Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

KE ANSOR AN
DITUJUKAN SEBAGAI TUGAS RTL PELATIHAN KEPEMIMPINAN LANJUTAN [PKL] PC GP
ANSOR KOTA TASIKMALAYA

PENYUSUN : IHSAN ASSIDIKI

UTUSAN : PAC GP ANSOR CIBEUREUM

GERAKAN PEMUDA ANSOR


KOTA TASIKMALAYA
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 1

BAB II GP ANSOR …………………………………………………………………………… 1

A. TERBENTUKNYA GP ANSOR …………………………………………………….. 1

B. DEFINISI KADERISASI …………………………………………………………….. 3

C. BENTUK DAN JENJANG PENGKADERAN ANSOR ………………………….. 3

D. PERMASALAHAN DALAM KADERISASI ANSOR …………………………….. 4

E. STRATEGI PENGEMBANGAN KADER ………………………………………….. 4

BAB III KESIMPULAN ……………………………………………………………………….. 6

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………….. 6
BAB 1
PENDAHULUAN

Gerakan Pemuda Ansor (disingkat GP Ansor) adalah sebuah organisasi


kemasyaratan pemuda di Indonesia, yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama (NU).
Organisasi ini didirikan pada tanggal 24 April 1934. GP Ansor juga mengelola Barisan
Ansor Serbaguna (Banser).

BAB II
GP ANSOR

A. TERBENTUKNYA GP ANSOR (Pra Kemerdekaan)

Sejarah lahirnya GP Ansor tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang kelahiran dan
gerakan NU itu sendiri. Tahun 1921 telah muncul ide untuk mendirikan organisasi pemuda
secara intensif. Hal itu juga didorong oleh kondisi saat itu, di mana-mana muncul
organisasi pemuda bersifat kedaerahan seperti, Jong Java, Jong Ambon, Jong Sumatera,
Jong Minahasa, Jong Celebes dan masih banyak lagi yang lain.
Dibalik ide itu, muncul perbedaan pendapat antara kaum modernis dan
tradisionalis. Disebabkan oleh perdebatan sekitar tahlil, talkin, taqlid, ijtihad, mazhab dan
masalah furuiyah lainnya. Tahun 1924 KH. Abdul Wahab membentuk organisasi sendiri
bernama Syubbanul Wathan (pemuda tanah air). Organisasi baru itu kemudian dipimpin
oleh Abdullah Ubaid (Kawatan) sebagai Ketua dan Thohir Bakri (Peraban) sebagai Wakil
Ketua dan Abdurrahim (Bubutan) selaku sekretaris.
Setelah Syubbanul Wathan dinilai mantap dan mulai banyak remaja yang ingin
bergabung. Maka pengurus membuat seksi khusus mengurus mereka yang lebih
mengarah kepada kepanduan dengan sebutan “ahlul wathan”. Sesuai kecendrungan
pemuda saat itu pada aktivitas kepanduan sebagaimana organisasi pemuda lainnya.
Setelah NU berdiri (31 Januari 1926), aktivitas organisasi pemuda pendukung KH.
Abdul Wahab (pendukung NU) agak mundur. Karena beberapa tokoh puncaknya terlibat
kegiatan NU. Meskipun demikian, tidak secara langsung Syubbanul Wathan menjadi
bagian (onderbouw) dari organisasi NU. Atas inisiatif Abdullah Ubaid, akhirnya pada tahun
1931 terbentuklah Persatuan Pemuda Nahdlatul Ulama (PPNU). Kemudian tanggal 14
Desember 1932, PPNU berubah nama menjadi Pemuda Nahdlatul Ulama (PNU). Pada
tahun 1934 berubah lagi menjadi Ansor Nahdlatul Oelama (ANO). Meski ANO sudah
diakui sebagai bagian dari NU, namun secara formal organisasi belum tercantum dalam
struktur NU, hubungannya masih hubungan personal.
Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) dari situasi ‘’konflik'’ internal dan
tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh
modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak
di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. KH Abdul Wahab
Hasbullah, tokoh tradisional dan KH Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya
menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk
mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH
Abdul Wahab ,yang kemudian menjadi pendiri NU membentuk wadah dengan nama
Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air). Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal
berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama
seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul
Oelama (ANO).
Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab (ulama besar sekaligus guru
besar kaum muda saat itu), yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi
Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan
membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat
mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para
sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.
Gerakan ANO (yang kelak disebut GP Ansor) harus senantiasa mengacu pada
nilai-nilai dasar Sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor
dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam. Inilah komitmen awal
yang harus dipegang teguh setiap anggota ANO (GP Ansor).
Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum
tercantum dalam struktur organisasi NU. Hubungan ANO dengan NU saat itu masih
bersifat hubungan pribadi antar tokoh. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi,
tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan
disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU dengan pengurus antara lain: Ketua
H.M. Thohir Bakri; Wakil Ketua Abdullah Oebayd; Sekretaris H. Achmad Barawi dan
Abdus Salam (tanggal 24 April itulah yang kemudian dikenal sebagai tanggal kelahiran
Gerakan Pemuda Ansor).
Dalam perkembangannya secara diam-diam khususnya ANO Cabang Malang
mengembangkan organisasi gerakan kepanduan yang disebut Banoe (Barisan Ansor
Nahdlatul Oelama) yang kelak disebut BANSER (Barisan Serbaguna). Dalam Kongres II
ANO di Malang tahun 1937. Di Kongres ini, Banoe menunjukkan kebolehan
pertamakalinya dalam baris berbaris dengan mengenakan seragam dengan Komandan
Moh. Syamsul Islam yang juga Ketua ANO Cabang Malang. Sedangkan instruktur umum
Banoe Malang adalah Mayor TNI Hamid Rusydi, tokoh yang namaya tetap dikenang dan
bahkan diabadikan sebagai salah satu jalan di kota Malang.
Salah satu keputusan penting Kongres II ANO di Malang tersebut adalah
didirkannya Banoe di tiap cabang ANO. Selain itu, menyempurnakan Anggaran Rumah
Tangga ANO terutama yang menyangkut soal Banoe. Pada masa pendudukan Jepang
organisasi-organisasi pemuda diberangus oleh pemerintah kolonial Jepang termasuk
ANO. Setelah revolusi fisik (1945 – 1949) usai, tokoh ANO Surabaya, Moh. Chusaini
Tiway, melempar mengemukakan ide untuk mengaktifkan kembali ANO. Ide ini mendapat
sambutan positif dari KH. Wachid Hasyim – Menteri Agama RIS kala itu, maka pada
tanggal 14 Desember 1949 lahir kesepakatan membangun kembali ANO dengan nama
baru Gerakan Pemuda Ansor, disingkat Pemuda Ansor (kini lebih pupuler disingkat GP
Ansor).
GP Ansor hingga saat ini telah berkembang sedemikan rupa menjadi organisasi
kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki watak kepemudaan, kerakyatan,
keislaman dan kebangsaan. GP Ansor hingga saat ini telah berkembang memiliki 433
Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi 32 Pengurus Wilayah (Tingkat
Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan kemampuannya mengelola
keanggotaan khusus Banser (Barisan Ansor Serbaguna) yang memiliki kualitas dan
kekuatan tersendiri di tengah masyarakat.
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan kekuatan
tersebut GP Ansor memiliki peran strategis dan signifikan dalam perkembangan
masyarakat Indonesia. GP Ansor mampu mempertahankan eksistensi dirinya, mampu
mendorong percepatan mobilitas sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta
mampu menunjukkan kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. GP Ansor tetap
eksis dalam setiap episode sejarah perjalan bangsa dan tetap menempati posisi dan
peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.

B. DEFINISI KADERISASI

Kaderisasi adalah proses pendididkan jangka panjang untuk pengoptimalan


potensi-potensi kader dengan cara mentransfer dan menanamkan nilai-nilai tertentu,
hingga nantinya akan melahirkan kader-kader yang tangguh. 
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran : 110).
Kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum.
Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang
pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau
sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-
kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas
organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain
adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi
organisasi.

C. BENTUK DAN JENJANG PENGKADERAN GP ANSOR

Bentuk-bentuk kaderisasi GP Ansor :


1. Kaderisasi Formal dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan kader berjenjang
yang bersifat formal dan baku, serta pendidikan dan pelatihan pengembangan
kader lainnya.
2. Kaderisasi Informal dilakukan melalui pelatihan-pelatihan khusus pendampingan
dan praktek lapangan.
3. Kaderisasi nonformal dilakukan langsung melalui penugasan dalam kepengurusan
organisasi, kepanitiaan kegiatan dan keterlibatan dalam kehidupan nyata di tengah
masyarakat.

D. PERMASALAHAN DALAM KADERISASI GP ANSOR

Kader bisa diartikan kasar sebagai orang atau kumpulan orang yang dibina oleh
suatu organisasi / lebih singkatnya anggota dalam suatu organisasi tertentu. Sedangkan
kaderisasi adalah cara pembentukan seorang kader dalam organisasi.
Dalam GP Ansor kader merupakan anggota dari GP Ansor dan kaderisasi
merupakan proses dimana para kader dibentuk menjadi seorang kader GP Ansor yang
bisa dikatakan mengerti tentang GP Ansor. Di dalam GP Ansor Kabupaten Banyumas
pembentukan kader yang mungkin dilakukan adalah seperti PKD yang di dalamnya
terdapat materi-materi yang bisa dipahami agar para kader mengetahui apa itu GP Ansor.
Lebih lanjut dengan adanya kajian-kajian yang diberikan dan diskusi-diskusi yang
dilaksanakan oleh para kader.
Didalam GP Ansor Kabupaten Banyumas mempunyai kader yang bisa dikatakan
jumlahnya cukup lumayan banyak. Tapi apakah dengan kuantitas yang banyak, PC GP
Ansor Kabupaten Banyumas bisa dikatakan baik walaupun dengan kualitas yang
rendah ?. Sebetulnya apa yang dibutuhkan dalam GP Ansor itu sendiri kader yang banyak
tapi mereka tidak tahu apa itu GP Ansor lebih dalam atau kader sedikit tetapi mereka
mengerti tentang GP Ansor. Tapi pasti semua akan berfikir punya kader banyak dan
mengerti tentang GP Ansor. Ini bisa dikatakan sulit, mengapa seperti itu? Karena dengan
adanya banyak kader, tidak semua kader mendapat perhatian yang lebih. Disamping itu
kesibukan dan masalah pribadi dari kader itu sendiri juga menjadi penyebab jarangnya
kader ke GP Ansor Kabupaten Banyumas. Jarangnya kader ke GP Ansor Kabupaten
Banyumas pun akan berpengaruh terhadap ilmu yang mereka peroleh karena mereka
tidak mengikuti kajian dan diskusi rutin.
Dari tulisan diatas ada beberapa masalah yang timbul mungkin yang juga dirasakan
oleh semua  dan para kadernya, masalah tersebut :
1. Banyaknya kuantitas tapi memiliki kualitas rendah.
2. Masalah pribadi atau terutama ekonomi yang membuat keaktifan mereka
berkurang.
3. Kurangnya peran para pimpinan PC GP Ansor dalam melakukan distribusi kader
dalam mewujudkan kemandirian ekonomi kader serta minimnya kegiatan untuk
mengembangkan pengetahuan para kader yang sudah mengikuti jenjang
pengkaderan di GP Ansor.
Ini merupakan masalah yang harus dipecahkan bersama, bukan hanya oleh
pengurus tapi juga Anggota demi kemajuan Bersama.

E. STRATEGI PENGEMBANGAN KADER


Ansor sebagai salah satu organisasi kepemudaan di bawah naungan NU sudah
mencetak banyak prestasi dan tanpa berlebihan bisa disebut sebagai jasa kepada NKRI.
Bahkan hari ini di beberapa daerah banyak pemuda berbondong-bondong untuk
bergabung dalam organisasi Ansor terkhusus Banser. Tentu tidak lain dari strategi
recruitment yang menarik minat para pemuda untuk berjuang bersama di NU. Apalagi
eksistensi NU hari ini cukup diakui dunia. Terlepas dari itu, anggota ataupun kader Ansor
Banser yang sudah bergabung juga perlu diperhatikan demi terwujudnya kemandirian
organisasi.
Namun, sebagai kader dan pengurus wajib hukumnya untuk mentaati produk
hukum Ansor sebagai rel dalam melakukan syiar Islam rahmatan lil 'alamin. Tantangan
kita hari ini semakin kompleks, selain persoalan kerukunan antar umat beragama,
keutuhan NKRI juga perlunya mencetak generasi yang Mandiri dan unggul. Kehadiran
kader-kader Ansor juga dibutuhkan dalam ruang-ruang strategis penentu kebijakan.
Jangan sampai ruang-ruang strategis diambil alih oleh orang-orang yang ingin
merongrong keutuhan NKRI dari dalam atau bahkan mengganti Pancasila dengan ideologi
lain khilafah misalnya. Maka, menjadi penting kader Ansor untuk berdiaspora diruang-
ruang strategis.
Sebagai kader Ansor penting untuk memahami cita-cita bersama. Mengutip apa
yang disampaikan oleh Ketua Umum GP Ansor Gus Yaqut dalam NU Online, "Kita punya
tiga visi besar. Visi ini kita sebut 3 Plus 1. Pertama kaderiasi, Kedua revitalisasi nilai-nilai
tradisi, Ketiga distribusi kader. Dan plus 1 atau keempat adalah kemandirian.
Visi ini kita turunkan ke dalam program-program. Revitaliasi dilakukan dengan
kegiatan yang kita sebut ngaji, jadi adakan pengajian-pengajian di daerah-daerah supaya
kita ingatkan kembali nilai-nilai ke-NU-an yang mulai pudar. Dulu kita sering dengar
yasinan Ansor, sekarang tidak ada lagi. Ada dibaan Fatayat, kita inginkan revitalisasi agar
bisa bangkitkan itu lagi, supaya kita bisa temukan selapanan yasinan, tahlilan. Dalam
upaya itu GP Ansor mempunyai sayap Rijalul Ansor, yang kita khsusukan untuk
menggalakkan perjuangan merevitasilasi tradisi yang kita punya. 
Tentang kaderiasi tadi sudah saya sampaikan panjang. Di setiap minggunya tidak
berhenti proses kaderiasi. Kita lakukan kaderisasi yang masif di seluruh  Indonesia, jadi
semuanya bergerak. Kemudian distribusi kader dan kemandirian, itu juga sudah saya
sampaikan tadi. Ini yang akan kita lakukan dalam lima tahun ke depan. Dikutip dari
website NU online https://www.nu.or.id/post/read/67601/upaya-gp-ansor-membentuk-
kemandirian-anggota-dan-organisasi.
Mengacu kepada visi yang disampaikan oleh Ketua Umum GP Ansor maka sebagai
kader Ansor kami berusaha memanifestasikan gagasan besar tersebut tentu kita
sesuaikan dengan konteks lokal yaitu Ranting Ansor Sawangan Khususnya, PAC Ansor
Kebasen dan PC GP Ansor Kabupaten Banyumas. Adapun beberapa kegiatan yang
sudah berjalan antara lain Kaderisasi, Mendorong agar Desa-desa yang belum ada
pengurus Ranting Ansor untuk diaktifkan dan didampingi oleh PAC. Rijalul Ansor, rutinan
rapat pertemuan Pengurus PAC maupun PR. 
Kedepanya kita juga akan mulai merambah ke sektor ekonomi. Bagaimanapun
faktor ekonomi menjadi tegaknya tiang organisasi. Adapun beberapa planing yang
menurut hemat penulis perlu di usulkan dan dilaksanakan antara lain:
1. Dengan adanya pertarungan wacana ke-Islaman yang tidak lain didukung oleh
perkembangan media maka, GP Ansor harus mulai memaksimalkan smartphone
yang dimilikinya sebagai media dakwah Islam Ahlussunnah wal Jama'ah An-
Nahdhiyah, dan perlu adanya pelatihan Da'i Cyber.
2. Dengan derasnya arus teknologi dan hampir semua orang pasti menggunakan
smartphone maka, kalau kita maksimalkan bisa menjadi ladang ekonomi. Tentu ini
akan sangat membantu bagi anggota maupun organisasi tanpa mengurangi
keaktifan dalam organisasi. Maka, perlu diadakan pelatihan Internet Marketing. Bisa
bekerjasama dengan IMNU (Internet Marketing Nahdhatul Ulama)
3. Dengan skill yang dimiliki oleh anggota BANSER (Barisan Ansor Serbaguna) kita
dapat bekerjasama dengan yayasan atau Jika memungkinan membuat yayasan
yang bergerak dalam bidang keamanan/security. Minimal anggota kita bisa
ditempatkan di sekolah-sekolah lingkungan PAC masing-masing. Selain menjaga
keamanan secara fisik juga menjaga agar sekolah-sekolah tidak dimasuki ideologi
anti Pancasila dan NKRI.
Dari beberapa point yang kami sampaikan diatas selain berpengaruh positif kepada
organisasi secara internal juga, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat awam
dan kita dapat mewujudkan organisasi yang mandiri dan tidak mengandalkan proposal
dalam setiap kegiatan.

BAB III
KESIMPULAN

GP Ansor merupakan organisasi kepemudaan yang sangat besar di Indonesia.


Namun, keberadaanya tidak akan terlepas dari orang-orang yang berperan penting dalam
menggerakan GP Ansor sebagai wadah pemuda NU. Untuk tetap menjaga keberadaan
dan meneruskan perjuangan Nahdlatul Ulama diperlukan suatu proses yang dinamakan
pengkaderan atau kaderisasi. Jadi, kegiatan Pengkaderan ini sangat penting dalam GP
Ansor.
Pada saat ini kader GP Ansor kurang berperan penting dalam kehidupan
bermasyarakat, sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Yaitu dengan membekali skill yang dibutuhkan oleh masyarakat.

BAB IV
PENUTUP

Demikian tulisan yang dapat kami sajikan semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila
ada kata yang tidak sopan dari kritik kepada organisasi. Semata-mata demi kebaikan
organisasi dan kemaslahatan bersama.

Anda mungkin juga menyukai