Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS TADULAKO

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI

MAKALAH AGAMA
“KEBUDAYAAN ISLAM”

DISUSUN OLEH

 ADHI PRAMANA RAMADHAN F 121 20 058


 ADI KURNIAWAN F 121 17 036
 ANGGA REKSA F 121 17 070
 FIFI FIONITA F 121 20 014
 MUHAMMAD FAIZAL F 121 15 007
 PUTRA ABIZAR F 121 20 088
 RIZQA AMALIA F 121 20 054
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat manusia dan
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan
belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. (koentjaraningrat).
Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia, artinya manusia yang menciptakan
kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang.

Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan menjadi
sasaran bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan
bimbingan kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaanya
tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang
berarti: “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak”.
Dalam mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam
proses yang panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budaya-budaya setempat
dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam.
Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenaranya
secara universal.

Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat
keseluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis
Islam telahmeletakkan nilai-nilai kebudayaannya. Yang harus dibiasakan
denganKebudayaan merupakan segala sesuatu yang diciptakan oleh umat
manusia dansebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
Kebudayaan itu melekat dengan dirimanusia, artinya manusia yang menciptakan
kebudayaan sejak zaman dahulu hinggasekarang.Kebudayaan Islam adalah hasil
olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusiayang berlandaskan pada
nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan
berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa yang telah terseleksi olehnilai-
nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah
peradaban.Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-
aturan yangmengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada
nafsu hewani, sehinggaakan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi
untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam

1.3 Rumusan Masalah


Dari latar belakang dapat diambil rumusan masalahnya yaitu;
1. Apa kebudayaan menurut para ahli?
2. Bagaimana konsep kebudayaan islam?
3. Prinsip-prinsip apa saja yang ada di kebudayaan islam?
4. Budaya apa saja yang tidak diperbolehkan dalam islam?

1.1 Tujuan
Dari rumusan masalah bisa kita ambil tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui apa kebudayaan menurut para ahli
2. Untuk mengetahui bagaiman konsep kebudayaan menurut islam
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip apa saja yang ada di kebudayaan islam
4. Untuk mengetahui hal-hal apa saja dalam budaya yang tidak diperbolehkan
dalam islam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep kebudayaan Islam


Dalam sejarah Islam terdapat berbagai konsep tentang budaya. Segolongan
pemikir ada yang menyatakan bahwa Islam adalah wahyu Allah dan termasuk ke
dalam agama samawi. Dengan demikian, Islam bukanlah kebudayaan, tetapi
seperti yang dikemukakan Natsir (1954) Islam merupakan sumber kekuatan yang
mendorong terbitnya suatu kebudayaan. Islam adalah agama yang diturunkan
oleh Allah dari langit, melalui malaikat Jibril, dengan cara mewahyukannya
kepada Nabi Muhammad. Islam bukanlah hasil atau bagian dari kebudayaan.
Sebaliknya kebudayaan bukan bagian dari agama samawi. Kebudayaan hasil
ciptaan manusia. Keduanya berdiri sendiri, namun dapat berhubungan dan
membentuk kebudayaan terentu (lihat Anshari 1980 dan Ismail 1982).

Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam bahasa Indonesia yang
berasal dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti intelek (pengertian). Kata
buddhi berubah menjadi budaya yang berarti “yang diketahui atau akal pikiran”.
Budaya berarti pula pikiran, akal budi, kebudayaan, yang mengenai kebudayaan
yang sudah berkembang, beradab, maju (Poerwadarminta,1982:157).
Dari pengertian budaya di atas, dapat diutarakan dengan bahasa lain bahwa
kebudayaan merupakan gambaran dari taraf berpikir manusia. Tinggi-rendahnya
taraf berpikir manusia akan terlihat pada hasil budayanya. Kebudayaan
merupakan cetusan isi hati suatu bangsa, golongan, atau individu. Tinggi-
rendahnya, kasar-halusnya pribadi manusia, golongan, atau ras, akan terlihat
pada kebudayaan yang dimiliki sebagai hasil ciptaannya. Maka dapat juga
dikatakan bahwa kebudayaan merupakan orientasi dan pola pikir manusia,
golongan, atau bangsa. Kebudayaan merupakan suatu konsep yang sangat luas
ruang lingkupnya. Hal ini tidak terlepas dari latar belakang timbulnya suatu
kebudayaan itu sendiri.
Dawson (1993:57) memberikan empat faktor yang menjadi alasan pokok yang
menentukan corak suatu kebudayaan, yaitu faktor geografis, keturunan atau
bangsa, kejiwaan, dan ekonomi.
sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-
Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi
yang diturunkan
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar
kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam
Al Qur’an memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan meletakkan
kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu
totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang
menyatu dalam suatu perbuatan. Oleh karena itu, secara umum kebudayaan dapat
dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak
mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-
nilai ketuhanan.
Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret mengenai suatu
kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan. Islam memberi kerangka
asas atau prinsip yang bersifat hakiki atau esensial. Dengan kata lain, Islam
hanya memberikan konsep dasar yang dalam perwujudannya tergantung pada
pemahaman pendukungnya.Dalam keadaan atau waktu yang berbeda, esensinya
diwujudkan oleh aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek ekonomi, politik,
sosial budaya, teknik, seni, dan mungkin juga oleh filsafat.
Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain,
diungkapkan oleh Siba’i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang
ditegakkan atas dasar aqidah dan tauhid, berdimensi kemanusiaan murni,
diletakkan pada pilar-pilar akhlak mulia, dijiwai oleh semangat ilmu (Zainal,
1993:60).
2.2 Arti kebudayaan menurut para ahli
Kebudayaan menurut para ahli;
1. E.B. Taylor, mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang
di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. R. Lintonn, mendefinisikan kebudayaan sebagai konfigurasi tingkah laku
yang dipelajari dari hasil tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya
didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
3. S.T. Alisahbana, mendifinisikan kebudayaan adalah manisfestasi suatu
bangsa
4. Dr.M. Hatta, mendefinisikan kebudayaan adalah ciptaan hidup suatu bangsa
5. Prof.Dr.Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan
yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun
dalamkehidupan masyarakat.

Dari pandangan islam, menurut Muhammad Natsir dalam tulisan-tulisannya pada


akhir tahun 1930-an telah menjelaskan bahwa berbagai asas kebudayaan Islam yang
pada intinya merupakan ajaran yang mengandung roh intiqat atau ”kekuatan
menyiasat” dan menyelidiki kebenaran yang ditanamkan oleh Islam kepada para
pemeluknya. Hasil berpikir umat Islam ini dalam sejarah telah memperlihatkan ke
muka bumi, bagaimana umat Islam telah mempunyai persediaan untuk menerima
multibudaya dari bangsa-bangsa terdahulu: Yunani, Romawi, Persia, India, dan
lainnya. Bagi Natsir agama datang, membangunkan, membangkitkan, serta
menggemarkan akal berpikir, agar manusia memakainya dengan sebaik-baiknya
sebagai suatu nikmat Ilahi nan maha indah. Namun ia juga mengingatkan fungsi
agama dalam mengendalikan atau membatasi akal. Agama datang mengalirkan akal
mengikuti aliran yang benar, jangan melantur ke arah mana pun. Islam datang bukan
melepaskan akal seperti melepaskan kuda di tengah lapangan pacuan. Agama
mengatur mana yang dilarang dan mana yang disuruh.
Dengan demikian para pemikir gerakan Islam pada dasarnya sepakat untuk
membedakan “agama” sebagai wahyu Allah dan “kebudayaan” sebagai hasil karya
manusia. Secara kontekstual keduanya memiliki hubungan, bukan saling berdiri
sendiri. Oleh karena itu, kebudayaan manusia wajib berasas dan dibentuk oleh ajaran
agama (Ad-din). Bukan kebalikannya. Agama mengarahkan arah yang tepat dalam
berkebudayaan atau berperadaban. Manusia adalah makhluk yang memiliki berbagai
kelemahan, untuk itu perlu dibimbing oleh agama. Namun di sisi lain, manusia
adalah khalifah (pemimpin) di muka bumi ini, dengan berbagai kelebihan-
kelebihannya. Terutama kalau dibandingkan dengan hewan maka kebudayaan
manusia terus berkembang dalam ruang dan waktu yang ditempuhnya, sepanjang
zaman.

Dalam pandangan Islam, aqidah, syariah, dan akhlak jika dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh akan berpengaruh kepada pembentukan dan pengembangan unsur-
unsur kebudayaan seperti politik, ekonomi, sosial, teknologi, pendidikan, dan lain-
lainnya. Yang ditekankan adalah pelaksanaan ajaran Islam. Pengaruhnya akan
timbul dalam perilaku. Namun, dalam merumuskan konsep-konsep, dicari dahulu
ajaran-ajaran yang relevan dan mengatur bidang-bidang kebudayaan itu. Yang tidak
secara eksplisit diatur, akan dipikirkan secara sendiri, melalui ijtihad, penggunaan
akal pikiran dan ilmu pengetahuan. Demikian sekilas konsep Islam mengenai
kebudayaan, selanjutnya bagaimana tataran idea itu diaktualisasikan dalam sejarah,
kita kaji perkembangannya.

2.3 Prinsip-prinsip kebudayaan islam


Kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang diciptakan oleh orang Islam, tetapi
kebudayaan yang bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang bersifat
Islami.
Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam
yaitu:
1. Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun kebudayaan
baru. Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal yang dapat merusak
manusia. dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal”.
2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah Swt
:”Allah akan mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang berilmu beberapa derajad” (Qs, aL-Mujadalah, 58:11).
3. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan umat
manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti. Sebagaimana telah
difirmankan Allah Swt: “Dan janganlah kamu mengikuti dari sesuatu yang
tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani semua
itu akan dimintai pertanggungjawaban” (QS, al-Isra, 17:36).
4. Tidak membuat pengrusakan. Firman Allah Swt: “Janganlah kamu berbuat
kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan” (Qs, al-Qhasash, 28:77).

Islam membagikan kebudayaan dalam tiga macam :

a. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqih


disebutkan : “al-Adatu-muhakkamatun” artinya bahwa adat istiadat dan
kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia,
mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu dicatat,
bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada
ketentuannya dalam syariat Islam.
b. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan deengan islam, dirubah
lagi sehingga menjadi kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam
c. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya Ngaben yang
dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat yang
diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara
besar-besaran. Umat Islam tidak boleh mengikutinya bahkam Islam
melarangnya karena kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang
tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta tidak
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru
merupakan kebudayaan yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena
mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan harta untuk hal-hal yang
tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal dunia
(Ahmadzain, 2006/12/08).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, Islam bukanlah kebudayaan, tetapi seperti yang dikemukakan
Natsir (1954) Islam merupakan sumber kekuatan yang mendorong terbitnya
suatu kebudayaan. Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam
bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti intelek
(pengertian). Budaya berarti pula pikiran, akal budi, kebudayaan, yang mengenai
kebudayaan yang sudah berkembang, beradab, maju (Poerwadarminta,1982:157).
Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya
membawa rahmat bagi seluruh alam Al Qur’an memandang kebudayaan itu
merupakan suatu proses, dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup
manusia.
Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan
akal hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan.
Dengan kata lain, Islam hanya memberikan konsep dasar yang dalam
perwujudannya tergantung pada pemahaman pendukungnya.Dalam keadaan atau
waktu yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh aksidensi yang sangat
ditentukan oleh aspek ekonomi, politik, sosial budaya, teknik, seni, dan mungkin
juga oleh filsafat.
Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain,
diungkapkan oleh Siba’i bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang
ditegakkan atas dasar aqidah dan tauhid, berdimensi kemanusiaan murni,
diletakkan pada pilar-pilar akhlak mulia, dijiwai oleh semangat ilmu (Zainal,
1993:60).
1. Taylor, mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan kompleks yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat
oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2. R. Lintonn, mendefinisikan kebudayaan sebagai konfigurasi tingkah laku
yang dipelajari dari hasil tingkah laku yang unsur-unsur pembentuknya
didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
3. Prof.Dr.Koentjaraningrat, mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan
manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang teratur oleh tata kelakuan
yang harus didapatkan dengan belajar dan yang semuanya tersusun
dalamkehidupan masyarakat.

Dari pandangan islam, menurut Muhammad Natsir dalam tulisan-tulisannya pada


akhir tahun 1930-an telah menjelaskan bahwa berbagai asas kebudayaan Islam yang
pada intinya merupakan ajaran yang mengandung roh intiqat atau ”kekuatan
menyiasat” dan menyelidiki kebenaran yang ditanamkan oleh Islam kepada para
pemeluknya.

Prinsip-prinsip kebudayaan islam Kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang


diciptakan oleh orang Islam, tetapi kebudayaan yang bersumber dari ajaran Islam atau
kebudayaan yang bersifat Islami. dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190 yang artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang yang berakal”.

Islam membagikan kebudayaan dalam tiga macam :


a. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam.
b. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan deengan islam, dirubah
lagi sehingga menjadi kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam
c. Kebudayaan yang bertentangan dengan
DAFTAR PUSTAKA

Ghazalba, Sidi, 1998. Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu, Jakarta; Pustaka


Antara

Lee,Mizu. 2017. Kebudayaan-islam. www.academiaedu.com. Diakses pada 1


Desember 2020

Sahrul. 2019. Makalah-tentang-kebudayaan-islam. www.mediablogspot.com


diakses pada 1 Desember 2020.

Fatikhah.fauziah. 2011. Kebudayaan-islam. www.wrodpress.com. Diakses


pada 1 Desember 2020.

Anda mungkin juga menyukai