ويف دار األرقم هذا كان النيب صلى اهلل عليه وسلم مستخفيا من قريش مبكة يدعو الناس فيها إىل اإلسالم يف أول
اإلسالم حىت خرج عنها وكانت داره مبكة على الصفا فأسلم فيها مجاعة كثرية
ُك َّنا َنَتَعَّلُم ِم ْن َرُس وِل الَّلِه صلى اهلل عليه وسلم َعْش َر آَياٍت َفَم ا: َعْن َأيِب َعْبِد الَّرَمْحِن الُّس َلِم ِّي َعْن اْبِن َم ْس ُعوٍد َقاَل
َنْع َلُم اْلَعْش َر اَّليِت َبْع َد ُه َّن َح ىَّت َنَتَعَّلَم َم ا ُأْنِزَل يِف َه ِذِه اْلَعْش ِر ِم ْن اْلَعَم ِل
Riwayat dari Abdul Rahman As-Sulamiy dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Kami dulu
belajar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam 10 ayat, kami tidak mengetahui
10 ayat yang sesudahnya sehingga kami mempelajari pengamalan apa yang
diturunkan dalam 10 ayat ini.” (Ath-Thohawi w. 321H/ 933M, Musykilul Atsar, juz 3 halaman 478).
Gerakan dakwah kontemporer hendaknya mengambil faidah dari apa
yang pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat tersebut. Tarbiyah dalam dakwah memiliki tujuan.
Pertama, menanamkan gambaran Islam secara jelas
(at-tashowwurul islami al-wadhih)
Yakni gambaran Islam yang menyeluruh (asy-syamil) dan benar (as-shahih). Terlebih lagi
di saat ‘buhul-buhul Islam’ mulai terlepas seperti saat ini. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam telah mengingatkan kondisi memprihatinkan ini dengan sabdanya,
: َوآِخ ُرُه َّن، اُحلْك ُم: َفَأَّوُهُلَّن َنْق ًض ا، َتَش َّبَث الَّناُس ِباَّليِت َتِليَه ا، َفُك َّلَم ا اْنَتَق َضْت ُعْرَوٌة،َلُتْنَق َض َّن ُعَرى اِإل ْس َالِم ُعْرَوًة ُعْرَوًة
الَّصَالُة
“Benar-benar buhul-buhul Islam akan terlepas satu demi satu. Setiap kali terlepas satu
buhul, manusia berpegang kepada buhul lainnya yang masih tersisa. Buhul yang
pertama kali terlepas adalah hukum, dan yang terakhir lepas adalah sholat.” (H.R.
Ahmad)
Melalui tarbiyah, gerakan dakwah harus menjelaskan kepada para
kadernya secara khusus dan kepada seluruh umat secara umum,
bahwa tidak ada pemisahan antara menegakkan hukum syariat
(politik) dengan menegakkan shalat (ibadah ritual).
Melalui tarbiyah, gerakan dakwah harus menjelaskan bahwa Islam itu mencakup seluruh
aspek kehidupan. Ustadz Hasan Al Banna rahimahullah menjelaskan hal ini dengan
kalimat ringkas:
“Islam adalah sistem yang syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan. Ia
adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, moral dan kekuatan, kasih sayang
dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, material
dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, serta pasukan dan
pemikiran. Sebagaimana ia juga aqidah yang murni dan ibadah yang benar, tidak kurang
tidak lebih”
Jadi, melalui sarana dakwah dan tarbiyah, gerakan dakwah dapat menanamkan
pemahaman kepada umat bahwa Islam adalah way of life, pedoman hidup, atau minhajul
hayah.
Kedua, membangun interaksi (at-tafa’ul).
Jadi, melalui tarbiyah akan terbentuklah pribadi-pribadi yang memiliki tekad yang kuat (al-
azmu).
ِص ْبَغَة الَّلِه َو َمْن َأْح َس ُن ِم َن الَّلِه ِص ْبَغًة َوْحَنُن َلُه َعاِبُد وَن
“Shibghah Allah, dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada
Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah Kami menyembah.” (Q.S. Al-
Baqarah: 138)
Ketiga, menggulirkan pergerakan (al-harakah).