umarfauzim@gmail.com
(STAI MIFTAHUL ‘ULA NGANJUK)
Abstrak
Nahdlatul Ulama merupakan ormas terbesar di Indonesia. Keberadaan
Nahdlatul Ulama di Indonesia merupakan keniscayaan yang harus dipertahankan
demi keutuhan NKRI. Sikap moderat yang dimiliki oleh umat Islam merupakan
suatu konsep yang harus dilakukan agar keberlangsungan tatanan kehidupan
yang harmonis antara sesama umat Islam dan sesama umat manusia dalam
bernegara dapat terjaga dengan baik. Nahdlatul Ulama didirikan atas prakarsa
para Ulama Nusantara yang memiliki sikap moderat sehingga gerakan-gerakan
serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih
sejahtera maka Nahdlatul Ulama melakukan berbagai gerakan sosial keagamaan
maupun pengembangan ekonomi umat. Gerakan ini merupakan implementasi dari
konsep dasar NU yakni Mabadi Khaira Ummah. Dengan Implementasi Mabadi
Khaira Ummah diharapkan membawa dampak yang positif bagi kehidupan
beragama dan bermasyarakat di Indonesia.
A. Moderasi Islam
Moderasi dalam Islam telah memberikan “jaminan” ruang hidup
abadi ajaran agama ini hingga akhir zaman. Keajegan pokok dan kelenturan
dalam cabang ajaran Islam, menjadikannya akan senantiasa mampu
beradaptasi dengan situasi apapun di segala zaman dalam keadaan apapun.
“Shalehun likulli zaman hua makan” / ajaran-ajaran pokok yang ajeg
(tsawabit) dan cabang-cabang yang fleksibel (murunah) telah memberikan
ruang yang brgitu lebar bagi adanya ijtihad dalam Islam sehingga bisa
dipastikan ajaran ini tidak mengalami kejumudan.
Makna moderasi Islam adalah Pluralitas yang sesuai dengan kadar
yang seharusnya, suatu ke khasan tersendiri dari beberapa unsur yang
disatukan oleh faktor kesatuan Islam, serta suatu kemajemukan dari
madzhab-madzhab dan aliran-aliran yang diakui oleh konsep Islam yang
merangkumnya, juga keunikan yang bermacammacam dalam kerangka
konstanitas persatuan Islam. Faktor “Islam yang merangkum” ini tidak
hanya terpaku pada tataran Aqidah Islam saja, namun juga menjelajahi
tatarantataran peradaban, budaya, dan aturan nilai keimanan yang
menyentuh non muslim dalam tataran-tataran yang beragam dan bermacam-
macam di bawah faktor kesatuan Islam. Hal itu menjadikan pluralitas Islam
terus berkembang serta membangun kekhasan masingmasing, sambil
masing-masing pihak (elemen-elemen yang berbeda dan unsure-unsur yang
Mohamad Umar Fauzi, Implementasi Konsep Mabadi... | 121 - 147
beragam itu) menjaganya dengan ruh Islam, warna Islam, yang merupakan
kesinambungan dari cabang-cabang pohon yang baik dari kalimat Islam,
ajaran Allah SWT kepada Rasulnya dan lanjutnya pengajaran Rasulullah
kepada seluruh alam.
Dari kaca mata seperti itu dan dengan metodologi tersebut, Islam
melihat pluralitas sebagai sistem kemajemukan Islam dalam kerangka
kesatuan Islam.1Moderasi merupakan jalan pertengahan, dan ini sesuai
dengan inti ajaran Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Oleh karena itu,
umat Islam disebut ummatan washathan, umat yang serasi dan seimbang,
karena mampu memadukan dua kutub agama terdahulu, yaitu Yahudi yang
terlalu membumi dan Nashrani yang terlalu melangit.
Hal ini terbukti dengan adanya perpindahan arah kiblat yang asalnya
menghadap Masjidil Aqsha yang ada di Palestina berpindah menjadi
menghadap Masjidil Haram yang ada di Makkah. Ini membuktikan
kemandirian dan kemurnian ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW yang tidak terpengaruh oleh agama terdahulu yang
mengagungkan Masjidil Aqsha. Dengan tegas hal ini diungkapkan oleh
Alquran dalam surat al-Baqarah ayat 143:
س َوﯾَﻜُﻮنَ ٱﻟ ﱠﺮﺳُﻮ ُل َﻋﻠَﯿۡ ﻜُﻢۡ َﺷﮭِﯿﺪٗ ۗا َوﻣَﺎ َﺟﻌَﻠۡ ﻨَﺎ ٱﻟۡ ﻘِﺒۡ ﻠَﺔَٱﻟﱠﺘِﻲ
ِ ﻚ َﺟﻌَﻠۡ َٰﻨﻜُﻢۡ أُﻣﱠﺔٗ َوﺳَﻄٗ ﺎ ﻟﱢﺘَﻜُﻮﻧُﻮ ْا ُﺷﮭَ َﺪ ٓا َء َﻋﻠَﻰ ٱﻟﻨﱠﺎ
َ َِو َﻛ َٰﺬﻟ
ًﻛُﻨﺖَ َﻋﻠَﯿۡ ﮭَﺎٓ إ ﱠِﻻ ﻟِﻨَﻌۡ ﻠَ َﻢ ﻣَﻦ ﯾَﺘﱠﺒِ ُﻊ ٱﻟ ﱠﺮﺳُﻮ َل ِﻣﻤﱠﻦ ﯾَﻨﻘَﻠِﺐُ َﻋﻠ َٰﻰ َﻋﻘِﺒَﯿۡ ۚ ِﮫ َوإِن ﻛَﺎﻧ َۡﺖ ﻟَ َﻜﺒِﯿﺮَ ة
١٤٣
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan)
manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)
melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti
Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu
terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah
1
Imarah. Muhammad.1999.Islam dan Pluralitas.Depok. Gema Insani, Hal:12
122 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
2
The Many Faces of Political Islam: Religion and Politich in the Muslim World, hal.41-42
Mohamad Umar Fauzi, Implementasi Konsep Mabadi... | 123 - 147
Tabel 1.
Karakteristik Islam Radikal, Liberal, dan Moderat.3
ISLAM ISLAM ISLAM
ASPEK
RADIKAL MODERAT LIBERAL
Ideo-political Left-wing Middle, Centrist Right- Wing
Spectrum Movement Movement Movement(Gerakan
(Gerakan sayap (Gerakan Garis Sayap Kanan)
kiri) Tengah) Berada
pada posisi tengah,
“middle position”,
”centrist”, dan “
mainstream”.
World-View Islam adalah Islam adalah Agama merupakan hak
agama kaffah; rahmatan lil pribadi, Islam adalah
Umat Islam ‘alamin; rahmatan lil ‘alamin
adalah kesatuan Manusia/umat dan agama, untuk
(ummatan bersifat plural; kemanusiaan; Islam
wahidatan); Manusia memiliki adalah agama rasional.
kebebasan untuk
memilih
Keyakinan Hanya adalah Kebenaran tidak Kebenaran itu relative,
Kebenaran satu kebenaran tunggal absolut tergantung ruang dan
absolut; dan relative; waktu, dan ratio
sebagai “penimbang
kebenaran”
Sumber Al-Qur’an, AsAl-Qur’an, As Kekuatan Rasio
Kebenaran Sunnah danSunnah, Ijmak, dan melalui Ijtihad
tradisi Salafy Qiyas
Visi Unifikasi Umat Mempertahankan Mengembangkan umat
dalam wadah sistem politik yang toleran, damai
Khilafah diberlakukan; multicultural,
Islamiyah; Ingin mengembangkan pluralistic dalam
mengganti sistem komunitas muslim bingkai negara secular.
politik yang(Islamic
dipergunakan/ Community), yang
berjalan. multi kultural,
hargai glokalitas,
harmonis.
Tujuan Purifikasi ajaran, Mengembangkan Membangun “Global
rejeksi bid’ah dan komunitas Islam civil society” dalam
khurafat; (Islamic tatanan hidup yang
3
Choirul Fuad Yusuf. Nasionalisme dalam Teks Keagamaan Indonesia Masa Depan.
Jakarta.Jurnal Lektur. 2017. Hal:499
124 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
B. Nahdlatul Ulama
Ada banyak faktor yang melatar belakangi berdirinya NU. Di
antara faktor itu adalah perkembangan dan pembaharuan pemikiran Islam
yang menghendaki pelarangan segala bentuk amaliah kaum Sunni. Sebuah
pemikiran agar umat Islam kembali pada ajaran Islam "murni", yaitu
dengan cara umat Islam melepaskan diri dari sistem bermadzhab. Bagi
para kiai pesantren, pembaruan pemikiran keagamaan sejatinya tetap
merupakan suatu keniscayaan, namun tetap tidak dengan meninggalkan
tradisi keilmuan para ulama terdahulu yang masih relevan. Untuk itu,
Jam'iyah Nahdlatul Ulama cukup mendesak untuk segera didirikan.
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasjim
Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi(prinsip dasar), kemudian juga
merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut
kemudian diwujudkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan
126 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
6
Hasil wawancara dengan Ibu Nikmaturrohmah, S.Pd.I selaku penanggungjawab Abila
Kertosono.
7
Mujamil Qomar, “Islam Nusantara: sebuah alternative Model pemikiran, pemahaman, dan
pengamalan Islam, “ 204
128 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
8
Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai, (Malang:Kalimashada, 1993),h 29
Mohamad Umar Fauzi, Implementasi Konsep Mabadi... | 129 - 147
9
As’ad Thoha DKK. 2013. Pendidikan Aswaja dan ke NUan. Sidoarjo. Al-Maktabah- PW LP
Maarif NU Jatim 2013
130 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
10
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial suatu Teori Pendidikan ,
(Yogyakarta; Rake Sarasin, 1993) h, 12
132 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
Oleh karena itu sebagai orang yang beriman, kita harus selalu
menepati janji. Janji itu kadang dibuat dengan orang lain secara
tertulis atau hanya dengan lisan saja. Janji terkadang juga dibuat
dengan dirinya sendiri, dan juga janji dengan Allah. Semua janji itu
harus ditepati dan tidak boleh di khianati. Setiap orang mukmin
dengan membaca Syahadat, berarti ia berjanji kepada Allah untuk
beribadah hanya kepada-Nya. Dalam sebuah organisasi, anggotanya
secara otomatis harus berjanji untuk tunduk kepada peraturan
organisasi yang diikutinya. Dengan demikian, maka ia harus bisa
melaksanakan peraturan itu dengan sebaik-baiknya.
Bentuk pelaksanaan sikap Al-Amanah wal Wafa’ bil
Ahditercermin dalam sikap dan perbuatan pengurus NU yang dapat
dipercaya, setia, dan menepati janji sesuai dengan apa yang mereka
ucapkan ketika di bai’at sebagai pengurus NU. Penerapan konsep Al-
Amanah wal Wafa’ bil Ahdi juga meliputi kegiatan kontrol terhadap
pemerintahan daerah. Nahdlatul Ulama memberikan masukan dan
mengingatkan pemimpin apabila melakukan kesalahan ataupun tidak
menepati janjinya. Hal ini penting dilakukan agar pemimpin tetap
berada dijalan yang lurus dan menepati janjinya sebelum terpilih.11
3. Al A’dalah(adil, memberikan hak dan kewajiban secara proporsional)
Al-Adalah berarti bersikap adil, proporsional, objektif dan
mengutamakan kebenaran. Setiap warga nahdliyyin harus memegang
kebenaran objektif dalam pergaulan untuk mengembangkan
kehidupan. Orang yang bersikap adil meski kepada diri sendiri akan
dipandang orang lain sebagai tempat berlindung dan tidak menjadi
ancaman. Warga nahdliyyin yang bisa menjadi pengayom bagi
masyarakat sekigus memudahkan dan membuka jalan kehidupannya.
Sikap adil juga merupakan ciri utama penganut sunni-nahdliyyin
dalam kehidupan bermasyarakat. Dan bila ini benar-benar mampu
menjadi karakter warga nahdliyyin, berarti wujud dari prinsip risalha
11
Wawancara dengan Bpk KH. Bisri Hisyam (Tanfidiyah PCNU Kab Nganjuk)
134 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
12
Wawancara dengan Bapak KH. Ali Mustofa Said(Syuriah PCNU Kab Nganjuk)
136 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa ada kerjasama dengan
makhluk lainnya: sesama manusia, dengan binatang, maupun dengan
alam sekitar. Setiap warga nahdliyyin harus menyadari posisinya di
tengah masyarakat, harus bisa menempatkan diri, bersedia menolong
dan butuh pertolongan. Dalam ajaran agama islam, tolong menolong
merupakan prinsip bermu’amalah. Karena itu dalam jual beli
misalnya, kedua belah pihak harus mendapat keuntungan, tidak boleh
ada satu pihak yang dirugikan. hal ini sesuai dengan prinsip ta’awun,
yakni pembeli menginginkan barang sedangkan penjual menginginkan
uang. Bila setiap bentuk muamalah menyadari prinsip ini muamalah
akan terus berkembang dan lestari. Jalan perekonomian pasti akan
terus lancar. Bila prinsip ta’awun ini ditinggalkan, maka akan
merugikan diri sendiri dan dalam bermuamalah akan mengalami
banyak kendala.Prinsip ini juga berfungsi dan berperan besar sebagai
upaya mengembangkan moralitas dan penanaman nilai-nilai, baik
nilai-nilai insani maupun nilai-nilai Ilahi.13 Bahkan dalam hal ini
Noeng Muhajir menegaskan, bahwa manusia bisa survive disebabkan
adanya komitmen pada nilai-nilai moral.
Dalam QS. Al-Maidah ayat 2 Allah SWT berfirman:
ٓ َ ﺌِ َﺪ و
َﻻ
َﭑﺻﻄَﺎدُو ْۚا َو َﻻ
ۡ ِﺿ َٰﻮﻧٗ ۚﺎ َوإِذَا َﺣﻠَﻠۡ ﺘُﻢۡ ﻓ
ۡ َﻀ ٗﻼ ﻣﱢﻦ ﱠرﺑﱢﮭِﻢۡ َور
ۡ َء ٓاﻣﱢﯿﻦَ ٱﻟۡ ﺒَﯿۡ ﺖَ ٱﻟۡ َﺤ َﺮا َم ﯾَﺒۡ ﺘَﻐُﻮنَ ﻓ
ﺻﺪﱡوﻛُﻢۡ َﻋ ِﻦ ٱﻟۡ ﻤَﺴۡ ِﺠ ِﺪ ٱﻟۡ َﺤ َﺮامِ أَن ﺗَﻌۡ ﺘَﺪُو ۘ ْا َوﺗَﻌَﺎ َوﻧُﻮ ْا َﻋﻠَﻰ ٱﻟۡ ﺒِ ﱢﺮ
َ ﯾ َۡﺠ ِﺮ َﻣﻨﱠﻜُﻢۡ َﺷﻨَٔﺎنُ ﻗ َۡﻮمٍ أَن
٢
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar
syi´ar-syi´ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan
jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari
Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah
13
Zakiah Drajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah,(Jakarta:Ruhama, 1994)h, 21
Mohamad Umar Fauzi, Implementasi Konsep Mabadi... | 137 - 147
14
Nurkholis Madjid,” Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1997)h.
77-78
140 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
15
Wawancara dengan Bapak K. Sholahuddin( Tanfidiyah MWC NU Kec Lengkong Kab
Nganjuk)
142 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
16
Ibnu Hazam, Al-Mufadhalah Bain ash-Shahabah, hlm.66. Teksnya ada pada Dr. Musthafa
Helmy, Nizhamul-Khilahah Fil-Fikr Al-Islami (Dar ad –Da'wah Aleksander), hlm.171
Mohamad Umar Fauzi, Implementasi Konsep Mabadi... | 143 - 147
17
Wawancara dengan Bapak Wahyu Irfana, S.Pd.I (Wakil Direktur Aswaja Center Kab
Nganjuk)
144 – 147 | Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
18
Mujamil Qomar, “Islam Nusantara: sebuah alternative Model pemikiran, pemahaman, dan
pengamalan Islam, “ 204
Mohamad Umar Fauzi, Implementasi Konsep Mabadi... | 145 - 147
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Wahid, “musuh dalam selimut” sebuah pengantar pada buku Ilusi
Negara Islam:Ekspansi gerakan Islam Trans Nasional di Indonesia, Jakarta:
The Wahid Institute bekerja sama dengan Gerakan Bhinneka Tunggal Ika
dan Ma’arif Institutem 2009
Achmad Satori Ismail DKK. Islam Moderat. Jakarta Timur. Pustaka Ikadi.2012
As’ad Thoha DKK. 2013. Pendidikan Aswaja dan ke NUan. Sidoarjo. Al-
Maktabah- PW LP Maarif NU Jatim 2013
Haidar M. Ali, 1993: Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia- Pendekatan Fikih
dalam Politik, Disertasi Doktor (Jakarta: Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif
Hidayatullah)
Ibnu Hazam, Al-Mufadhalah Bain ash-Shahabah, hlm.66. Teksnya ada pada Dr.
Musthafa Helmy, Nizhamul-Khilahah Fil-Fikr Al-Islami (Dar ad –Da'wah
Aleksander)
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial suatu Teori Pendidikan ,
(Yogyakarta; Rake Sarasin, 1993)
Siradj, Said Aqiel, Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam lintas Sejarah,
(Yogyakarta:LKPSM, 1998)
The Many Faces of Political Islam: Religion and Politich in the Muslim World