yang digagas oleh Imam Abu al-
Hasan al-Asy’ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam fiqh adalah mazhab empat,
Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. Dalam tasawuf adalah Imam al-Ghazali, Abu Yazid al-
Bisthomi, Imam al-Junaydi, dan ulama-ulama lain yang sepaham. Semuanya menjadi
diskursus Islam paham Ahlussunnah wal jama’ah.
Secara teks, ada beberapa dalil Hadits yang dapat dijadikan dalil tentang paham
Aswaja, sebagai paham yang menyelamatkan umat dari kesesatan, dan juga dapat dijadikan
pedoman secara substantif. Di antara teks-teks Hadits Aswaja adalah:
ٍ ق ُأ َّمتِي َعلَى ثَاَل
َب ِْعينSث َو َس ُ تَ ْفت َِرSةً َو َسSَب ِْعينَ فِرْ قS َو َس نSِ ا َرى َعلَى ثِ ْنتَ ْيSص ْ َ َعلَى إحْ دَى َو َس ْب ِعينَ فِرْ قَةً َوا ْفتَ َرق ت ْاليَهُو ُد
َ َّت الن ْ َا ْفت ََرق
اج ْه َ َر َواهُ َأبُو دَا ُو. َما َأنَا َعلَ ْي ِه َوَأصْ َحابِي: َم ْن هم يَا َرسُو َل هَّللا ِ؟ قَا َل: قَالُوا.ًار إاَّل َوا ِح َدة
َ َوابْنُ َم ُّدوالتِّرْ ِم ِذي ِ َّ ُكلُّهُ ْم فِي الن ،ًفِرْ قَة
Dari Abi Hurayrah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Terpecah umat Yahudi
menjadi 71 golongan. Dan terpecah umat Nasrani menjadi 72 golongan. Dan akan terpecah
umatku menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu.” Berkata para sahabat,
“Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab, “Mereka adalah yang
mengikuti aku dan para sahabatku.” (HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majah)
Jadi inti paham Ahlussunnah wal jama’ah (Aswaja) seperti yang tertera dalam teks
Hadits adalah paham keagamaan yang sesuai dengan sunnah Nabi saw. dan petunjuk para
sahabatnya.
C. Pengertian Tabiin
Shahabat adalah : setiap orang yang berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu
‘alayhi wasallam dalam keadaan ia beriman kepadanya dan ia meninggal dalam keadaan
Islam meskipun pernah diselingi murtad menurut pendapat yang shahih.
Tabi’in adalah : orang yang berjumpa dengan shahabat Nabi Shallallahu ‘alayhi
wasallam dalam keadaan ia beriman kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wasallam meskipun ia
tidak melihat Beliau Shallallahu ‘alayhi wasallam dan ia mati di atas keislamannya.
Menurut Syekh Abu al-Fadl ibn Syekh ‘Abdus Syakur al-Senori dalam kitab
karyanya “Al- Kawakib al-Lamma’ah fi Tahqiqi al-Musamma bi Ahli al-Sunnah wa al-
Jama’ah” (kitab ini telah disahkan oleh Muktamar NU ke XXlll di Solo Jawa Tengah)
menyebutkan definisi Ahlussunnah wal jama’ah sebagi kelompok atau golongan yang
senantiasa komitmen mengikuti sunnah Nabi saw dan thoriqoh para sahabatnya dalam hal
akidah, amaliyah fisik (fiqh) dan akhlaq batin (tasawwuf). Syekh ‘Abdul Qodir al-Jilani
mendefinisikan Ahlussunnah wal jama’ah sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan as-
Sunnah adalah apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW (meliputi ucapan, prilaku,
serta ketetapan beliau). Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian jama’ah adalah
segala sesuatu yang yang telah disepakati oleh para sahabat Nabi SAW pada masa Khulafa’
ar-Rasyidin yang empat yang telah diberi hidayah Allah.”
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah di uraikan pada makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa: aswaja atau
ahlussunnah wal jamaah adalah suatu golongan yang menganut pada syariat islam yang
berdasarkan pada al qur`an dan al hadis dan menggunakan ijtihad sebagai solusi yang
terakhir, adapun ijtihad yang digunakan adalah ijtihad agama, ijtihad hukum, ijtihad tassawuf,
ijtihad hukum dan bernegara, sehingga banyak kalangan umat islam yang mengatakan bahwa
golongan aswaja adalah golongan yang banyak melakukan subhat. Dilihat dari sinilah aswaja
adalah sikapnya meluas dan fleksibel yaitu dengan berdasarkan tekstual dan kontekstual.
B. Penutup
Demikian makalah yang kami susun semoga apa yang kita rumuskan, kita pelajari
mendapatkan anugrah dan inayah dari allah serta bermanfaat bagi kita semua. Dengan
semangat belajar yang tinggi pula insyaallah dapat menegakkan tiang agama dan
mendapatkan tempat yang mulia kelak di hari akhir amin ya robbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Harits Muhammad Abdul bin Ibrahim A-Salafy Al-jazary. Mengenal Kaedah Dasar Ilmu
Hadits (Penjelasan Mandhumah Al-Baiquniyah), Alih Bahasa: Abu Hudzaifah. Maktabah Al-
Ghuroba,Cet.Ke-1, September 2006.