Budaya “ adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil
kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan
adat istiadatwujud kebudayaan nampak pada adat istiadat,bahasa,peralatan
hidup(teknologi),organisasi sosial politik,religi dan seni. Budaya tidak mungkin terlepas
darinilai nilai kemanusiaan,namun bisa jadi lepas dari nilai nilai ketuhanan.kebudayaan
islam adalah semua hasil oleh akal,budi,cipta rasa,dan karya manusia yang berlandaskan
pada nilai nilai islam dan tidak bertentangan dengannya.
Dasar dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang menjadi sebuah peradaban
islam. Dasar ksasar kebudayaan islam yang juga merupakan inti pokok ajaran islam
adalah tauhid(akidah),syariat (hukum islam), dan maslahat(akhlak). Aqidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu (yang didengar) dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan dalam hati,
dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Aqidah sebagai
system kepercayaan yg bermuatan elemen-elemen dasar keyakinan,
menggambarkan sumber dan hakikat keberadaan agama. Sementara syariah sebagai
system nilai berisi peraturan yang menggambarkan fungsi agama. Sedangkan akhlak
sebagai sistematika menggambarkan arah dan tujuan yg hendak dicapai agama. Aqidah,
syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman
menunjukkan makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah
dan akhlak.
Ajaran-ajaran islam yang diyakini oleh umat islam mengandung nilai-nilai islam yang
memiliki peran yang sangat penting didalam mengembangkan kebudayaan islam.
Disamping itu, ajaran-ajaran islam juga dapat membumikan ajaran utama ( yang sebagai
syariah) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Manusia sering
dikatakan sebagai mahluk yang paling tinggi dibandingkan dengan mahluk lainnya.
Tingginya harkat dan martabat manusia karena manusia mempunyai akal budi. Dengan
adanya akal budilah, manusia mampu menghasilkan kebudayaan yang cenderung
membuat manusia menjadi lebih baik dan lebih maju. Dengan kebudayaan tersebut
manusia memperoleh banyak kemudahan dan kesenangan hidup. Akal budi pun mampu
menciptakan dan melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keseluruhan yang
dihasilkan akal budi tersebut dapat dikelola untuk menghasilkan produk-produk yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia guna menuju peradaban yang modern.Agama sebagai
makna dan budaya sebagai sarananya,agama sebagai kacangnya,dan budaya sebagai
kulitnya
D. Universalisme Islam
Tantangan universalisme Islam saat ini adalah adu domba yang dibungkus sentimen
keagamaan. Dimana terkait terjadinya tragedi kemanusiaan yang menimpa saudara-
saudara kita dari etnis Rohingya, di daerah Arakan, wilayah Rakhine, Myanmar sejak
rangkaian serangan pada tanggal 9 Oktober 2016 hingga saat ini.
E. Kosmopolitanisme Kebudayaan Islam
Kosmopolitanisme Islam sangat jelas terlihat dalam peri kehidupan Nabi dan para
pengikutnya. Para pengikut Nabi Muhammad diingatkan untuk selalu menyadari
sepenuhnya kesatuan kemanusiaan itu dan berdasarkan kesadaran mereka membentuk
pandangan budaya kosmopolit, yaitu sebuah pola budaya yang konsep-konsep dasarnya
meliputi, dan diambil dari dari seluruh umat manusia.
Negeri yang terkenal dengan kekuatan tradisi leluhur dari Sabang hingga Merauke dan
menyimpan keanekaragaman adat-istiadat. Tentu saja sebuah kesyukuran yang begitu
besar kepada Allah Ta’ala kita terlahir di negeri dimana semangat gotong-royong,
kebersamaan menjadi pemandangan yang tidak asing lagi. Tidak sedikit tradisi (adat-
istiadat) yang mayoritas dianut oleh muslim di Indonesia sangat jauh dari nilai-nilai murni
dan shahih dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Kita akan
mudah menyaksikan, melihat, mengamati, mendengar, merasakan bahkan turut terlibat
dalam ritual tradisi yang turun temurun diwariskan dari generasi ke generasi bahkan
hingga di zaman digital hari ini.
Berbicara tentang adat-istiadat (tradisi) bukan lagi sesuatu yang langka bagi masyarakat
Indonesia. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah adat istiadat
mengacu pada tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi lain
sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat
(Kamus besar bahasa Indonesia,1988:5,6). Adapun makna lainnya adat-istiadat disebut
sebagai suatu hal yang dilakukan berulang-ulang secara terus menerus hingga akhirnya
melekat, dipikirkan dan dipahami oleh setiap orang tanpa perlu penjabaran. Di dalam
adat-istiadat itulah kita akan menemukan tiga wujud kebudayaan sebagaimana dijelaskan
oleh pakar kebudayaan Koentjaraningrat dalam bukunya; pertama wujud kebudayaan
sebagai ide, gagasan, nilai atau norma. Kedua, wujud kebudayaan sebagai aktivitas atau
pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-
benda hasil karya manusia.
Sebagaimana definisi tersebut maka tradisi (adat-istiadat) merupakan suatu kesatuan yang
terpolakan, tersistem dan terwariskan turun temurun. Nilai-nilai yang dianut dalam
sebuah tradisi pada masyarakat tertentu misalnya nilai sirri na pacce (harga diri dan rasa
malu) di Makassar adalah suatu kekayaan leluhur yang hingga hari ini masih diyakini
masyarakat Bugis-Makassar Sulawesi-Selatan. Bukan hanya di Makassar saja, masih
begitu banyak tradisi yang diagungkan oleh setiap suku di Indonesia dan menjadi sebuah
kebanggaan dan pemersatu antar suku bangsa.
Jika ditinjau dari sudut pandang Islam, Alqur’an sebagai pedoman hidup telah
menjelaskan bagaimana kedudukan tradisi (adat-istiadat) dalam agama itu sendiri. Karena
nilai-nilai yang termaktub dalam sebuah tradisi dipercaya dapat mengantarkan
keberuntungan, kesuksesan, kelimpahan, keberhasilan bagi masyarakat tersebut. Akan
tetapi eksistensi adat-istiadat tersebut juga tidak sedikit menimbulkan polemik jika
ditinjau dari kacamata Islam.Tradisi turun laut dengan membawa beberapa sajian
makanan misalnya dipercaya dapat membawa keberuntungan bagi para nelayan yang baru
memiliki perahu agar kelak tidak terjadi malapetaka. Bagaimana Islam memandang
keyakinan dan ritual tersebut?
Islam sebagai agama yang syariatnya telah sempurna berfungsi untuk mengatur segenap
makhluk hidup yang ada dibumi dan salah satunya manusia. Ibnul Qayyim rahimahullah
pernah berkata: “Seluruh syari’at yang pernah diturunkan oleh Allah, senantiasa
membawa hal-hal yang manfaatnya murni atau lebih banyak (dibandingkan kerugiannya),
memerintahkan dan mengajarkannya…”
Setiap aturan-aturan, anjuran, perintah tentu saja akan memberi dampak positif dan setiap
larangan yang diindahkan membawa keberuntungan bagi hidup manusia. Salah satu
larangan yang akan membawa maslahat bagi manusia adalah menjauhkan diri dari
kebiasaan-kebiasaan nenek moyang terdahulu yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Hal tersebut sebagaimana yang Allah firmankan dalam AlQur’an :
]٢:١٧٠[ َۗ أَ َولَوْ َكانَ آبَا ُؤهُ ْم اَل يَ ْعقِلُونَ َش ْيئًا َواَل يَ ْهتَ ُدون َوإِ َذا قِي َل لَهُ ُم اتَّبِعُوا َما أَن َز َل هَّللا ُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِ ُع َما أَ ْلفَ ْينَا َعلَ ْي ِه آبَا َءنَا
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka
menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami
(melakukannya).” Padahal,nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak
mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah:170)
ۚ أَ َولَوْ َكانَ آبَا ُؤهُ ْم اَل يَ ْعلَ ُمونَ َش ْيئًا َواَل ُول قَالُوا َح ْسبُنَا َما َو َج ْدنَا َعلَ ْي ِه آبَا َءنَا
ِ َوإِ َذا قِي َل لَهُ ْم تَ َعالَوْ ا إِلَ ٰى َما أَن َز َل هَّللا ُ َوإِلَى ال َّرس
•َ يَ ْهتَد
]٥:١٠٤[ ُون
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan
(mengikuti) Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek
moyang kami (mengerjakannya).” Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang
mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula)
mendapat petunjuk?” (QS Al-Maidah:104)
Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Islam (Seni Bangunan, Sistem Kalender, dan
Pemerintahan) - Agama Islam mudah diterima dan dapat berkembang pesat di Indonesia
karena faktor sebagai berikut
1. Syarat masuk Islam sangat mudah, yakni cukup mengucapkan kalimat syahadat.
4. Agama Islam yang masuk ke Indonesia disesusikan dengan adat dan tradisi bangsa
Indonesia, serta bertoleransi tinggi terhadap agama yang ada waktu itu, yakni Hindu
dan Buddha.
5. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan damai, tanpa paksaan, dan
kekerasan.
6. Faktor politik yang turut memperlancar penyebaran agama Islam di Indonesia ialah
runtuhnya Kerajaan Majapahit (1478) atau (1526) dan jatuhnya Malaka ke tangan
Portugis 1511.
Agama dan budaya Islam yang masuk ke Indonesia mempengaruhi kebudayan asli
Indonesia sehingga menimbulkan akulturasi kebudayan sehingga lahirlah corak baru
kebudayan Indonesia. Akulturasi tersebut dapat dilihat dari berbagai bidang berikut ini
1. Seni Bangunan
Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah sebagai berikut:
a. Hiasan kaligrafi;
b. Kubah;
c. Bentuk masjid.
Adapun bangunan masjid kuno yang beratap tumpang, antara lain sebagai berikut
Masjid Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta dibangun pada abad ke-18.
Masjid Jepara
Masjid Ternate
c. Masjid beratap tumpang lima ialah Masjid Banten yang dibangun pada abad ke-17
2. Makam
Makam khususnya untuk para raja bentuknya seperti istana disamakan dengan
orangnya yang dilengkapi dengan keluarga, pembesar, dan pengiring terdekat. Budaya
asli Indonesia terlihat pada gugusan cungkup yang dikelompokkan menurut hubungan
keluarga. Pengaruh budaya Islam terlihat pada huruf dan bahasa Arab, misalnya
Makam Puteri Suwari di Leran (Gresik) dan Makam Sendang Dhuwur di atas bukit
(Tuban).
Akulturasi bidang seni rupa terlihat pada seni kaligrafi atau seni khot, yaitu seni yang
memadukan antara seni lukis dan seni ukir dengan menggunakan huruf Arab yang
indah dan penulisannya bersumber pada ayat-ayat suci Al Qur'an dan Hadit. Adapun
fungsi seni kaligrafi adalah untuk motif batik, hiasan pada masjid-masjid, keramik,
keris, nisan, hiasan pada mimbar dan sebagainya.
Seni sastra Indonesia di zaman Islam banyak terpengaruh dari sastra Persia. Di
Sumatra, misalmya menghasilkan karya sastra yang berisi pedoman-pedoman hidup,
seperti cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman dan 1001 Malam.
Di samping itu juga mendapat pengaruh Hindu, seperti Hikayat Pandawa Lima,
Hikayat Sri Rama. Cerita Panji pada zaman Kediri (Hindu) muncul lagi dalam bentuk
Islam, seperti Hikayat Panji Semirang.
Hasil seni sastra, antara lain sebagai berikut.
a. Suluk, yaitu kitab yang membentangkan ajaran tasawuf. Contohnya ialah Suluk
Wujil, Suluk Sukarsa, dan Suluk Malang Sumirang. Karya sastra yang dekat
dengan suluk ialah primbon yang isinya bercorak kegaiban dan ramalan penentuan
hari baik dan buruk, pemberian makna kepada sesuatu kejadian dan sebagainya
c. Babad, ialah hikayat yang berisi sejarah. Misalnya Babad Tanah Jawi isinya
sejarah Pulau Jawa, Babad Giyanti tentang pembagian Mataram menjadi
Surakarta dan Yogyakarta dan sebagainya.
d. Kitab-kitab lain yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup, seperti Taj us
Salatin dan Bustan us Salatin.
4. Sistem Kalender
Pada zaman Khalifah Umar bin Khatab ditetapkan kalender Islam dengan perhitungan
atas dasar peredaran bulan yang disebut tahun Hijriah. Tahun 1 Hijrah (H) bertepatan
dengan tahun 622 M. Sementara itu, di Indonesia pada saat yang sama telah
menggunakan perhitungan tahun Saka (S) yang didasarkan atas peredaran matahari.
Tahun 1 Saka bertepatan dengan tahun 78 M.
Pada tahun 1633 M, Sultan Agung raja terbesar Mataram menetapkan berlakuknya
tahun Jawa (tahun Nusantara) atas dasar perhitungan bulan ( 1 tahun =354 hari).
Dengan masuknya Islam maka muncul sistem kalender Islam dengan menggunakan
nama-nama bulan, seperti Muharram (bulan Jawa; Sura),Shafar (bulan Jawa; Sapar),
dan sebagainya sampai dengan Dzulhijah (bulan Jawa; Besar) dengan tahun Hijrah
(H).
Akulturasi pada seni musik terlihat pada musik qasidah dan gamelan pada saat
upacara Gerebeg Maulud. Di bidang seni tari terlihat pada tari Seudati yang diiringi
sholawat nabi, kesenian Debus yang diawali dengan membaca Al Qur'an yang
berkembang di Banten, Aceh, dan Minangkabau.
6. Sistem Pemerintahan
Pada zaman Hindu pusat kekuasaan adalah raja sehingga raja dianggap sebagai titisan
dewa. Oleh karena itu, muncul kultus “dewa raja”. Apa yang dikatakan raja adalah
benar. Demikian juga pada zaman Islam, pola tersebut masih berlaku hanya dengan
corak baru. Raja tetap sebagai penguasa tunggal karena dianggap sebagai khalifah,
segala perintahnya harus dituruti.
7. Perayaan Agama
a. Sekaten menjelaskan tentang asal mula dan maksud perayaan yang diadakan tiap-
tiap tahun baik di Surakarta maupun di Yogyakarta. Asal mula Sekaten dimulai
pada jaman Demak, jaman mulainya kerajaan Islam di tanah Jawa. Sekaten
diadakan sebagai salah satu upaya dalam menyiarkan agama Islam. Karena orang
Jawa pada waktu itu menyukai gamelan, maka pada hari raya Islam yaitu pada
hari lahirnya Nabi Muhammad SAW di Masjid Agung dipukul gamelan, sehingga
orang berduyun-duyun datang di halaman masjid untuk mendengarkan pidato-
pidato tentang agama Islam.
Menurut Supanto (1982: 6), upacara tradisional sebagai pranata sosial penuh
dengan simbol-simbol yang berperanan sebagai alat komunikasi antar sesama
warga masyarakat, dan juga merupakan penghubung antar dunia nyata dengan
dunia gaib. Bagi para warga yang ikut berperan serta dalam penyelenggaraan
upacara tradisional, unsur-unsur yang berasal dari dunia gaib menjadi nampak
nyata melalui pemahamannya terhadap simbol-simbol tersebut. Upacara
tradisional biasanya diadakan dalam waktu-waktu tertentu. Ini berarti
menyampaikan pesan yang mengandung nilai-nilai kehidupan itu harus diulang-
ulang terus, demi terjaminnya kepatuhan para warga masyarakat terhadap pranata-
pranata sosial yang berlaku.
Salah satu bentuk tradisi yang masih dipertahankan ialah Upacara Tradisi Sekaten
di Keraton Kasunanan Surakarta. Sekaten berasal dari bahasa Arab, yaitu
“syahadatain” yaitu kalimat syahadat yang merupakan suatu kalimat yang harus
dibaca oleh seseorang untuk masuk Islam, yang mempunyai arti: Tiada tuhan
selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sekaten selain berasal dari
kata syahadatain juga berasal dari kata : (1) Sahutain : menghentikan atau
menghindari perkara dua, yakni sifat lacur dan menyeleweng; (2) Sakhatain :
menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan sifat setan, karena watak
tersebut sumber kerusakan; (3) Sakhotain : menanamkan perkara dua, yaitu selalu
memelihara budi suci atau budi luhur dan selalu menghambakan diri pada Tuhan;
(4) Sekati : setimbang, orang hidup harus bisa menimbang atau menilai hal-hal
yang baik dan buruk; (5) Sekat : batas, orang hidup harus membatasi diri untuk
tidak berbuat jahat serta tahu batas-batas kebaikan dan kejahatan.(K.R.T. Haji
Handipaningrat : 3).
b. Selamatan
Selamatan atau selametan adalah sebuah tradisi ritual yang dilakukan oleh
masyarakat Jawa. Selamatan juga dilakukan oleh masyarakat Sunda dan Madura.
Selamatan adalah suatu bentuk acara syukuran dengan mengundang beberapa
kerabat atau tetangga . Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa
bersama, dengan duduk bersila di atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk
pauk. [1]