Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AGAMA

“AGAMA DAN KEARIFAN LOKAL”


Mata Kuliah : Agama islam
Dosen Pengampu : M.Abrar parinduri

Disusun oleh :
Selvi AGUSTIN (228150038)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2022

i
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan nikmat-NYA kepada kita, sholawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat-NYA saya masih
diperkenankan untuk menyusun makalah ini. Maklah ini ditulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah PAI.
Makalah ini berjudul “Agama dan kearifan lokal”, kearifan lokal sendiri
memiliki arti bagian budaya dari suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan
dari bahasa masyarakat itu sendiri. Tujuan makalah ini ditulis untuk pembaca
yang berminat mengetahui tentang kebudayaan menurut pandangan islam
berdasarkan hukum islam.
Harapannya makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah PAI. Dan
makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah yang saya buat ini masih banyak kekurangannya sehingga masih banyak
yang harus diperbaiki, saya harapkan para pembaca berkenan memberi masukan
untuk menyempurnakan makalah ini.

Medan, Desember 2022

ii
Daftar Isi
Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
Konsep Kebudayaan dalam Islam 2
Prinsip Kebudayaan Islam 2
Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam 3
Nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan Indonesia 4
Sejarah Intelektual Islam 5
BAB III PENUTUP 9
Kesimpulan 9
Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebudayaan merupakan  segala sesuatu yang diciptakan oleh umat
manusia dan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
(koentjaraningrat). Kebudayaan itu meleket dengan diri manusia, artinya manusia
yang menciptakan kebudayaan. Sejak zaman dahulu hingga sekarang.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia, karena yang akan
menjadi sasaran bimbinganya adalah umat manusia. Misinya yaitu memberikan
bimbingan kepada umat manusia agar dalam mengembangkan kebudayaanya
tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang
berarti: “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak”. Dalam
mengawali tugasnya nabi meletakan dasar-dasar kebudayaan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Dakwah Islam terjadi dalam
proses yang panjang dan rumit karena terjadi asimilasi budaya-budaya setempat
dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam.
Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenaranya
secara universal.
Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan Islam menjadi sebuah
peradaban maka kami akan membahasnya di makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai konsep kebudayaan dalam Islam dan
sejarah peradabanya?
2. Apakah kebudayaan menurut para ahli itu?
3. Prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam kebudayaan Islam ?
4. Bagaimana sikap Islam terhadap kebudayaan ?
 1.3 Tujuan
1. Memahami mengenai konsep kebudayaan dalam Islam
2. Mengetahui makna kebudayaan menurut para ahli
3. Mengetahui prinsip-prinsip yang ada dalam Islam
4. Mengetahui sikap Islam terhadap kebudayaan

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Kebudayaan dalam Islam.
Islam memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan sebagai eksistensi
hidup manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang
meliputi kegiatan akal, hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan.
Kebudayaan islam adalah hasil olah akal, budi cipta rasa, karsa dan karya manusia
yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia
untuk berkiprah dan berkembang. Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh
wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang
bersumber dari nafsu hewani, sehingga merugikan diri sendiri. Di sini agama
berfungsi membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab.
Kebudayaan akan terus berkembang dan tidak akan berhenti selama masih
ada kehidupan manusia. Segala sesuatu yang berkaitan dengan aktivitas dan
kreativitas manusia, baik dalam konteks hubungan sesamanya, ataupun dengan
lingkungannya, akan selalu terkait dengan kebudayaan orang lain. Ini
menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk budaya dan makhluk sosial.
Kebudayaan akan terhenti apabila manusia sudah tidak mampu menggunakan akal
budinya. dalam riwayat-NYA
‫َوما َ َأرْ َش ْلنا َ ِم ْن َرسُوْ ٍل ِأالَّ بِلِ َسا ِن قَوْ ِم ِه لِيُبَي َ=ِّن لَهُ ْم‬
“Kami tidak mengutus seorang rasulpun melainkan dengan bahasa kaumnya,
supaya dia dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada
mereka...”(Ibrahim : 4).
Dengan demikian itu, misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah
untuk memberikan bimbingan pada umat agar dalam mengembangkan
kebudayaannya tidak melepaskan dari nilai ketuhanan, sebagaimana sabdanya
ُ ‫بُِئ ْث‬
َ ‫ت أل َت َّم َم َمكا ِر َم األ ْخ‬
َ‫ال ق‬
“Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”
(H.R. Ahmad).
2.2 Prinsip Kebudayaan Islam
Kata Kebudayaan berasal dari sansekerta, buddayah, bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Sehingga dapat diartikan sebagai “kegiatan
atau aktivitas manusia yang didasari atas akal atau budi pekerti”. Hal ini
sebanding dengan buku Daras PAI yang menyatakan “Hal-hal yang berkaitan
dengan akal”. Maka kebudayaan dapat juga berarti keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil cipta, karsa dan rasa manusia untuk memenuhi kebutuhan
kehidupannya dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat.

2
Sebagai agama, Islam merupakan sumber nilai, yang memberikan inspirasi
dan corak kebudayaan. Karena itu kebudayaan Islam bukan kebudayaan yang
diciptakan oleh orang Islam semata, tetapi juga meliputi kebudayaan yang
bersumber dari ajaran Islam atau kebudayaan yang bersifat Islami, meskipun ia
muncul dari orang Islam maupun non-Islam. Artinya suatu kebudayaan yang
muncul di luar masyarakat Islam atau diciptakan oleh orang luar Islam, tetapi
apabila dilihat dari kaca mata Islam sesuai dengan pesan dan nilai Islam dan ada
bukri jelas diinspirasi oleh ajaran-ajaran Islam, maka ia dapat dikatakan sebagai
kebudayaan Islam. Sebaliknya jika isi kebudayaan berbeda, bahkan bertentangan
dengan nilai Islam, maka bukanlah kebudayaan Islam.
Kebudayaan Islam merupakan satu perwujudan dari fungsi manusia di
dunia ini, yakni sebagai hamba dan khalifah Allah. Adapun karakteristik
kebudayaan Islam adalah:
1. Rabbaniyah (bernuansa Ketuhanan ). Ia bercampur keimanan secara
umum dan ketauhidan secara khusus.
2. Akhlaqiyah, yakni tidak ada pemisah antara akhlak dengan ilmu,
akhlak dengan perbuatan, akhlak dengan ekonomi, akhlak dengan
politik, akhlak dengan peperangan, akhlak dengan semua segi
kehidupan lainnya.
3. Insaniyah, yakni menghormati manusia, memelihara fitrah, kemuliaan
dan hak-haknya. Kebudayaan islam tegak atas asumsi bahwa manusia
adalah makhluk yang dimuliakan oleh Tuhannya
4. ‘Alamiyah
5. Tasamuh. Islam tidak mewajibkan orang non islam yang didup dalam
naungan kebudayaannya untuk menjalankan syariat Islam. Islam tidak
memaksa orang lain untuk masuk ke dalam lingkungan kebudayaan
islam
6. Tanawwu’. Beraneka warna
7. Wasathiyah. Pertengahan
8. Takamul. Saling mendukung antara kebudayaan islam satu dengan
yang lain
9. Bangga terhadap diri sendiri, yaitu bangga terhadap sumber
kebudayaan yang berketuhanan, kemanusiaan, dan bernuansa akhlak
Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada sumber ajaran Islam yaitu:
1. Menghormati akal. Manusia dengan akalnya bisa membangun
kebudayaan baru. Kebudayaan Islam tidak akan menampilkan hal-hal
yang dapat merusak manusia. dijelaskan dalam Qs, Ali-Imran, 3:190
yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi
orang yang berakal”.

3
2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu. Firman Allah
Swt :”Allah akan mengangkat (derajad) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajad” (Qs, aL-
Mujadalah, 58:11).
3. Menghindari taklid buta. Kebudayaan Islam hendaknya mengantarkan
umat manusia untuk tidak menerima sesuatu sebelum diteliti.
Sebagaimana telah difirmankan Allah Swt: “Dan janganlah kamu
mengikuti dari sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai
pertanggungjawaban” (QS, al-Isra, 17:36).
4. Tidak membuat pengrusakan. Firman Allah Swt: “Janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang
berbuat kerusakan” (Qs, al-Qhasash, 28:77).
Islam membagi kebudayaan menjadi tiga macam :
1. Kebudayaa yang tidak bertentangan dengan Islam. Dalam kaidah fiqih
disebutkan : “al-Adatu-muhakkamatun” artinya bahwa adat istiadat dan
kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan bagian dari budaya manusia,
mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu
dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada
ketentuannya dalam syariat Islam.
2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam,
kemudian direkonstruksi sehingga menjadi kebudayaan Islami.
3.Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya Ngaben
yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran mayat
yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan
secara besar-besaran. Umat Islam tidak boleh mengikutinya bahkam Islam
melarangnya karena kebudayaan seperti itu merupakan kebudayaan yang
tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan, serta tidak
mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia, sebaliknya justru
merupakan kebudayaan yang menurunkan derajat kemanusiaan. Karena
mengandung ajaran yang menghambur-hamburkan harta untuk hal-hal
yang tidak bermanfaat dan menghinakan manusia yang sudah meninggal
dunia (Ahmadzain, 2006/12/08).
 2.3 Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam
Secara etimologi, masjid adalah tempat untuk sujud. Secara terminologi,
masjid diartikan sebagai tempat khusus untuk melakukan aktivitas ibadah dalam
arti luas (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993:295).

4
Pada umumnya, masjid dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah
khusus, seperti sholat. Padahal, masjid di jaman Nabi Muhammad saw berfungsi
sebagai pusat peradaban. Oleh sebab itu, masjid oleh umat Islam dijadikan sebagai
simbol persatuan umat. Sejak Nabi Muhammad saw mendirikan masjid pertama
kali, fungsi masjid masih orisinil kokoh sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
Menurut Athiyah al-Abrasyi, umat Islam telah memanfaatkan masjid
untuk tempat ibadah dan sebagai lembaga pendidikan dan pengetahuan Islam dan
pendidikan keagamaan, di mana dipelajari kaidah-kaidah Islam, hukum-hukum
agama, sebagai tempat pengadilan, sebagai tempat pertemuan bagi pemimpin-
pemimpin militer, dan bahkan sebagai istana tempat menerima duta asing. Pendek
kata masjid dijadikan sebagai pusat kerohanian dan sosial politik. (Athiyah al-
Abrasyi, 1984:58).
Namun, kondisi masjid-masjid saat ini sudah sangat berbeda. Fungsi
masjid mulai menyempit, orang banyak menggunakan masjid hanya untuk ibadah-
ibadah ritual semata. Fungsi masjid dapat lebih efektif jika di dalamnya
disediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti :
1. Perpustakaan, yang menyediakan berbagai buku bacaan dengan berbagi
disiplin ilmu.
2. Ruang diskusi, yang digunakan untuk berdiskusi sebelum atau sesudah
sholat berjama’ah.
3. Ruamg kuliah, yang bisa juga digunakan untuk pelatihan-pelatihan remaja
masjid
(Muhaimin & Abdul Mujib, 1993:296).
Dilihat dari pertumbuhannya, jumlah masjid di Indonesia dari tahun ke
tahun kian bertambah. Tetapi secara jujur diakui bahwa fungsionalisasinya belum
optimal. Salah satu jalan untuk memfungsikannya secara maksimal adalah dengan
menumbuhkan kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk
mencerdaskan dan mensejahterakan jama’ahnya. Peran masjid perlu dioptimalkan.
Sebab, menurut Islam masjid mempunyai fungsi utama yang bertitik pusat kepada
pusat pembinaan umat manusia, yaitu sebagai pusat ibadah ritual dan ibadah
sosial (Sudrajat Ajat, 2008:232).
2.4 Nilai-nilai Islam dalam Kebudayaan Indonesia
Di zaman modern, ada satu fenomena yang menarik untuk kita simak
bersama yaitu semangat dan pemahaman sebagian generasi muda umat Islam
khususnya Mahasiswa PTU dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam.
Mereka berpandangan bahwa Islam yang benar adalah segala sesuatu yang
ditampilkan oleh Nabi Muhammad Saw. Secara utuh termasuk nilai-nilai budaya

5
Arabnya. Kita sepakat bahwa Nabi Muhammad Saw. Itu adalah Rasul Allah. Kita
tahu Islam itu lebih dari beliau, dan yang menginkari kerasulannya adalah kafir.
Nabi Muhammad Saw. Adalah seorang Rasul Allah dan harus diingat
bahwa beliau adalah orang Arab. Dalam kajian budaya sudah barang tentu apa
yang ditampilkan dalam perilaku kehidupannya terdapat nilai-nilai budaya lokal.
Sedangkan nilai-nilai Islam itu bersifat universal. Maka dari itu sangat
dimungkingkan apa yang dicontoh oleh Nabi dalam hal mu’amalah ada nuansa-
nuansa budaya yang dapat kita aktualisasikan dala kehidupn modern dan
disesuaikan dengan muatan budaya lokal masing-masing. Contohnya dalam cara
berpakaian dan cara makan. Dalam ajaran Islam sendiri meniru budaya satu kaum
boleh-boleh saja sepanjang tidak bertengtangan dengan nilai-nilai dasar Islam.
Apalagi yang ditirunya adalah panutan suci Nabi Muhammad Saw, namun yang
tidak boleh adalah menganggap bahwa nilai-nilai budaya Arabnya dipandang
sebagai ajaran Islam.
Dalam perkembangan dakwah Islam melalui bahasa budaya, sebagaimana
dilakukan oleh para Wali di tanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam
mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat
tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam
kehidupan sehari hari mereka.
2.5 Sejarah Intelektual Islam
Pada masa awal perkembangan Islam, sistem pendidikan dan pemikiran
yang sistematis belum terselenggara karena ajaran Islam tidak diturunkan
sekaligus. Namun ayat Al-Quran yang pertama kali turun dengan jelas meletakkan
fondasi yang kokoh atas pengembangan ilmu dan pemikiran dalam Islam. Sejarah
intelektual Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa :

 Masa Klasik, yang terjadi antara tahun 650-1250 M.

Pada masa ini kemajuan umat Islam dimulai sejak dilakukannya ekspansi oleh
dinasti Ummayah. Ekspansi ini menimbulkan pertemuan dan persatuan berbagai
bangsa, suku dan bahasa, yang menimbulkan kebudayaan dan peradaban yang
baru.
1. Dalam bidang hukum Islam, muncul ulama mazhab seperti Imam Hanafi,
Imam Syafi’i, dan Imam Malik.
2. Dalam bidang filsafat, muncul AL-Kindi (801), sebagai filosof Arab
pertama, yang berharap agar kaum muslimin menerima filsafat sebagai
bagian kebudayaan Islam, sebab filsafat tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Al-Razi (865) dan al-Farabi (870), mereka dikenal sebagai
pembangun utama sistem filsafat dalam Islam. Ibnu Miskawaih (930)
merupakan pemikir terkenal tentang pendidikan akhlak, karyanya yang

6
terkenal adalah Tahdzib al-Akhlaq. Tahun 1037 muncul Ibnu Sina, Ibnu
Bajjah pada tahun 1138, Ibnu Thufail pada tahun 1147, dan Ibnu Rusyd
pada tahun 1126. Pada masa klasik seorang raja dynasty abbasyah, yaitu
al-Ma’mun (813-833) terkenal sebagai raja yang cendekiawan, karena
perhatiannya terhadap ilmu pengetahuan sangat besar. Selain itu dinasti
Umayyah di Spanyol yang didirikan Abdurrahman, yang lolos dari kejaran
Bani Abbasiyah pada tahun 750 M. mendirikan pusat pemerintahan di
Cordova, masjid, universitas, dan perpustakaan yang berisi ribuan buku
sebagai pusat pengembangan budaya islam.

Di Mesir seorang Jenderal kekhalifahan Fathimiyah yang bernama Jasuhar as-


Saqili, mendirikan masjid al-Azhar di Cairo pada tahun 972 M, yang kemudian
menjadi Universitas al-Azhar. Disamping itu didirikan juga Darul Hikmah sebagai
pusat kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan. (Sudrajat Ajat, 2008:228)

 Masa Pertengahan (1250-1800)


 Kemajuan dan Kemunduran Khilafah Abbasiyah
 Kamajuan dalam hal ini mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat
pesat karena beberapa faktor seperti:
1. Faktor Politik
 Pindahnya ibu kota negara dari syam ke Irak dan Baghdad. Baghdad
pada masa itu merupakan kotayang paling tinggi kebudayaannya.
 Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintah
dan istana.
2. Faktor Sosiografi
 Meningkatkan kemakmuran umat islam pada waktu itu.
 Luasnya wilayah kekuasan islam menyababkan banyak orang Persia
dan Romawi yang masuk islam kemudian menjadi muslim yang taat.
Hal ini menyebabkan perkawinan campuran yang melahirkan
keturunan yang tumbuh memadukan kebudayaan yang berbeda.
 Aktivitas Ilmiah
1. Penyusunan buku-buku ilmiah, berjalan melalui tiga fase yaitu
pertama adalah pencatatan pemikiran atau hadis atau hal-hal
lain pada kertas kemudian dirangkap. Kedua pembukuan dan
yang ketiga penyusunan dan pengaturan kembali buku.
2. Penerjemahan merupakan aktivitas yang paling besar
peranannya dalam mentrasfer ilmu pengetahuan yang berasal
dari buku-buku bahasa asing ke dalam bahasa Arab.
3. Setelah penerjemahan dilakukan penjelasan dan pengeditan.
 Kemajuan Ilmu Pengetahuan

7
 Kemajuan ilmu agama yaitu ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu kalam dan ilmu
fikih, serta kamajuan ilmu umum. (Munthoha dkk, 1998:36)
 Kemunduran
Islam mengalami masa kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat
Islam. Filsafat oleh sebagian ulama dianggap sebagai penyebab pendangkalan
dalam islam.akibat menjauhnya umat Islam dari filsafat timbul kecenderungan
akal yang dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan
akhirat. Awal kemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam yaitu
adanya perdebatan di kalangan para filosof muslim, juga terjadi terjadi perdebatan
diantara fuqoha (ahli fiqih) dengan para teolog (ahli ilmu kalam). Pemikiran yang
berkembang saat itu adalah pemikiran dikotomis yang membedakan agama
dengan ilmu, dan urusan dunia dengan akhirat. (Sudrajat Ajat, 2008:229)

 Masa Modern

Periode ini merupakan masa kebangkitan umat Islam. Mereka menyadari


ketertinggalannya dengan barat. Ini disebabkan karena umat Islam meninggalkan
tradisi klasik, yang kemudian diadopsi dan dikembangkan oleh barat. Para
penguasa, ulama dan intelektual muslim mulai mencari jalan untuk
mengembalikan umat Islam ke zaman kejayaan yaitu dengan cara:
1. Memurnikan ajaran Islam dari unsur-unsur yang menjadi penyebab
kemunduran umat Islam.
2. Menyerap pengetahuan barat untuk mengimbangi pengetahuan mereka.
3. Melepaskan diri dari penjajahan bangsa barat.
Dalam prakteknya tidak semua alternative diterima oleh umat Islam. Karena
dari sisi pemikiran, realitas yang terjadi adalah umat Islam cenderung menjadi
imitator, bahkan aplikator model barat. Di samping itu dalam konteks
pembangunan social politik dan ekonomi Negara-negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam tidak bisa lepas dari konteks makro yaitu barat
sebagai decisiom maker nya dan yahudi sebagai pengendalinya. Namun upaya
untuk maju akan terus dilakukan oleh umat Islam.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebudayaan merupakan pengembangan akal dari manusia, karena
peradaban yang semakin modern maka banyak kebudayaan-kebudayaan yang
melenceng dari agama. Agama sebagai pedoman untuk pengembangan akal budi
manusia agar tidak melenceng dari aturan-aturan yang telah ada dalam agama.

3.2 Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan. Ideologi Gerakan Dakwah. Episode Gerakan M. Natsirdan


Azhar Basyir (Yogyakarta: Sipress, 1996).
Athiyah Al-Barasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984).
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta : Gema Insani Press, 1988)
Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam : Studi Kritis dan Refleksi Historis
(Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997).
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia,
1976).
Wardiman Djojonegoro, “Pembinaan Nilai Islam dalam Pengembangan Budaya
Nasional” dalam Aswab Mahasin dkk., Ruh Islam dalam Budaya Bangsa:
Wacana Antar Agama dan Bangsa (Jakarta: Bina Rena Pariwara,1996).\
Yusuf Al-Qardhawy, Islam Inklusif dan Eksklusif, terj. Nabhani Idris (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2001).

10

Anda mungkin juga menyukai