Anda di halaman 1dari 12

FIQIH DAKWAH

(Pendekatan Tafsir Tematik)


Anhar Anshori
Dosen FAI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

ABSTRAK

Dakwah amar ma’ruf nahi munkar secara praktis telah berlangsung


sejak adanya interaksi antara Allah dengan hamba-Nya (periode Nabi
Adam AS), dan akan berakhir bersamaan dengan berakhimya kehidupan
di dunia ini. Pada awalnya Allah mengajar Nabi Adam AS nama-nama
benda, Allah melarang Nabi Adam mendekati pohon dan Allah meme-
rintahkan para malaikat sujud kepada Nabi Adam, semua Malaikat
pada sujud kecuali Iblis, dia enggan dan takabur. Manusia diciptakan
oleh Allah sebagai khalifah di bumi. Berdakwah, beramar makruf dan
bernahi munkar adalah salah satu fungsi strategis kekhalifahan manu-
sia, fungsi tersebut berjalan terus-menerus seiring dengan kompleksitas
problematka kehidupan manusia dari zaman ke- zaman, dakwah tidak
berada dalam sket masyarakat yang statis, tetapi berada dalam sket
masyarakat yang dinamis dan tantangan dakwah yang semakin luas
dan komplek, oleh karena itu peningkatan kualitas kompetensi muballigh
harus secara terus menerus dilakukan secara efektif.
Sehubungan dengan itu, memahami fikiqih dakwah salah satu proses
mencapai kompetensi da’i, dan dalam makalah ini akan diuraikan secara
selayang pandang seputar pengertian dakwah, hakikat dakwah, hukum
dakwah, sistematika dakwah, dan garis-garis besar managemen
dakwah.

Kata Kunci: Dakwah, fiqh, tematik

Pengertian Dakwah “undangan”, “dorongan” dan “perminta-


1. Secara Etimologi an”, berakar dari kata kerja. “ÏÚÇ”
Kata dakwah ( ) artinya: yang berarti “berdo ‘a”, “ memanggil,
“do’a”, “seruan “, “panggilan”, “ajakan”, “‘menyeru“, “mengundang”, “mendo-

36 SUHUF, Vol. 19, No. 1, Mei 2007: 36 - 47


rong”, dan “mengadu”. …... Artinya: “ Mereka mengajak
Dakwah secara etimologis bebas ke neraka, sedangkan Allah SWT
nilai, artinya bisa mengajak kepada ke- mengajak ke Surga “,,,,,. [Q.S.Al-
baikan atau ke jalan Allah bisa juga me- Baqarah/2.221].
ngajak kepada kemungkaran, jalan
syetan atau berbuat maksiat seperti apa
yang telah didramatisir oleh Zulaiha
dengan mengajak Yusuf berbuat maksiat
sebagaimana Firman Allah SWT:

Artinya: “ Yusuf berkata: “Wahai


Tuhanku, penjara lebih aku sukai dari-
Artinya: “Maka dia mengadu pada memenuhi ajakan mereka kepa-
kepada Tuhan-Nya, bahwasanya daku. Dan jika tidak Engkau hindarkan
aku ini adalah orang yang dika- daripadaku tipu daya mereka, tentu aku
lahkan, oleh sebab itu tolonglah akan cendrung untuk [memenuhi keingi-
aku”. [ Q.S.Al-Qamar/54.10] nan mereka], dan tentulah aku masuk
orang-orang yang bodoh “.[Q.S.Yusuf/
12.33].

2. Secara Terminologi
Artinya: “ Allah menyeru [manusia] Dakwah adalah menyeru, menga-
menuju Darussalaam [Surga], dan jak manusia untuk memahami dan me-
memberi petunjuk kepada orang ngamalkan ajaran islam sesuai dengan
yang dikehendaki-Nya kepada jalan Al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad
yang lurus [Islam][Q.S. Yunus/ saw (sabilillah). Sebagaimana Firman
10.25] Allah Swt :

Artinya : “dan hendaklah ada di


antara kamu segolongan ummat yang
rnenyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

Fiqih Dakwah (Pendekatan Tafsir Tematik) (Anhar Anshori) 37


yang munkar, merekalah orang-orang semua sikap dan prilaku dalam kehi-
yang beruntung.” (QS Ali- Imran : 104).1 dupan sehari-hari sesuai dengan ajaran
Islam sehingga dapat menjadi contoh dan
tuntunan bagi masyarakat.
Kewajiban berdakwah bagi setiap
individu, selain dinyatakan dalam ayat
tersebut di atas ditegaskan juga dalam
Al-Qur’an, dan pesan Rasulullah Saw
pada waktu Haji Wada’, :
Artinya: “ Serulah [manusia]
kepada jalan Tuhanmu ....... [Q.S.
An-Nahl/16.125].

Hukum Dakwah
Jika min yang ada pada Surat Ali
Imran ayat 104 di atas [minkum] ada- Artinya: “Demi masa sesungguhnya
lah min lil bayaniyah, maka dakwah manusia itu benar-benar berada da-
menjadi kewajiban bagi setiap orang [ lam kerugian, kecuali orang-orang
individual ] orang Islam, tetapi jika min yang beriman, dan mengerjakan
dalam ayat tersebut adalah min littab amal saleh, dan nasehat menasehati
‘idhiyyah [menyatakan untuk sebagian] supaya mentaati kebenaran, dan
maka dakwah menjadi kewajiban ummat nasehat menasehati supaya mene-
secara kolektif atau pardhu kifayah. Dua tapi kesa-baran “.[Q.S. Al-‘Ashr/
pengertian tersebut dapat digunakan 103].
sekaligus. Untuk hal-hal yang mampu
dilaksanakan secara individual, dakwah
menjadi kewajiban setiap muslim [fardhu
‘ain], sedangkan untuk hal-hal yang ha-
nya mampu dilaksanakan secara kolektif, “....maka hendaklah yang me-
maka dakwah menjadi kewajiban yang nyaksikan di antara kamu me-
bersifat kolektif [fardhu kifayah]. Setiap nyampaikan kepada yang tidak
muslim dan muslimat yang sudah baligh hadir, karena boleh jadi yang hadir
wajib berdakwah, baik secara aktif mau- itu menyam-paikannya kepada
pun secara pasif. Secara pasif dalam arti orang ..”. [ H.R. Bukhari ]2.

Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah/Penafsir al-Qur’an, al-Qur’an dan Terjemahannya, [


1

Lembaga Percetakan Raja Fahd, tt ], hal. 93.


2
al-Bukhari: 67, 4402; Muslim; 1679 dalam CD Mawsu’at al-Hadits al-Syarif, Mesir.

38 SUHUF, Vol. 19, No. 1, Mei 2007: 36 - 47


Dalam kesempatan lain Rasulullah sistem. Kurang berhasilnya gerakan
bersabda : dakwah pada umumnya lebih disebab-
kan oleh lemahnya sub sistem dakwah
secara keseluruhan, oleh karena itu agar
gerakan dakwah lebih efektif, maka
Artinya: “..... sampaikanlah apa langkah awal yang harus dilakukan ada-
yang (kamu terima) dariku, walau- lah membangun keseluruhan sub sistem
pun satu ayat...” (HR Bukhari)3 dakwah secara keseluruhan. Uraian
secara global akan diarahkan kepada 8
subsistem dakwah sebagai berikut :
Hakikat Dakwah:
Aktivitas dakwah pada haki-
1. Subjek Dakwah (Da’i)
katnya suatu proses mengadakan
Da’i/muballigh adalah setiap orang
perubahan secara normatif sesuai
yang mengajak, memerintahkan orang di
dengan Al-Qur’an, dan Sunnah Nabi
jalan Allah [fi-Sabiilillah], atau mengajak
Muhammad SAW. Sebagai contoh
orang untuk memahami dan mengamal-
adalah perubahan dari berimanan kepada
kan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi
selain Allah SWT menjadi beriman
Muhammad SAW. Berhasil tidaknya ge-
Kepada Allah SWT, atau dari ideologi
rakan dakwah sangat ditentukan oleh
yang batil, sesat kepada ideologi yang
kompetensi seorang da’i, yang dimaksud
benar, dari kebodohan kepada kepin-
dengan kompetensi da’i adalah sejumlah
taran, dari kultur, dan akhlaq yang sesat
pemahaman, pengetahuan, penghayatan,
kepada kultur, dan akhlaq yang benar,
dan prilaku serta keterampilan yang harus
dan mulia, dari malas beriibadah menjadi
dimiliki oleh para da’i, oleh karena itu
rajin beribadah, dari kehidupan yang
para da’i harus memilikinya, baik kom-
bertentangan dengan Islam menjadi
petensi substantif maupun kompetensi
berkehidupan yang Islami, dari tidak
metodologis :
perduli pada agama menjadi perduli dan
semangat beragama dll.
1.1. Kompetensi Substantif :
Sistematika Dakwah 1]. Memahami agama Islam secara
Dakwah sebagai suatu ilmu yang konverhensif, tepat dan benar.
relatif muda bila dibandingkan dengan 2]. Memiliki al-akhlaq al- kariimah,
ilmu filsafat. Dakwah sebagai suatu ilmu seorang pribadi yang menyampaikan
memiliki sistimatika yang terdiri dari 8 sub ajaran yang mulia, dan mengajak

3
Hasbi Ash-Shiddieqy TM, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Bulan Bintang Jakarta, 1977,
hal. 60.

Fiqih Dakwah (Pendekatan Tafsir Tematik) (Anhar Anshori) 39


oang menuju kemuliaan, tentulah logi informasi baik cetak maupun
seorang da’i memiliki akhlaq mulia elektronik, ilmu patologi sosial dll.
yang terlihat dalam seluruh aspek 4]. Memahami hakikat dakwah. Hakikat
kehidupannya,seorang da’i harus dakwah pada dasarnya adalah me-
memiliki sifat shiddiq, amanah, sabar, ngadakan perubahan sesuai dengan
tawaddhu’, adil, lemah lembut dan al-Qur’an dan al-Hadits, artinya
selalu ingin meningkatkan kualitas perubahan yang bersifat normatif,
ibadahnya, dan sifat-sifat mulia sebagai contoh : Perubahan dari ke-
lainnya, lebih dari itu kunci utama bodohan kepada kepintaran, peru-
keberhasilan da’i adalah satu kata bahan dari keimanan atau keyakinan
dan perbuatan. Allah mengancam se- yang betil kepada keyakinan yang
orang da’i atau siapa saja yang per- benar, dari tidak faham agama Islam
katannya tidak sejalan dengan per- menjadi faham Islam, dari tidak me-
buatannya , atau hanya bisa berkata ngamalkan Islam menjadi mengamal-
tapi tidak mau berbuat. Allah AWT kan ajaran Islam, dan Allah tidak
berfirman: akan memberi petunjuk dan kemu-
dahan kepada manusia untuk dapat
berubah kecuali kalau manusia ber-
juang dengan ikhlas, tekat yang kuat,
ikhtiar yang maksimal. Allah ber-
“ Hai orang-orang yang beriman, firman :
mengapa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu perbuat? Amat
besar kebencian di sisi Allah bahwa
kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan. “ [ Q.S. Ash- “Sesungguhnya Allah tidak mengu-
Shaf 61: 2-3 ]4 bah keadaan suatu kaum sehingga
3]. Mengetahui perkembangan ilmu mereka menguh keadaan yang ada
pengetahuan yang relatif luas, yang pada diri mereka sendiri “. [ Q.S.
dimaksud dengan pengetahuan di sini ar-Ra’d 13: 11 ] 5
adalah cakupan ilmu pengetahuan 5]. Mencintai objek dakwah [mad’u] de-
yang paling tidak terkait dengan ngan tulus, mencintai mad’u meru-
pelaksanaan dakwah, antara lain, pakan salah salah satu modal dasar
ilmu bahasa, ilmu komunikasi, ilmu bagi seorang da’i dalam berdakwah,
sosiologi, psikologi dakwah, tekno- rasa cinta dan kasih sayang terhadap

4
Yayasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an; hal. 928.
5
Yauasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, h. 370.

40 SUHUF, Vol. 19, No. 1, Mei 2007: 36 - 47


mad’u akan membawa ketenangan “ Ya Allah, ampunilah kaumku,
dalam berdakwah, seorang da’i ha- karena sesungguhnya mereka
rus menyadari bahwa objek dakwah tidak mengerti.” 7
adalah saudara yang harus dicintai, 6]. Mengenal kondisi lingkungan dengan
diselamatkan dan disayangi dalam baik. Da’I harus memahami latar
keadaan apapun, walaupun dalam belakang kondisi sosial, ekonomi,
keadaan objek dakwah menolak pendidikan, budaya dan berbagai
pesan yang disampaikan atau me- dimensi problematika objek dak-
remehkan bahkan membeci, kecin- wah, paling tidak mendapat gam-
taan da’i terhadap mad’u tidak boleh baran selintas tentang kondisi mad’u
berubah menjadi kebencian, hati da’i secara umum, agar pesan dakwah
boleh prihatin dan dibalik kepri- komunikatif atau sesuai dengan
hatinan tersebut seyogyanya da’i kebutuhan mad’u.
dengan ikhlas hati mendo’akan agar 7]. Memiliki kejujuran dan rasa ikhlas,
mad’u mendapat petunjuk dari Allah karena keihklasan dan kejujuran
SWT karena demikian yang telah merupkan faktor yang sangat prinsip,
dipraktekkan oleh Rasulullah SAW: dan menentukan diterimanya amal
ibadah oleh Allah SWT, dan aktifitas
dakwah yang dilaksanakan secara
ikhlas akan selalu mendapat perto-
longan dari Allah SWT.

1.2. Kompetensi Metodologis :


“ Tidak sempurna iman salah 1]. Da’i atau muballigh harus mampu
seorang di antara kamu sehingga mengidentifikasi permasalah dakwah
ia mencintai saudaranya seperti ia yang dihadapi, yaitu mampu men-
mencintai di-rinya sendiri.” [ HR. diagnosis dan menemukan kondisi
Bukhari dan Muslim ] 6. objektif permasalah yang dihadapi
oleh objek dakwah.
Waktu Nabi Muhammad SAW 2]. Muballigh harus mampu mencari dan
berdakwah, beliau dicaci maki dan mendapatkan informasi mengenai
disakiti secara fisik, Nbi Muhammad ciri-ciri objektif objek dakwah serta
SAW berdo’a : kondisi lingkungannya.
3]. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dengan kemampuan pertama dan

6
Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Fardiyah, Gema Insani Press, Jakarta 1995. 64.
7
Ibid, h. 150.

Fiqih Dakwah (Pendekatan Tafsir Tematik) (Anhar Anshori) 41


kedua di atas seorang da’I akan mam- non muslim
pu menyusun langkah-langkah pe- 4. Aspek sosiologis; Masyarakat ter-
rencanaan bagi kegiatan dakwah asing, pedesaan, kota kecil dan kota
yang dilakukannya. besar, serta masyarakat marjinal dari
4]. Berkemampuan untuk merealisasikan kota besar.
perencanaan tersebut dalam melak- 5. Aspek sturktur kelembagaan ; Legis-
sanakan kegiatan dakwah.8 latif, ekskutif, dan yudikatif.
6. Aspek kultur keberagamaan; Pri-
Objek Dakwah [mad’u] yayi, abangan dan santri.
Objek dakwah [mad’u] ialah 7. Aspek ekonomi; Golongan kaya,
orang yang menjadi sasaran dakwah, menegah, dan miskin.
yaitu semua manusia, sebagaimana fir- 8. Aspek mata pencaharian; Petani,
man Allah SWT : peternak, pedagang, nelayan, kar-
yawan, buruh dll.
“ Dan Kami tidak mengutus 9. Aspek khusus; Golongan masya-
kamu, melainka kepada umat rakat tuna susila, tuna netra, tuna
manusia seluruhnya sebagai pem- rungu, tuna wisma, tuna karya, dan
bawa berita gembira dan sebagai narapidana.
pemberi peringatan, tetapi keba- 10. Komunitas masyarakat seniman, baik
nyakan manusia tidak menge- seni musik, seni lukis, seni pahat, seni
tahui.” [Q.S. As-Saba’ 34: 28 ].9 tari, artis, aktris dll.10

Berdasarkan ayat tersebut dapat Para da’i tidak cukup hanya me-
difahami bahwa objek atau sasaran dak- ngetahui objek dakwah secara umum dan
wah secara umum adalah seluruh manu- secara khusus tersebut, tetapi yang lebih
sia, dan objek dakwah secara khusus da- penting lagi yang harus diketahui adalah
pat ditinjau dari berbagai aspek secara hakikat objek atau sasaran dakwah itu
khusus sebagai berikut : sendiri. Adapun hakikat objek dakwah
1. Aspek usia; anak-anak, remaja dan adalah seluruh dimensi problematika
orang tua. hidup objek dakwah, baik problem yang
2. Aspek kelamin; Laki-laki dan pe- berhubungan dengan aqidah, ibadah,
rempuan. akhlaq, mu’amalah [ pendidikan, sosial,
3. Aspek agama; Islam dan kafir atau ekonomi, politik, budaya dll ]

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Mjlis Tbligh, Islam dan Dakwah, Pimpinan Pusat
8

Muhammadiyah Majlis Tbligh Jogjakarta 1987, hal. 137 – 142.


9
Yayasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, hal. 688.
10
H.M.Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar, Bulan Bintang Jakarta 1977, hal. 13-14.

42 SUHUF, Vol. 19, No. 1, Mei 2007: 36 - 47


Tujuan Dakwah [al-ahdafuddakwah] bermu’amalah sesuai dengan al-
Pada dasarnya tujuan dakwah si- Qur’an, dan Sunnah Nabi SAW.
fatnya bertahap, dan sangat beragam, ini
terkait dengan hetroginitas objek dak- Materi Dakwah
wah, dan perbedaan-perbedaan proble- Allah SWT telah memberi petun-
matik yang dihadapi oleh objek dakwah, juk tentang materi dakwah yang harus
sebagai contoh ; Bagi objek dakwah disampaikan , untuk lebih jelasnya perlu
yang beragama Islam, tetapi belum mencermati firman Allah Swt sebagai
memahami ajaran Islam tentang ibadah berikut :
shalat, maka tujuan dakwak tentu agar
mad’u mengetahui shalat dan tata cara
pelaksanaannya, bagi mad’u yang sudah
bisa sholat, tetapi belum mau melak-
sanakan shalat, sudah tentu tujuan dak-
wah, agar mad’u termotivasi untuk me- “ Dan hendaklah ada di antara
laksanakan ibadah shalat. Dengan demi- kamu segolongan umat yang me-
kian tujuan dakwah paling tidak dapat nyeru kepada kebajikan, menyuruh
dibagi menjadi dua garis besar sebagai kepada yang ma’ruf, dan mence-
berikut : gah dari yang munkar……[Q.S. Ali-
Tujuan umum: agar manusia Imran : 104 ].11
memahami ajaran Islam, dan melak-
sanakan perintah Allah sebagaimana
yang diperintahkan. dan menjauhi
larangan Allah Swt sebagai mana yang “ Serulah [ manusia ] kepada
dilarang oleh Allah Swt. jalan Tuhanmu…..” [ Q.S. As-
Nahl: 125]12
Tujuan Umum :
1. Agar orang kafir menjadi masuk Dalam ayat tersebut yang dimak-
Islam sud al-Khair adalah nilai-nilai univer-
2. Agar orang Islam dapat memahami sal yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan
sumber-sumber, dan poko-pokok Sunnah, Al-Khair menurut Rasu-
ajaran Islam. lullah Saw sebagaimana yang dike-
3. Agar orang Islam bisa bertuhan, mukakan oleh Ibn Katsir dalam Taf-
beribadah, berakhlaq, dan bisa sirnya adalah mengikuti Al-Qur’an

11
Yayasan Penyelenggaraan Penerjemahan, al-Qur’an, hal. 93.
12
Yayasan Penyelenggara Penerjemahan, al-Qur’an, hal. 421.

Fiqih Dakwah (Pendekatan Tafsir Tematik) (Anhar Anshori) 43


dan Sunnah Nabi Muhammad Saw, Dari ayat tersebut dapat difahami
sedangkan Al-Ma’ruf adalah sesuatu prinsip umum tentang metode dakwah
yang baik menurut pandangan umum Islam yang menekankan ada tiga prinsip
suatu masyarakat selama sejalan de- umum metode dakwah yaitu ; Metode
ngan Al-Khair.13 Yang dimaksud de- hikmah, metode mau’izah khasanah,
ngan Sabili Rabbika adalah jalan meode mujadalah billati hia ahsan,
yang ditunjukkan Tuhanmu yaitu; banyak penafsiran para Ulama’ terhadap
Ajaran Islam. 14 tiga prinsip metode tersebut antara lain :
Dari dua ayat tersebut dapat di- 1. Metode hikmah menurut Syeh Mus-
fahami bahwa materi dakwah pada gasis tafa Al-Maroghi dalam tafsirnya
besarnya dapat dibagi dua : mengatakan bahwa hikmah yaitu;
1. Al-Qur’an dan Hadits Perkataan yang jelas dan tegas di-
2. Pokok-pokok ajaran Islam yaitu ; sertai dengan dalil yang dapat mem-
aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’a- pertegas kebenaran, dan dapat meng-
malah mencakup pendidikan, eko- hilangkan keragu-raguan.
nomi, social, politik, budaya dll. 2. Metode mau’izah khasanah menurut
Ibnu Syayyidiqi adalah memberi
Metode Dakwah ingat kepada orang lain dengan fahala
Metode dakwah adalah cara dan siksa yang dapat menaklukkan
mencapai tujuan dakwah, untuk men- hati.
dapatkan gambaran tentang prinsip- 3. Metode mujadalah dengan sebaik-
prinsip metode dakwah harus men- baiknya menurut Imam Ghazali
cermati firman Allah Swt, dan Hadits dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin
Nabi Muhammad Saw : menegaskan agar orang-orang yang
melakukan tukar fikiran itu tidak
beranggapan bahwa yang satu se-
bagai lawan bagi yang lainnya, tetapi
mereka harus menganggap bahwa
“ Serulah [ manusia ] kepada jalan para peserta mujadalah atau diskusi
Tuhanmu dengan hikmah dan pela- itu sebagai kawan yang saling tolong-
jaran yang baik, dan bantahlah menolong dalam mencapai kebe-
mereka dengan cara yang baik naran.16 Demikianlah antara lain pen-
…….” [Q.S. An-Nahl 16: 125 ].15 dapat sebagaian Mufassirin tentang

13
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Jilid.2, Lentera Hati, Jakarta 2000, hal.143-44.
14
Jilid 7, Ibid, hal.
15
Yayasan Penyelenggara Penerjemahan, al-Qur’an, hal. 421.
16
Anhar Anshori, Perkembangan Dakwah di Yogyakarta priode 1972 – 1984, Yogyakarta 1984,
Skripsi. hal. 16.

44 SUHUF, Vol. 19, No. 1, Mei 2007: 36 - 47


tiga prinsip metode tersebut. Selain qolb], yang dimaksud dengan meto-
metode tersebut Nabi Muhammad de dakwah dengan hati adalah dalam
Saw bersabda : berdakwah hati tetap ikhlas, dan
tetap mencintai mad’u dengan tulus,
apabila suatu saat mad’u atau objek
dakwah menolak pesan dakwah
yang disampaikan, mencemooh, me-
ngejek bahkan mungkin memusuhi
dan membenci da’I atau muballigh,
“ Siapa di antara kamu melihat ke- maka hati da’i tetap sabar, tidak bo-
munkaran, ubahlah dengan tangan- leh membalas dengan kebencian, te-
nya, jika tidak mampu, ubahlah tapi sebaliknya tetap mencintai ob-
dengan lisannya, jika tidak mampu, jek, dan dengan ikhlas hati da’i hen-
ubahlah dengan hatinya, dan yang daknya mendo’akan objek supaya
terakhir inilah selemah-lemah mendapatkan hidayah dari Allah
iman.” [ H.R. Muslim ]. 17 SWT.

Dari hadis tersebut terdapat tiga Selain dari metode tersebut,


tahapan metode yaitu ; metode yang lebih utama lagi adalah bil
1. Metode dengan tangan [bilyadi], uswatun hasanah, yaitu dengan mem-
tangan di sini bisa difahami secara beri contoh prilaku yang baik dalam se-
tektual ini terkait dengan bentuk gala hal. Keberhasilan dakwah Nabi
kemungkaran yang dihadapi, tetapi Muhammad SAW banya ditentukan oleh
juga tangan bisa difahami dengan akhlaq belia yang sangat mulia yang
kekuasaan atau power, dan metode dibuktikan dalam realitas kehidupan
dengan kekuasaan sangat efektif bila sehari-hari oleh masyarakat. Seorang
dilakukan oleh penguasa yang ber- muballigh harus menjadi teladan yang
jiwa dakwah. baik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Metode dakwah dengan lisan [bil-
lisan], maksudnya dengan kata-kata Sarana Dakwah
yang lemah lembut, yang dapat di- Sarana dakwah yang baik, stra-
fahami oleh mad’u, bukan dengan tegis dan memadai, menjadi salah satu
kata-kata yang keras dan menya- faktor yang turut menentukan keber-
kitkan hati. hasilan dakwah Islam, sarana yang di-
3. Metode dakwah dengan hati [bil- maksud antara lain adalah Masjid,

17
Said Bin Ali Al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, Gema Insani Press Jakarta 1994, hal. 98.

Fiqih Dakwah (Pendekatan Tafsir Tematik) (Anhar Anshori) 45


musholla, sekolsh, perpustakaan, kantor, Managemen Dakwah
balai desa dan lain-lain. Managamen dakwah memegang
pranan penting dalam menentukan ke-
Media Dakwah berhasilan dakwah. Yang dimaksud
Media adalah alat yang menjadi dengan managemen dakwah adalah suatu
saluran yang menghubungkan ide dengan proses pemampatan serta pendaya-
umat, suatu elemen yang sangat vital yang gunaan kseluruhan sub sistem dakwah
merupakan urat nadi dalam totalitas secara efektif untuk mencapai sasaran
dakwak. Kemajuan teknologi informasi dan tujuan dakwah.
dan globalisasi sekarang ini seolah-olah Dalam upaya membangun mana-
menjadikan seluruh dunia menjadi satu gemen dakwah harus memperhatikan
kampung saja, perpindahan informasi prinsip-prinsip managemen secara ke-
dari suatu benua ke benua lain bagai seluruhan, yang dimaksud dengan prin-
cepatnya kilat, sehingga seseorang yang sip-prinsip managemen dakwah adalah :
sedang berbicara di Mesir umpamanya, 1. Organisasi dakwah. Organisasi dak-
dapat didengar, dilihat dan dipantau dari wah yang dibentuk dengan baik,
berbagai penjuru dunia. Padahal sebe- dengan menempatkan seseorang
lumnya, ketika seorang muballigh berbi- dalam struktur organisasi sesuai
cara di suatu Masjid, mungkin jama’ah dengan bidang, bakat, dan minat
yang khadir tidak semuanya bisa melihat mereka masing masing, dan dapat
wajah muballighnya, dan barakali juga dikelola dengan baik dan rapi akan
tidak mendengar suara muballigh. menjadi kekuatan gerakan dakwah
Pemanfatan kemajuan media tek- yang dapat bergerak secara efektif,
nologi informasi baik cetak maupun dan akan dapat mengatasi permasa-
elektronik sangat menentukan effektifitas lahan-permasalahan dakwah dengan
dakwah, baik dilihat dari aspek luasnya baik.
jangkauan wilayah dakwah maupun dari 2. Plening dakwah. Perencanaan dak-
aspek daya komunikatifnya. wah yang baik dan terprogran secara
rapi, dan bertahap akan sangat me-
Dana Dakwah netukan tahapan-tahapan apa yang
Dana adalah salah satu faktor harus dicapai, sebaliknya dakwah
yang sangat menentukan kelancara dan yang dilaksanakan tanpa peren-
efektifitas kegiatan dakwah, karena dana canaan yang matang akan sulit men-
berkaitan langsung dengan sub-sub capai sasaran dan tujuan yang jelas.
system dakwah yang lain, dan idealnya 3. Aktuating dakwah atau pelaksanaan
gerakan dakwah yang bersifat organi- dakwah, dakwah yang dilaksanakan
satori, perlu dipleningkan semacam Bank dengan berlandaskan perencanaan
da’wah. dakwah yang matang biasanya ke-

46 SUHUF, Vol. 19, No. 1, Mei 2007: 36 - 47


giatan dakwah akan dapan dilak- efektif pada masa berikutnya, dan
sanakan secara tertib, teratur, dan isyarat untuk mengadakan evaluasi
efektif. terdapat dalam firman Allah SWT :
4. Kontroling dakwah. Mengontrol ke-
giatan dakwah sangat penting untuk
mengantisipasi kekurangan-keku-
rangan yang terjadi dalam proses
dakwah, dan sangat bermanfaat un-
tuk menjaga kesinambungan proses
kegiatan dakwah. “ Hai orang-orang yang beriman,
5. Evaluasi dakwah. Untuk mengetahui bertakwalah kepada Allah dan hen-
apakah dakwah itu berhasil atau daklah setiap diri memperhatikan apa
tidak, gagal atau tidak harus ada yang telah diperbuatnya untuk hari
proses evaluasi yang cermat, teliti, esok.” [Q.S. Al-Hasyr 59: 18].18
dan objektif, dengan menetapkan Dari ayat tersebut dapat difahami
parameter-parameter keberhasilan bahwa perlu adanya suatu proses eva-
atau ketidak berhasilan suatu aktifitas luasi terhadap kegiatan yang telah dila-
dakwah, dan dari hasil evaluasi kukan, untuk merencanakan hidup yang
secara objektif dapat dijadikan kon- lebih baik di masa-masa yang akan da-
sideran untuk menyusun langkah- tang, termasuk kegiatan dakwak yang
langkah strategi dakwah yang lebih telah dilakukan perlu dievaluasi.

18
Yayasan Penyelenggara Penerjemah, al-Qur’an, hal. 919.

Fiqih Dakwah (Pendekatan Tafsir Tematik) (Anhar Anshori) 47

Anda mungkin juga menyukai